Saturday, October 29, 2011

Kisah Nelayan dan Cendikiawan


share on facebook
Pada suatu sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan bertanya : “Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari ?” “Tidak” jawab nelayan itu singkat. Cendekiawan melanjutkan ”Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT peluang kehidupan Bapak” Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.


“Apa bapak pernah belajar sejarah filsafat ?” tanya cendikiawan. “Belum pernah” jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Cendekiawan melanjutkan 

”Ah, jika demikian bapak telah kehilangan SEPEREMPAT lagi peluang. kehidupan Bapak”. Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk membisu.

“Apa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing ?” tanya cendikiawan. “Tidak bisa” jawab nelayan itu singkat. 

“Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan TIGA PEREMPAT peluang kehidupan Bapak”

Tiba-tiba…

Angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang Nelayan bertanya kepada cendekiawan: ”Apa bapak pernah belajar berenang ?” Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab “Tidak pernah” Nelayanpun memberi komentar dengan percaya diri “Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan SEMUA peluang hidup bapak”

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas :
• Jangan meninggikan diri lebih hebat dari orang lain.
• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan.
• Kita semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain.



Sumber: DISINI

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Kisah Nelayan dan Cendikiawan

Batu-batu di Danau


share on facebook
Ada sebuah danau dimana terdapat banyak batu-batuan dan ada sebuah papan bertuliskan:

"YANG MENGAMBIL BATU AKAN MENYESAL.
YANG TIDAK MENGAMBIL BATU JUGA AKAN MENYESAL"

Heran dengan kalimat itu,,? 
Beberapa orang ada yang malah tertarik untuk mengambil beberapa butir batu-batu itu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. 

Beberapa yang lainnya tidak terlalu menggubrisnya. Jadi mereka tidak mengambil batu-batu itu dan lebih tertarik untuk menikmati segarnya air di danau itu. Setelah beberapa tahun, para ahli meneliti dan memeriksa batu-batuan yang ada di danau tersebut.

Ternyata batu-batuan itu adalah sejenis Safir yang dari luar tampaknya jelek tapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal harganya.

Yang tidak membawa batu itu jadi menyesal karena tidak membawanya, tetapi yang membawanya pun akhirnya menyesal karena tidak membawa lebih banyak.

Bukankah hidup manusia serupa seperti cerita di atas?

Kita diberikan kehidupan yang sangat berharga. Namun bukankah kita seringkali kurang menghargai masa hidup ini justru di saat kita masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai. Jauh lebih bernilai daripada batu-batu Permata.
Itulah sebabnya agar kita tidak menyesal di kemudian hari,maka kita harus menjalani hidup dengan maksimal. 

Bekerja dengan maksimal, Mengasihi keluarga dengan maksimal, Berkarya bagi sesama dengan maksimal. Belajar dengan maksimal, jangan setengah-setengah. 

Intinya ketika kita sudah mngusahakan yang terbaik selama hidup ini, maka kita tidak perlu lagi menyesal di kemudian hari.

Usahakan yang terbaik selama kesempatan itu masih ada.

Keep Spirit..!!!
Jia You..



Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Batu-batu di Danau

Tuesday, October 25, 2011

Guru Terbaik


share on facebook
Bertahun-tahun yang lalu, Bu Thomson berdiri didepan siswa kelas V mengucapkan sebuah kata bohong kepada para siswanya dia mengatakan akan mencintai setiap muridnya. Tetapi hal tersebut sebetulnya tak sepenuhnya jujur, karena Teddy yang duduk dibarisan depan adalah seorang anak yang tidak konsentrasi belajar dan kotor. Sebenarnya Bu Thomson sangat ingin dengan pena merahnya menulis diatas rapor Teddy nilai “E”.

Pada suatu hari ketika Bu Thomson sedang memeriksa catatan di rapor para muridnya. Dia sangat terkejut membaca komentar para mantan guru Teddy.

Guru di kelas I menulis, “Teddy adalah seorang murid yang cerdas, selalu tersenyum, pekerjaan rumahnya dan catatannya selalu rapi, sangat menghormati orang lain, membuat orang disekelilingnya berbahagia!.”

