Tuesday, September 28, 2010

Rohaniawan Khonghucu Diminta Tidak Eksklusif


share on facebook
SOLO- Para rohaniawan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) diminta tidak bersikap eksklusif terhadap masyarakat sekitar. Mereka diharapkan tetap berinteraksi dengan umat lain dengan tujuan membangun persaudaraan umat.

Logo Google 28 September 2009 - Teacher Day(Confucius)


Demikian diungkapkan Ketua Umum Matakin Budi Santoso Tanuwibowo saat musyawarah kerja nasional (mukernas) di Hotel Lor In, Solo, Senin (27/9) malam.

Menurutnya, para rohaniawan dituntut tidak hanya bersembahyang dan memuja Tuhan, tapi juga diimbangi dengan interaksi terhadap sesama manusia serta lingkungannya. ”Sikap rohaniawan harus punya perpektif luas. Kami harus peka terhadap semua persoalan yang dihadapi bangsa,” katanya.Pria berkaca mata itu menuturkan, rohaniawan memiliki peran penting dalam melayani umat. Lebih dari itu, mereka juga harus mendidik mental para pengikutnya supaya menghindari segala hal yang merugikan agama, bangsa, serta negara.

Dia mencontohkan, sebagai rohaniawan perlu mendidik umatnya yang masuk PNS. ”Sedari awal, perlu memberi pendidikan agar jangan bermental korup. Soalnya Indonesia terkenal dengan korupsinya. Kami harus fasih menyampaikan itu,” ungkap dia.

Selain itu, rohaniawan juga dituntut turut menghilangkan budaya kekerasan yang terjadi di masyarakat, mendidik keluarga harmonis, mencegah perbuatan asusila dan menghindari narkoba. ”Jangan sampai itu terjadi. Sebagai rohaniawan, mari jawab persoalan itu dengan ikut andil dalam memberikan solusi yang tepat. Kita tidak boleh eksklusif lagi,” terangnya.

Setelah Khonghucu disahkan menjadi salah satu agama di Indonesia, para rohaniawan juga dituntut untuk mencetak para guru, khususnya yang menangani agama tersebut. Menurut dia, pihaknya mengaku kesulitan dalam mencari guru agama untuk mengajar di sekolah-sekolah mengingat mata pelajaran agama Khonghucu sudah masuk dalam kurikulum sekolah.
”Setelah 20 sampai 30 tahun dikekang, sekarang sulit mencari guru agama. Kami pikir, itu sangat mustahil,” tuturnya.

Karena itu, dalam mukernas 27-29 September, pihaknya menginginkan para peserta membahas soal pendidikan. ”Terus terang, sekarang tenaga pengajar untuk mata pelajaran agama Khonghucu masih banyak dipegang sarjana jurusan lain. Ke depan, kami akan mendirikan sekolah tinggi agama Khonghucu. Kemungkinan akhir tahun ini sudah bisa dimulai yang bertempat di Solo,” jelasnya.

Kegiatan yang bekerja sama dengan Kementerian Agama Kanwil Jateng itu diikuti sekitar 120 orang dari berbagai perwakilan Matakin di Indonesia. Hadir antara lain Kasubbag Humas dan KUB Kemenag Jateng Taufiqurrahman, Kasubbag TU Kemenag Jateng Suroso, Ketua Dewan Rohaniawan dan Koordinator Presidium Matakin Haksu Tjhie Tjay Ing dan sejumlah perwakilan yang lain.

Suroso mengapresiasi terhadap segala bentuk kegiatan yang dilakukan Matakin. Apalagi, data statistik umat Khonghucu terus meningkat dari tahun ke tahun. ”Selama ini, umat Khonghucu ikut memberi kontribusi besar kepada masyarakat. Misalnya, dengan adanya kegiatan semacam ini tentu sama halnya dengan pemerataan pembangunan. Jadi, kami sangat mendukung kegiatan Matakin ini,” katanya. (K4-41)

sumber : disini


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Rohaniawan Khonghucu Diminta Tidak Eksklusif

Zaman Tiongkok Kuno, Tabu Mengejar Kesenangan Hidup


share on facebook
Masyarakat Tiongkok kuno menganggap pengejaran akan kesenangan hidup sebagai hal yang merusak manusia sebagaimana anggur beracun. Meraih kesenangan secara berlebihan dan mengejar kenyamanan hidup akan dipandang rendah oleh masyarakat, dan digolongkan sebagai pelanggaran norma.

Sebuah perkataan orang Tiongkok, “Orang hidup dengan kesengsaraan dan bahaya, akan tetapi mati dengan kesenangan duniawi.” Meskipun kesenangan ataupun kenyamanan itu sendiri tidak membawa pada kematian, akan tetapi dapat memperbesar kemalasan dan mendorong manusia menjadi lemah akan hasratnya.


Konfusius (Kongzi) mengatakan, “Tidak mengerjakan apapun setelah makan kekenyangan adalah tidak baik. Bisakah setidaknya melakukan permainan catur? Bahkan bermain catur itu sendiri lebih baik daripada bermalas-malasan.”

Mencius (tokoh filsuf Tiongkok kuno yang merupakan murid dari cucu Kongzi) juga menyarankan, “Ketika orang menikmati makanan enak dan baju hangat serta hidup nyaman, namun tidak berpendidikan atau pun berbudaya, mereka ini sama halnya dengan hewan. Hal inilah yang menjadi perhatian terbesar Orang Suci yang mengajarkan etika dan moralitas.”

Masyarakat Tiongkok zaman dahulu betul-betul mempercayai bahwa kenyamanan hidup dapat merusak. Hidup dengan kenyamanan tanpa dibarengi dengan pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan yang cukup dapat membawa orang jatuh pada jalur yang salah, dan membuat mereka melakukan perbuatan yang tak ada bedanya dengan binatang.

Liu Bei, salah seorang raja pada masa Tiga Kerajaan (Samkok), pernah berkeluh kesah dengan meneteskan air mata, “Dimasa lalu saya selalu duduk di atas punggung kuda dan tak ada lemak di kakiku. Sekarang saya sudah tak berkuda lagi dan lemak itu datang. Waktu mengalir bagaikan air. Saya telah tua namun tidak mendapat apapun. Saya tidak dapat melakukan hal lain selain bersedih hati.”

Tao Kang, seorang pejabat selama pemerintahan dinasti Jin, memindahkan 100 wadah keramik diluar pada pagi hari dan mengembalikannya pada malam hari. Orang yang melihat merasa heran dan bertanya mengapa dia melakukan hal itu.

Dia menjawab, “Saya berusaha melakukan yang terbaik bagi negara. Jika saya hidup terlalu nyaman, saya takut dapat mengikis rasa tanggung jawab saya. Inilah alasannya mengapa saya mengerjakan ini.” Karir Tao Kang dengan cepat menanjak menjadi Gubernur delapan propinsi dan menjadi terkenal.

Masyarakat Tiongkok kuno seringkali mengatakan, “Air mengalir tidak merusak, kunci dan engsel pintu tetap utuh.” Orang Tiongkok kuno mengetahui bahwa manusia usianya hanya beberapa tahun. Apabila ia merana dalam kenyamanan, menjadi malas, tidak mempunyai tujuan hidup dan menjadi pasif, serta takut akan kesulitan hidup, tekadnya surut menjadi lemah.

Disaat kesengsaraan menimpanya, maka ia tidak sanggup bertahan dan tidak memperoleh apapun. Terlalu mengejar kenyamanan dapat membawa kesulitan, orang yang sukses biasanya kuat terhadap cobaan, pandai dan tekun.




sumber : erabaru






Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Zaman Tiongkok Kuno, Tabu Mengejar Kesenangan Hidup

Monday, September 27, 2010

Confucianisme Dalam Kehidupan Saat Ini


share on facebook
Kebanyakan orang beranggapan bahwa membicarakan paham ajaran Confucius, tidaklah lebih daripada menghubungkannya dengan suatu lelucon sejarah atau kiasan kuno. Tidak banyak yang mendengar atau membaca pelajaran-pelajaranNya. Bagaimanapun, kebenaran dan nilai penting dari ucapan-ucapan yang disampaikan oleh Confucius dinilai cukup beralasan hingga kehidupan saat ini, karena pelajaran Confucius berkembang pada era kehidupan Beliau yang bisa disamakan dengan kehidupan saat ini.

Ditinjau dari karya Confucius yang ada, menggambarkan bahwa pada saat era kehidupan Confucius dibandingkan dengan era sebelumnya adalah merupakan suatu era kekacauan moral (moral chaos), dimana nilai susila dalam kehidupan pada umumnya tidak diterima atau tidak dipandang sama sekali. Kriminalitas meningkat, perampokan dan pencurian sering terjadi di desa-desa, dan pembunuhan merupakan suatu masalah yang serius di kota dan di pengadilan.
Jarak antara yang kaya dan yang miskin sangat lebar, dimana yang kaya hidup dalam kegemilangan harta dan makanan berlimpah, yang sama sekali tidak pernah dirasakan oleh orang yang kadang-kadang untuk makan sesuap nasi saja dalam sehari sangatlah sulit. Pemerintahan saat itu melakukan korupsi di mana-mana, sehingga tidak dipercayai oleh rakyat yang tidak pernah lalai dalam mengkritik atas kurangnya kontribusi kesejahteraan dari yang kaya dan yang berkuasa kepada rakyat jelata; sebagaimana tercatat oleh sejarahwan terkemuka, Suma Xian (Shu Xian) bahwa, " Para perdana menteri tidak pernah keluar dan bekerja di lapangan."

Sektor ekonomi berubah, dimana kelas yang produktif seperti petani sama sekali terperosok ke batas kehancuran, sedangkan sektor perdagangan tumbuh dengan pesat. Di pasar bermunculan barang-barang yang mahal dan sama sekali tidak memiliki nilai kegunaan yang nyata . Kelas menengah pada saat itu yang merupakan kaum terpelajar mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Sementara itu para reformis, seperti Confucius bermunculan, mereka merupakan kelompok minoritas, dan kehidupan masyarakat didominasi oleh para pesimis dan konservatif. Masing-masing berusaha membuat blok sosial, menjaga kepentingan sendiri, setiap kali terjadi reformasi politik atau sosial akan dipandang secara negatif.

Kedengarannya sangat familiar bukan ? Memang demikianlah kenyataan kehidupan di dunia yang kita alami saat ini. Sangatlah penting untuk dicatat, bagaimanapun tidak produktifnya para ahli filsafat saat itu, namun ajaran Confucius tidak hanya berakar, tetapi berkembang secara meluas, yang akhirnya mengtransformasi kehidupan masyarakat China dengan dominasi dan nilai sosial budayanya selama berabad-abad. Itulah sebabnya bahwa ajaran Confucius masih dirasakan bermanfaat sampai saat ini.

Pengaruh ajaran Confucius sangat terasa di negara-negara Asia khususnya Korea, Jepang, Singapura, dan Taiwan, dimana kehidupan penduduknya sangat mapan pada umumnya, termasuk kehidupan sosialnya, dan merupakan negara industri yang maju di Asia. Ajaran-ajaran pokoknya seperti asas Jen (Truly Virtuous Man), yang bisa diartikan sebagai moralitas, peri kemanusiaan, kebajikan atau cinta kasih. Jen merupakan suatu standar moral yang tertinggi bagi seseorang yang dicerminkan dalam tingkah laku yang bersusila (Li/Propriety). Sehingga terbentuklah orang yang disebut Budiman (C'un Zi/the Superior Man) .

Ajaran-ajaran Confucius juga mempengaruhi pikiran para sastrawan dan negarawan di negara-negara Eropa dan Amerika sampai saat ini. Hal ini terbukti dalam pertemuan para pemenang hadiah Nobel di Paris, bulan Januari 1988 yang merupakan Konferensi Internasional Pertama, dimana pada sesi terakhir, dari 75 partisipan termasuk 52 ilmuwan yang sesudah mempertimbangkan dengan teliti selama empat hari, akhirnya bersepakat mengeluarkan suatu daftar yang berisi 16 kesimpulan yang diberi tema `Menghadapi Abad Ke-21' (Facing the Twenty-First Century). Ikhtisar penting dari kesimpulan tersebut adalah, sebagaimana tertulis bahwa, " If mankind is to survive, it must go back 25 centuries in time to tap the wisdom of Confucius." yang dapat diartikan " Jika nilai kemanusiaan tetap perlu dipertahankan, maka haruslah kembali ke 25 abad yang lalu untuk menyentuh kebijaksanaan Confucius."