Guru kelas II menulis, “Teddy adalah seorang pelajar yang sempurna, semua teman-teman menyukainya, tetapi ibunya menderita penyakit kanker, kehidupan dirumahnya pasti sangat susah!”

Guru kelas III menulis, “Kematian ibunya menimbulkan pukulan berat baginya. Dia sangat rajin belajar, tetapi ayahnya tidak peduli terhadapnya, jika tidak  segera diambil tindakan maka kehidupan keluarganya akan segera mempengaruhi pelajarannya. “

Guru kelas IV menulis, “Pelajaran Teddy mulai mundur, dia tidak tertarik kepada pelajaran lagi, dia tidak ada teman lagi, terkadang tertidur di ruang kelas.”

Setelah membaca catatan tersebut, Bu Thomson baru menyadari masalah yang sebenarnya. Dia merasa malu, dan sangat sedih karena pada saat natal, semua muridnya memberi dia hadiah yang dibungkus dengan kertas kado yang cantik, sedangkan Teddy membungkus hadiahnya dengan kertas koran.

Bu Thomson membuka hadiah Teddy, didepan kelas, hadiahnya adalah sebuah gelang berlian palsu dan sebotol parfum yang tersisa ¼ , murid-murid yang lain mulai menertawakan hadiah dari Teddy, tetapi guru Bu Thomson segera mengambil gelang tersebut dipakai ditangannya dan berkata sangat indah dia menyukai hadiah tersebut, lalu menyemprotkan parfum tersebut ke tangannya.

Hari itu setelah lonceng pulang berbunyi, Teddy tinggal dikelas dan berkata kepada guru Bu Thomson, “Guru, hari ini engkau wangi seperti ibuku!.” Setelah Teddy pulang, guru Bu Thomson menangis dengan sedih selama satu jam. Setelah hari itu guru Bu Thomson tidak mengajar “Membaca, menulis dan menghafal dan matematika lagi.” Tetapi dia mengajarkan pendidikan kepada para muridnya.

Mulai hari itu dia memberi perhatian khusus kepada Teddy, mencurahkan kasih sayang seperti seorang ibu kandung, Teddy juga mulai hidup kembali, guru Bu Thomson selalu memberi semangat kepadanya, dia semakin tangkas. Di akhir tahun Teddy menjadi murid yang terpintar dikelasnya. Walaupun guru Bu Thomson mengatakan akan mencintai setiap muridnya tetapi Teddy adalah siswa favoritnya.

Setahun kemudian, guru Bu Thomson menemukan secarik kertas yang ditempel dipintu rumahnya, itu adalah tulisan Teddy yang mengatakan “guru Bu Thomson adalah guru yang paling baik yang dijumpai seumur hidupnya!” Setelah 6 tahun berlalu guru Bu Thomson menerima sepucuk surat dari Teddy yang mengatakan dia sudah tamat SMA, dia mendapat juara 3, dia mengatakan guru Bu Thomson tetap adalah guru yang paling baik seumur hidupnya dan guru favoritnya!

Empat tahun kemudian, Teddy menulis bahwa dia telah tamat S1 dan akan melanjutkan ke S2 dia mengatakan guru Bu Thomson tetap guru favorit dan guru yang terbaik selama hidupnya, dan guru Bu Thomson melihat ada tambahan gelar dokter ditanda tangannya.

Cerita ini belum berakhir, pada musim semi tahun ini, Teddy menulis surat lagi, menceritakan bahwa ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia sudah menemukan seorang gadis dan akan menikah dengannya, dia meminta guru Bu Thomson sebagai walinya akan disediakan tempat duduk di posisi orang tuanya. Guru Bu Thomson memenuhi permintaan Teddy, pada hari pernikahan dia memakai gelang berlian palsu pemberian Teddy dan menyemprotkan parfum pemberian Teddy, Teddy teringat itu terakhir kalinya dia bersama ibunya merayakan natal dan ibunya memakai parfum ini.