Selama melakukan riset untuk tulisan ini, termasuk mengunjungi beberapa situs internet (web sites) yang berkaitan dengan ajaran Confucius, Penyusun menemukan bahwa terdapat cukup banyak masyarakat, khususnya di Eropa dan Amerika yang mempelajari dan memperdalam filsafat Confucianisme dengan membentuk dan merancang situs yang sangat komprenhensif . Mereka melakukan penerjemahan dan komentar-komentar, khususnya Buku Kumpulan Ujaran Confucius (The Analect = Lun Yu), Buku tentang Pelajaran Besar (The Great Learning = Da Xue), Buku tentang Jalan Tengah (The Doctrine of the Mean = Chung Yung) dan Pelajaran Mencius (The Mencius = Meng Zi). Kelompok ini tidak mementingkan berbagai tata cara upacara kebhaktian dalam Confucianisme tetapi lebih mengutamakan penghayatan dan pengamalan filsafat Confucius dalam kehidupan sehari-hari.


"Superior and alone, Confucius stood who taught that useful science to be good." ("Confucius dengan agung dan sendirian, telah mengajarkan suatu ilmu
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat") - Alexander Pope

sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Confucianisme Dalam Kehidupan Saat Ini

Kemahiran Sejati


share on facebook
Li Bao adalah seorang mahaguru seni memanah. Suatu pagi, dia mengundang murid terbaiknya untuk menyaksikan peragaan keahliannya memanah. Sang murid telah menyaksikannya ratusan kali, walaupun demikian ia tetap mematuhi titah gurunya.

Mereka pergi ke hutan di sebelah biara. Ketika mereka sampai di dekat pohon oak yang besar, Li Bao mengambil bunga yang ia selipkan di bajunya, lalu menaruhnya di salah satu cabang pohon itu. Ia lalu membuka tasnya, dan mengeluarkan tiga buah benda; busurnya yang megah, yang terbuat dari kayu bermutu, anak panah, dan saputangan warna putih dengan bordir bunga bakung.

Dia mundur seratus langkah dari pohon tempat ia meletakkan bunga. Berhadapan dengan targetnya, dia meminta muridnya untuk menutup matanya dengan saputangan bordiran.

Sang murid lalu melaksanakan perintah gurunya.

”Seberapa sering kau menyaksikan aku berlatih olahraga panah ’warisan leluhur’
yang mulia ini?” Li Bao bertanya kepadanya

”Setiap hari,” muridnya menjawab. ”Dan biasanya guru selalu memanah bunga itu
dalam jarak 300 langkah.”

Dengan mata tertutup saputangan, Li Bao memasang kuda-kuda, menarik tali busur, dan dengan perkiraannya, membidik bunga yang ditaruh di cabang pohon oak, lalu melepaskan panahnya.
Panah itu melesat di udara, namun bahkan tidak menancap di pohon, meleset
dengan sangat memalukan dan jauh dari sasaran.

”Apakah aku berhasil memanah bunga itu?” tanya Li Bao sambil membuka ikatan
saputangan yang menutup matanya.

”Tidak guru, guru benar-benar meleset, ” muridnya menjawab. ”Saya mengira guru akan memperlihatkan kekuatan fikiran dan kemampuan guru bermain sulap kepada saya.”

”Aku baru saja mengajarkan kepadamu pelajaran yang paling penting mengenai kekuatan fikiran”.

”Ketika kamu menginginkan sesuatu, pusatkan fikiranmu hanya kepada hal tersebut, tak ada yang dapat mencapai tujuan yang tak nampak."


sumber : message from GEMAKU

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Kemahiran Sejati

Sunday, September 26, 2010

Pedagang Kaya dan 4 Istri


share on facebook
Pada zaman dahulu, ada seorang pedagang kaya yang memiliki 4 orang istri. Dia paling mencintai istri ke-4-nya dan memanjakannya dengan berbagai fasilitas hidup yang bagus. Dia sangat penuh perhatian terhadap istri ke-4 dan selalu memberinya yang terbaik. Dia juga sangat mencintai istri ke-3-nya. Dia sangat membanggakannya dan selalu ingin memamerkannya kepada teman-temannya. Namun demikian, sang pedagang senantiasa khawatir kalau istri ke-3 ini kabur dengan pria lain.

Diajuga mencintai istri ke-2-nya. Istri ke-2 ini adalah wanita yang penuh pengertian, penyabar, dan menjadi sandaran sang pedagang. Bila mana sang pedagang menghadapi masalah, istri ke-2 selalu datang dan membantunya memberikan jalan keluar dari masalah. Sang istri pertama adalah wanita yang sangat setia dan telah berjasa besar dalam menjaga kekayaan dan kejayaan sang pedagang, serta mengurus rumah tangga mereka. Namun demikian, sang pedagang kurang mencintai istri pertamanya dan jarang memperhatikannya. Suatu hari, sang pedagang jatuh sakit dan tak berapa lama dia menyadari bahwa dia akan segera meninggal. Dia teringat kehidupan mewah yang telah dijalaninya dan merenung:

"Di sini aku punya 4 istri yang mencintaiku, tapi kalau aku mati... aku akan sendirian. Aku akan kesepian! " Maka dia bertanya kepada istri ke-4, "Aku paling mencintaimu, melimpahimu dengan busana terbaik, dan mencurahkan perhatian besar kepadamu. Sebentar lagi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?" "Tidak bisa!", jawab istri ke-4 sambil bergegas meninggalkannya. Jawaban itu laksana pisau tajam yang langsung menusuk hati sang pedagang.

Pedagang yang kecewa itu lalu bertanya kepada istri ke-3-nya, "Aku mencintaimu dengan segenap hidupku, tapi aku akan mati, maukah kamu pergi bersamaku?" "Tidak mau!", jawab istri ke-3. "Hidup ini begitu indah! Aku akan menikah lagi kalau kamu sudah mati." Mendengar jawaban ini, hati sang pedagang jadi runtuh.

Dengan sedih, dia bertanya kepada istrike-2, "Aku selalu berpaling padamu dan kamu selalu menolongku. Sekarang aku butuh pertolonganmu lagi. Kalau aku mati, maukah kamu pergibersamaku?" "Maaf, kali ini aku tidak sanggup menolongmu," jawab istri ke-2. "Paling-paling, aku hanya bisa mengirimmu ke krematorium." Jawaban ini bagaikan halilintar dan membuat sang pedagang diam terlongong-longong...

Tiba-tiba terdengar suara, "Aku akan tinggal bersamamu. Aku akan ikut ke mana pun kamu pergi." Sang pedagang menoleh dan dia melihat istri pertamanya. Ia begitu kurus, lemah, dan tampak kurang gizi. Sang pedagang jadi sangat terenyuh... dan meratap lirih, "Aku seharusnya memperhatikanmu selagi aku bisa..."

Demikianlah, istri ke-4 adalah ibarat tubuh kita. Tak peduli seberapa lama dan besar usaha kita untuk mempercantik tubuh, tubuh tidak akan pergi bersama kita ketika kita mati.

Istri ke-3 ibarat jabatan dan kekayaaan kita. Ketika kita mati, tidakkah mereka pergi menjadi milik orang lain? Tidakkah orang lain mengambil alih posisi kita?

Istri ke-2 adalah ibarat keluarga dan teman-teman kita. Tak peduli betapa baiknya mereka saat kita hidup, paling jauh mereka hanya akan bisa mengantar kita ke krematorium.

Istri pertama, dalam hal ini diibaratkan sebagai kesadaran atau sisi spiritual kita, yang telah kita abaikan sepanjang waktu dalam pengejaran kesenangan material dan indrawi. Padahal, justru kesadaran inilah yang merupakan satu-satunya hal yang terus bersama kita ke mana pun kita pergi.

Oleh karenanya, sudah semestinya kita mulai mengembangkan dan melatih kesadaran kita, alih-alih menunggu sampai menjelang ajal dan meratap,

"Aku seharusnya memperhatikanmu selagi aku bisa..."



Oleh : disini


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Pedagang Kaya dan 4 Istri

Bunga Tang Di


share on facebook
Oleh Budi S


Bunga Tang Di banyak dikagumi orang karena keindahan, keharuman dan sekaligus keunikannya. Bentuknya mirip bunga Melati, berwarna putih, sejenis dengan pohon Plum atau Cherry. Bunga ini ada di negeri waris Raja Suci, Nabi Purba Tang Yao. Bunga Tang Di sangat unik, selalu bergoyang-goyang meskipun tidak ada angin.

Suatu ketika Sheng Ren Kong Zi membaca sebuah tulisan, “Betapa elok dan indahnya bunga Tang Di. Selalu bergoyang-goyang menarik. Bukan aku tidak mengenangmu, hanya tempatmu terlampau jauh”. Membaca tulisan ini Kong Zi berkata-kata pada murid-muridnya, “Sesungguhnya si penulis tidak bersungguh-sungguh. Kalau ia benar-benar memikirkannya, apa artinya jauh?”

Perkataan Kong Zi yang kelihatan sederhana itu sebenarnya mempunyai makna yang teramat dalam. Disadari atau tidak, kita juga sering mempunyai sikap seperti si penulis.

Menggebu-gebu kalau punya keinginan, namun semangat untuk mewujudkannya kurang dan bahkan terus merosot. Bercita-cita setinggi langit, namun tidak ada rencana, tindakan dan kerja nyata untuk sungguh-sungguh mewujudkannya, akhirnya semua akan berakhir dalam bentuk wacana.

“Ingatlah muridku, seandainya kamu melangkah, betapapun jauhnya jarak semula, meski sedikit pasti akan berkurang jaraknya. Namun kalau kamu hanya berdiam diri saja di tempatmu, jarak itu tidak akan terkurangi. Seorang yang ingin mendaki gunung sampai ke puncaknya, namun merasa berat dan hanya bicara, puncak yang dilihatnya tinggi itu tetap tidak akan berubah ketinggiannya. Jika orang itu mau bekerja, mau melangkah, meskipun cuma setindak, maka ketinggian puncak gunung itu pun akan terkurangi, meski juga cuma setindak. Demikian pula dengan keinginan dan cita-cita, Ia tetap tak berarti, tanpa upaya mewujudkannya.”

“Murid paham apa yang Guru katakan. Namun, terkadang hati ini menjadi tak yakin untuk mencapai suatu angan atau cita. Apa yang sebaiknya murid lakukan bila merasa seperti itu? Mohon Guru dapat memberikan petunjuk”, pinta Sang Murid kepada gurunya yang baru saja membacakan sepenggal episode kehidupan Sheng Ren Kong Zi.

“Ada dua langkah yang perlu kau lakukan, Muridku. Yang pertama, berpikirlah realistik. Seorang Junzi (beriman, terpelajar, berbudi luhur) tidak berangan-angan kosong. Cita-cita memang boleh setinggi langit, namun akal sehat juga wajib digunakan. Seorang yang buntung kakinya dan ingin menjadi pelari nomor satu, jelas Ia berangan kosong.”

“Namun kalau kemudian Ia berjuang dan berpikir keras menggunakan kecerdasannya untuk bisa menciptakan kendaraan paling cepat, itu artinya Ia tidak menyerah dan mau berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya. Di sini cita-cita semula menjadi pelari tercepat memang telah bergeser menjadi pencipta kendaraan tercepat. Meski telah bergeser, maknanya tetap sama, yaitu menjadi yang tercepat. Kalau ini bisa dilakukan, artinya dia melakukan hal yang kedua, yaitu bekerja keras tanpa mengenal arti kata menyerah.”

Mendengar penjelasan gurunya, Sang Murid berkata, “Guru, kalau murid boleh simpulkan, dalam mengejar cita-cita kita harus berpegang pada dua hal, yaitu: realistis dan pantang menyerah. Artinya kita harus berani mengoreksi atau meredefinisi cita-cita kita, seandainya dirasakan tidak realistis. Di sisi lain kita harus tetap gigih pantang menyerah berjuang sungguh-sungguh. Apakah benar demikian Guru?”