Ketika mereka merangkul satu sama lain, prof. Teddy dengan berbisik ditelinga Bu Thomson mengatakan, “Terima kasih guru Bu Thomson engkau telah mempercayai saya, terima kasih karena engkau membuat saya menjadi orang penting, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah!”

Airmata guru Thomsom mengalir dengan deras, dengan lembut dia berkata, “Teddy, anda salah! Andalah yang mengajari saya, sehingga saya mempunyai kepercayaan diri untuk berubah, setelah bertemu denganmu, saya baru tahu bagaimana mengajar!” 



sumber: DISINI

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Guru Terbaik

Monday, October 24, 2011

Nabi Purba Ru Jiao/Khonghucu (19) - Gong Liu


share on facebook
Gong Liu 公 劉 


Adalah keturunan Hou Ji yang leluhurnya hidup terasing di antara orang-orang Rong Di 戎 狄 sejak jaman raja Tai Kang 太 康 (2188 s.M. – 2159 s.M.) dari dinasti Xia kehilangan negerinya. Tetapi Gong Liu mampu membangun dan melestarikan kembali karya peradaban bercocok-tanam yang dahulu dibangun Hou Ji. Putra Gong Liu yang bernama Qing Jie 慶 節 berhasil membangun negeri di wilayan Bin 豳. Dikemudian hari seorang keturunannya yang terkenal sebagai Gu Gong Dan Fu 古 公 亶 父 mampu  membangkitkan kembali karya besar yang pernah dibangun oleh Hou Ji maupun Gong Liu. Beliaulah yang diberi gelar sebagai Tai Wang 太 王 yang mempunyai dua orang putera yang sangat terkenal suci dan berbakti, bernama Tai Bo 太 伯 dan Yu Zhong 虞 仲 (Lun Yu VIII: 1; Lun Yu XVIII: 8). Tai Wang juga menikahi Tai Jiang 太 姜 yang adalah seorang Nabi perempuan dan melahirkan soerang putera bernama Ji Li 季 歷.    Ji Li inilah ayah Nabi Ji Chang 姬 昌 atau Raja Wen Wang 文 王, ayah Raja Wu Wang Ji Fa 武 王 姬 發 pendiri dinasti Zhou 周 (1122 s.M. – 255 s.M.).




Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Nabi Purba Ru Jiao/Khonghucu (19) - Gong Liu

Sunday, October 23, 2011

Nabi Purba Ru Jiao/Khonghucu (18) - Fu Yue


share on facebook
Fu Yue  傅說 


Menteri dan penasehat agung raja dinasti Shang yang bergelar Wu Ding 武 丁 1324 s.M. – 1265 s.M. Riwayat beliau disuratkan didalam kitab Shu Jing IV: VIIIA, VIIIB, VIIIC. Raja Wu Ding adalah seorang raja Besar dinasti Shang 商 / Yin 殷 setelah Nabi Baginda Cheng Tang. Ia sangat besar rasa Cinta Kasihnya dan teguh penuh semangat didalam menegakkan Dao dasar pemerintahan negaranya, pantang hanya memperturutkan kesenangan saja. Nabi Fu Yue semula hidupnya hanya sebagai seorang tukang kayu di wilayah Fu Yan   傅 巖. Beliau adalah seorang yang benar-benar suci dan mampu mengembalikan kejayaan dinasti Shang yang sudah mulai surut. 




Sabda Fu Yue:
  
“Sungguh Tuhan Yang Maha Esa itu Maha Mendengar dan Maha Melihat (Wei Tian Cong Ming 惟 天 聰 明); hanya Nabilah senantiasa menjunjung tinggi hukumNya (Wei Sheng Shi Xian 惟 聖 時 憲). Dengan demikian yang menjadi menteripun akan memuliakannya (Wei Chen Qin Ruo 惟 臣 欽 若) dan rakyatpun akan taat mematuhi (Wei Min Chong Ai  惟 民 從 乂).




Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Nabi Purba Ru Jiao/Khonghucu (18) - Fu Yue