“Tepat muridku. Pikirkan baik-baik kelayakan sebuah cita-cita. Kemudian berjuanglah sekuat tenaga untuk mewujudkannya dengan cara yang benar, cara yang terpuji, cara yang terhormat. Yakinkan diri sendiri bahwa kamu bisa, kemudian berusaha dan bekerjalah sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Dalam prosesnya, hal itu bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan dan dorongan orang lain.”

“Bagaimana dengan peranan doa, Guru?”, tanya Sang Murid.

“Inti dari doa sebenarnya ada dua. Yang pertama adalah komitmen diri tentang sesuatu, yang disampaikan atau diprasetiakan ke Hadirat Tuhan. Kedua doa sesungguhnya merupakan bentuk permohonan untuk memperoleh spirit, semangat atau bantuan spiritual dari Sang Maha Pencipta.” “Murid belum memahaminya Guru.’

“Doa adalah komitmen. Ketika kita berdoa, sesungguhnya kita sedang berjanji kepada Tuhan untuk bekerja keras mewujudkan apa yang kita sampaikan dalam doa. Bila kita berdoa agar anak kita menjadi pintar dan sukses, sesungguhnya kita sedang berjanji kepada Tuhan untuk bekerja keras mendidik anak kita, sekuat tenaga. Agar ia menjadi anak yang pintar dan sukses. Itu maksudnya. Bukan kita lantas berdiam saja, pasrah tanpa usaha dan meminta Tuhan untuk menurunkan keajaiban dan mukjizat-Nya agar anak kita menjadi pintar tanpa harus berusaha sama sekali.”

“Kedua, karena doa disampaikan kepada Sang Maha Pencipta atau Sang Maha Kuasa, pemegang otoritas tertinggi di jagat raya, maka secara spiritual kita juga memohon diberi spirit, semangat atau energi agar mampu berjuang keras mewujudkan apa yang kita inginkan.”

“Terima kasih, Guru. Terima kasih..



Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Bunga Tang Di

Saturday, September 25, 2010

Satya Dan Dapat Dipercaya / Zhong Xin, 忠 信


share on facebook
Jalan Suci Kebajikan di dalam melaksanakan Cinta Kasih dan Tepasarira, dimulai dengan Bakti dan Rendah Hati, sedang Satya dan Dapat Dipercaya adalah menjadi pokok utama. Nabi Kongzi selalu bersabda, “Utamakanlah Satya dan Dapat Dipercaya.” Satya ialah yang menjadikan manusia menggemilangkan Kebajikan, sedangkan Dapat Dipercaya ialah kemampuan untuk disandari dalam mengamalkan Kebajikan itu. Sungguh menyedihkan bila manusia sampai kehilangan dua perkara itu. Satya itu menyatakan ketulusan iman dalam menghormat/menjunjung Kebajikan sedang Dapat Dipercaya itu menyatakan kesungguhan dalam mengamalkan Kebajikan. 

Ketika Zi-zhang 子 张 bertanya bagaimana ia wajib berprilaku, Nabi bersabda, “Perkataanmu hendaklah kau pegang dengan Satya dan Dapat Dipercaya, perbuatanmu hendaklah kau perhatikan sungguh-sungguh ……… Kalau engkau sedang berdiri, hendaklah hal ini kaubayangkan seolah-olah di mukamu, kalau sedang naik kereta, bayangkan seolah-olah hal ini tampak di atas gandaran keretamu. Dengan demikian tingkah lakumu dapat diterima.” (Sabda Suci XV: 6)

Selanjutnya marilah kita ikuti ayat-ayat di bawah ini:

- “Hidup manusia difitrahkan lurus. Kalau tidak lurus tetapi terpelihara juga kehidupannya, itu hanya kebetulan.” (Sabda Suci VI: 19)

- “Seorang yang tidak dapat dipercaya, entah apa yang dapat dilakukan? Itu seumpama kereta besar yang tidak mempunyai sepasang gandaran atau seumpama kereta kecil yang tidak mempunyai sebuah gandaran, entah bagaimana menjalankannya.” (Sabda Suci II: 22)

- “Seorang Junzi setelah memperoleh kepercayaan rakyat baru berani menyuruh mereka bekerja keras. Bila belum mendapat kepercayaan, niscaya akan dianggap menindas. Harus mendapat kepercayaan lebih dahulu sebelum memberi peringatan kepada atasannya. Bila belum mendapat kepercayaan, niscaya disangka hanya pandai menyalahkan.” (S.S. XIX: 10)

- “Seorang yang hanya pandai memutar kata-kata dan bermanis muka, sesungguhnya jarang berperi Cinta Kasih.” (Sabda Suci XVII: 17)


sumber : gentanusantara


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Satya Dan Dapat Dipercaya / Zhong Xin, 忠 信

Thursday, September 23, 2010

Uang Kertas


share on facebook
Ide mengenai uang kertas di dunia memang pertama digunakan oleh orang Tiongkok, menurut catatan sejarah boleh diusut ke zaman Dinasti Han pada masa pemerintahan Han Wu-di (sekitar abad 2 SM). Waktu itu ada semacam alat pembayaran dengan lembaran-lembaran yang terbuat dari kulit rusa. Kulit ini tidak berharga, yang berharga adalah logam2 mulia yang diwakilinya. Jadi, lembaran kulit tadi adalah bertindak sebagai lembaran kredit, ini dapat dimengerti karena untuk pembayaran yang besar, tentu tidak mudah mengangkut berkilo2 logam mulia untuk melakukan perdagangan.




Uang kertas yang benar2 dibuat dari kertas pertama kali muncul di dunia pada zaman Dinasti Song, abad 11 M. Sebenarnya, sama saja, uang kertas tadi hanya sebagai perlambang kredit dan beredar di kawasan wilayah yang terbatas. Pada masa itu hanya beredar luas di Sichuan dan tidak dapat dibelanjakan di daerah lainnya. Uang kertas tadi dikeluarkan oleh pemerintah daerah Sichuan dan dinamakan sebagai jiaozi. Dengan jiaozi ini, kita dapat mengambil keping perunggu atau tael perak emas dari gudang kas pemerintah ataupun menukarnya ke badan2 swasta. Uang kertas di zaman ini tidak terlalu populer karena kondisi dan prasyarat kertas yang tidak tahan lama.




Uang kertas di zaman Dinasti Ming sudah lebih maju. Di zaman Ming, peredaran uang kertas sudah lebih terpusat dan teratur oleh pemerintah. Sudah ada nominal2 tertentu seperti yang kita kenal sekarang misalnya 100 wen, 200 wen, 300 wen, 400 wen, 500 wen, 1 guan, 4 guan. 1 guan bernilai sama dengan 1000 wen atau 1 tael perak. Mungkin ini adalah uang kertas yang ukurannya terbesar di dunia, karena 1 guan saja ukurannya sebesar 12 inci x 6 inci. Design cetakan uang kertas di zaman Ming sudah sangat cantik dan waktu itu disebut sebagai baochao.




sumber : disini


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Uang Kertas

Gelar Sembahyang di Kong Miao TMII


share on facebook
SETIAP orang memiliki cara sendiri-sendiri merayakan perayaan tiong ciu atau mid autumn festival. Bagi sebagian orang Tionghoa, ini saatnya reuni keluarga. Menikmati kue bulan aneka ragam, di tem ani secangkir teh, sambil menikmati bulan yang sedang bulat penuh. Tapi, setiap orang memiliki pandangan tersendiri mengenai perayaan tiong ciu atau yang bisa diartikan pertengahan musim gugur itu.

Termasuk, bagaimana umat Konghucu memandang perayaan ini. Uung Sendana, Sekjen Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) mengatakan setiap perayaan dalam kalender lunar, selalu menjadi saat yang bersamaan dengan ritual keagamaan. Pasalnya, agama Konghucu tidak bisa dilepaskan dari berbagai ritual dan tradisi budaya Tionghoa.

"Bagi kami setiap perayaan selaludimulai dengan persembahyangan," ucap pria kelahiran Bandung itu. Dia menuturkan, bahwa ada empat persembahyangan penting yang dilakukan umat Konghucu. Sembahyang Imlek (musim semi), Peh Cun (musim panas), Tong Ciu (musim gugur), dan sembahyang Tang Cik atau Onde (musim dingin).

"Jadi, setiap perayaan penting dalam kalender lunar selalu bertepatan dengan musim tertentu. Makanya, itu tidak bisa dilepaskan dari ritual persembahyangan. Menurut saya itu lebih penting ketimbang sisi euforia saja," tutur pria berkacamata itu lagi. Maka dari itu, menjelang puncak perayaan tiong ciu pada Selasa (21/9) mendatang, pihaknya sudah memiliki rencana untuk menggelar sembahyang bersama di Kongmiao, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur.

Kegiatan persembahyangan akan digelar Selasa (21/9) malam. Selain kegiatan persembahyangan. Matakin juga akan menjadikan momen itu sebagai acara ramah tamah dan silaturahmi antara umat Konghucu dan pengurus Matakin. Sebatas informasi, keberadaan Kongmiao Konghucu di TMII akan rampung November 2010.

Bangunan Kong Miao akan terdiri dari tiga bangunan yang semuanya akan menghadap ke utara (menghadap jalan). Bila dilihat dari arah selatan, bangunan pertama adalah bangunan dengan atap berbentuk lingkaran berdiameter 9 meter. Bangunan itu nantinya akan menjadi per-lambang Tian (Tuhan YME). Sementara di dua bangunan lainnya adalah bagunan yang menjadi per-lambang /; (bumi atau semesta) dan ren (manusia)



sumber : http://bataviase.co.id

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Gelar Sembahyang di Kong Miao TMII

Wednesday, September 22, 2010

Si Katak Kecil yang Tuli


share on facebook
Dipagi hari yang cerah, ada segerombolan katak-katak kecil yang menggelar lomba lari, ada pun tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.

Penonton yang meremehkan kemampuan katak-katak kecil itu berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta, perlombaan pun dimulai secara jujur. Tak satupun penonton benar-benar percaya dan yakin bahwa katak-katak kecil akan bisa mencapai puncak menara.

Maka Terdengar suara:
"Oh, jalannya terlalu sulitttt!! kalian katak kecil gak akan mungkin bisa mencapainya dan sebagian lagi mengatakan Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak."

atau

"Tidak ada kesempatan untuk berhasil...Menaranya terlalu tinggi...!!

Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu, kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi dan semakin tinggi
.

Penonton terus bersorak
, "Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!"

Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah.

Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi.

Dia tak akan menyerah!

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak!
SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?

Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan? Ternyata,,, Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!

Pesan Moral dari cerita ini adalah:

Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu. Selalu pikirkan kata2 bertuah yang ada. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu!

Karena itu:
Tetaplah selalu....

Berfikir Positive!


Dan yang terpenting:


Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu!


Selalu berpikirlah:

I can do this!


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Si Katak Kecil yang Tuli

Menanamkan Nilai Agama kepada Generasi Muda


share on facebook
Untuk menciptakan generasi yang berkarakter dan berakhlak baik, salah satunya adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama dan moral. Filosofi inilah yang menjadi dasar Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) untuk terus mengembangkan kegiatan Diskusi Pendalaman Kitab Suci (Dispenkasi) kepada generasi muda.

Kegiatan tahunan yang kini berusia 23 tahun ini kembali digelar sejak akhir pekan lalu (10-12 September 2010) di Padepokan Karangtumaritis, Bandung, Jawa Barat. Kali ini mengusung tema "Semangat Pemuda Menggelorakan Pembaharuan" yang dihadiri 255 remaja dan pemuda dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Kalimantan, dan Medan, Sumatera Utara. Kegiatan tersebut makin meriah karena dihadiri oleh puluhan peninjau, pimpinan dan pengurus Matakin.

Para peserta mendapatkan siraman rohani, nilai kehidupan, moral, sebagai agen perubahan dan kepemimpinan dalam diskusi bersama rohaniawan Konghucu, yakni Ws HT Saputra dan Js Budi Suniarto. Setelah melalui diskusi panjang dengan para pembicara, peserta juga diuji keberanian serta kedalaman wawasannya soal agama dalam ajang Akang dan Teteh. Persis seperti kontes Miss Indonesia, di acara ini peserta dituntut berpikir dan berbicara cepat, tepat dalam menjawab pertanyaan juri.

”Tujuannya bahwa Konghucu baru diakui, maka apa yang mesti ditunjukkan, dan apa yang diakui. Pemuda sebagai ujung tombak agama Konghucu sejauh ini belum ada gebrakan, di sinilah kita bentuk mereka untuk menjadi agen perubahan yang membawa Konghucu ke arah lebih baik,” kata salah satu panitia Dispenkasi ke-23 Anton Kristiono.

Berbagai Daerah

Peserta dibentuk dalam kelompok-kelompok baik kemah, diskusi maupun kegiatan lain. Uniknya, sebelumnya setiap anggota dalam satu kelompok tersebut tidak saling kenal karena datang dari berbagai daerah. Selain menambah wawasan, peserta juga melakukan kegiatan alam bebas, seperti outbond, yang bertujuan untuk melatih mental sekaligus meningkatkan jiwa kebersamaan, kesetiakawanan dan kerja tim.

Sementara itu, Sekjen Matakin Uung Sendana Linggaraja mengatakan, Dispenkasi awalnya terbentuk dari sebuah pertemuan antara pemuda dan mahasiswa Konghucu di Bandung dan Karawang pada 23 tahun lalu. Dalam pertemuan sekaligus diskusi yang rutin itu muncul keprihatinan terhadap perilaku anak muda yang suka berhura-hura dan bebas melakukan kegiatan negatif, sehingga tercetuslah ide untuk membuat kegiatan pendalaman kitab suci, yang dianggap lebih berarti.

Seiring bertambahnya usia, Dispenkasi juga mengalami perubahan-perubahan. Misalnya, jika pada tahun-tahun awal setiap kelompok diwajibkan mempresentasikan makalah soal kepemimpinan, agama, ilmu pengetahuan, sehingga bersifat kaku dan serius, dalam beberapa tahun terakhir diskusi dibuat dalam bentuk permainan.

Acaranya lebih rileks dan menyenangkan sesuai dengan jiwa anak muda. Dengan demikian diharapkan apa yang mereka terima selama kegiatan mudah diserap dan mengaplikasikannya dalam pergaulan sehari-hari.



sumber : suarapembaruan


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Menanamkan Nilai Agama kepada Generasi Muda

Tripusaka : Bijaksana, Cinta Kasih, Berani / Zhi, Ren, Yong, 知,仁,勇


share on facebook
TRIPUSAKA adalah bekal paling ampuh dalam menghadapi penghidupan dengan segala persoalannya. Dengan Cinta Kasih, manusia mendapatkan landasan dan sandaran bagi motif perbuatannya, bahwa segala langkah dan perbuatan tidak boleh meninggalkan kemanusiaannya, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi; dengan Kebijaksanaan, manusia mampu menangani dan memecahkan segala persoalan secara tepat dan harmonis; dan dengan Keberanian, manusia mendapat semangat dan ketahanan dalam menghadapi tantangan maupun dalam meraih cita. TRIPUSAKA itu wajib menjadi tritunggal dalam diri kita.

Marilah kita ikuti ayat-ayat suci di bawah ini:

- “Adapun Jalan Suci yang harus ditempuh di dunia ini mempunyai Lima Perkara dan Tiga Pusaka di dalam menjalankannya, yakni: hubungan raja dengan menteri, ayah dengan anak, suami dengan isteri, kakak dengan adik dan kawan dengan sahabat. Lima Perkara inilah Jalan Suci yang harus ditempuh di dunia. Kebijaksanaan, Cinta Kasih dan Berani; Tiga Pusaka inilah Kebajikan yang harus ditempuh. Maka yang hendak menjalani harus satu tekadnya.” (Tengah Sempurna XIX:

- “Suka belajar itu mendekatkan kita kepada Kebijaksanaan. Dengan sekuat tenaga melaksanakan tugas mendekatkan kita kepada Cinta Kasih dan rasa Tahu Malu mendekatkan kita kepada Berani.” (Tengah Sempurna XIX: 10)

- “Yang Bijaksana tidak dilamun bimbang. Yang berperi Cinta Kasih tidak merasakan sudah-payah. Dan yang Berani tidak dirundung ketakutan.” (Sabda Suci IX: 29)

- “Sifat keras kemauan, tahan uji, sederhana dan tidak mudah mengucapkan kata-kata, itu dekat dengan peri Cinta Kasih.” (Sabda Suci XIII: 27)

- “Seorang panglima yang mengepalai tiga pasukan masih dapat ditawan. Tetapi cita seorang rakyat jelata tidak dapat dirampas.” (Sabda Suci IX: 26)

- “Seorang yang bercita menjadi siswa dalam Cinta Kasih, tidak inginkan hidup bila itu membahayakan Cinta Kasih. Bahkan ada yang mengorbankan dirinya untuk menyempurnakan Cinta Kasih.” (Sabda Suci XV: 9)

- “Seorang Junzi sekalipun sesaat makan tidak melanggar Cinta Kasih, di dalam kesibukan juga demikian, bahkan di dalam topan dan bahayapun ia tetap demikian.” (S.S. IV: 5)

- “Bila cita selalu ditujukan kepada Cinta Kasih, tiada sarang bagi kejahatan.” (S.S. IV: 4)

- “Jauhkah peri Cinta Kasih? Kalau aku inginkan Cinta Kasih, Cinta Kasih itu sudah besertaku.” (S.S. VII: 30)

- “Di dalam menempuh Cinta Kasih, jangan kalah meski dengan guru.” (Sabda Suci XV: 36)

- “Yang Bijaksana gemar akan air, yang berperi Cinta Kasih gemar akan gunung. Yang Bijaksana tangkas dalam perbuatan, yang berperi Cinta Kasih tenteram. Yang Bijaksana gembira, yang berperi Cinta Kasih tahan menderita.” (S.S. VI: 23)

- “Seorang yang tidak berperi Cinta Kasih, tidak tahan lama di dalam penderitaan dan tidak tahan lama di dalam kesenangan. Seorang yang berperi Cinta Kasih merasakan sentosa di dalam Cinta Kasih dan seorang yang Bijaksana merasa beruntung di dalam Cinta Kasih.” (Sabda Suci IV: 2)

- “Hanya seorang yang penuh Cinta Kasih saja dapat mencintai dan membenci orang.” (Sabda Suci IV: 3)

- “Zai-wo 宰 我 bertanya, “Seorang yang berperi Cinta Kasih kalau diberi tahu bahwa di dalam sumur ada Cinta Kasih, apakah ia akan mengikutinya juga?” Nabi bersabda, “Mengapa harus melakukan perbuatan semacam itu? Seorang Junzi dapat dibunuh, tetapi tidak dapat dijerumuskan; dapat dikelabui, tetapi tidak dapat dijebak.” (Sabda Suci VI: 26)

- Ran-qiu 冉 求 / Jiam-kiu berkata, “Sesungguhnya bukan karena tidak suka akan Jalan Suci Guru, hanya tenaga tidak mencukupi.” Nabi bersabda, “Kalau tenaga tidak mencukupi, orang akan berhenti di tengah jalan. Mengapa engkau membatasi diri sendiri?” (Sabda Suci VI: 12)

- “Seorang siswa tidak boleh tidak berhati luas dan berkemauan keras, karena beratlah bebannya dan jauhlah perjalanannya. Cinta Kasih itulah bebannya, bukankah berat? Sampai mati baharulah berakhir, bukankah jauh?” (Sabda Suci VIII: 7)


sumber : gentanusantara

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Tripusaka : Bijaksana, Cinta Kasih, Berani / Zhi, Ren, Yong, 知,仁,勇

Tuesday, September 21, 2010

Burung Hantu dan Belalang


share on facebook
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit dan perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru "hoo-hoo-hoo-oo-oo" bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan kesukaannya.

Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore musim panas yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua, belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua menengok dari lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela. 




"Pergi dari sini, tuan," katanya kepada belalang tersebut. "Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang! "

Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga haknya di tempat ini saat matahari bersinar sama di pohon tua. Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang menjadi-jadi.

Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang. Akhirnya dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepadanya.



"Tuan yang baik hati," katanya, "jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Tapi saat ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus, saya kira merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan rasakan minuman lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda bernyanyi seperti Apollo . "

Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung hantu. Akhirnya dia melompat ke sarang burung hantu, begitu belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia menerkam dan memakannya.



Makna dari kisah ini: Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan Anda sehingga lengah melawan musuh.

Kisah ini adalah bagian dari Seri Dongeng Aesop
Aesop adalah seorang pendongeng yang konon hidup 600 tahun sebelum Masehi. Dongeng-dongengnya selalu mengajarkan kebaikan atau kebijakan untuk manusia.


sumber : Erabaru

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Burung Hantu dan Belalang

Monday, September 20, 2010

Marga dan Nama Orang Tionghoa


share on facebook
Marga orang Tionghoa muncul pada masa masyarakat matriarkal. Pada masa itu, orang membentuk klan-klan dengan ibu sebagai intinya. Untuk saling membedakan, dipakailah marga untuk sebutan masing-masing klan.

Asal-usul marga, kira-kira ada beberapa macam:

1. Masyarakat matriarkal menggunakan nama ibu sebagai marga. Maka banyak marga kuno memakai nǚ (女, perempuan) sebagai elemen hurufnya. Misalkan: 姜(jiang), 姚(yao), 姬(ji). Bahkan kata “marga”(姓) itu sendiri terdiri dari 女 dan 生.

2. Marga berasal dari binatang yang disembah orang zaman dulu. Misal: 马(ma, kuda), 牛(niu, sapi), 羊(yang, kambing), 龙(long, naga).


3. Marga dari negara leluhur. Misal: 赵(Zhao), 宋(Song), 秦(Qin), 吴(Wu). 

4. Marga berasal dari nama gelar leluhur. Misal: 司马(Sima), 司徒(Situ), yang merupakan nama gelar zaman dulu.

5. Marga berasal dari kedudukan leluhur. Misal: 王(pangeran), 侯(marquis).

6. Posisi dan keadaan tempat tinggal sebagai marga. Misal: 东郭(tembok timur), 西门(gerbang barat), 池(kolam), 柳(willow).

7. Pekerjaan sebagai marga. Misal: pembuat tembikar bermarga 陶(tao, tembikar).

8. Menggunakan nama leluhur sebagai marga. Misal: leluhur bangsa Tiongkok, Huangdi, bernama Xuanyuan, maka akhirnya Xuanyuan menjadi sebuah marga.

Marga orang Tionghoa ada yang terdiri dari satu huruf, juga ada yang dua huruf dan lebih dari dua huruf. Ada berapa jumlah marga di Tiongkok, sampai sekarang belum bisa dipastikan. Pada dinasti Song, ada seorang terpelajar menulis sebuah buku “Bai jia xing”, di dalamnya terdaftar 500 lebih marga, 60 di antaranya adalah marga dengan gabungan huruf. Lembaga Riset Genetika dan Perkembangan Biologis di Akademi Sains Tiongkok setelah bertahun-tahun mengumpulkan data dan melakukan riset, akhirnya menemukan bahwa Tiongkok dari zaman kuno hingga zaman sekarang, telah ada lebih dari 22000 marga. Ini adalah catatan penghitungan marga orang Tionghoa dengan jumlah paling banyak. Saat ini, marga yang digunakan oleh orang Tionghoa kira-kira ada 3500. Di antaranya, ada 100 yang sering ditemui, dan tiga marga paling banyak adalah 李(li), 王(wang), 张(zhang). Marga dengan huruf gabungan paling banyak adalah 诸葛(zhuge), 欧阳(ouyang), 司徒(situ), 司马(sima).

Nama orang Tionghoa memiliki tradisi dan karakteristiknya sendiri. Nama lengkap orang Tionghoa selalu terdiri dari marga di depan, nama di belakang. Nama ada yang satu huruf, juga ada yang dua huruf. Orang di dalam suatu keluarga, namanya harus mengikuti urutan senioritas. Orang dengan derajat senioritas sama, sering kali harus menggunakan satu huruf yang sama. Nama orang kuno lebih rumit dari orang modern. Orang yang terpelajar dan berkedudukan, kecuali marga dan nama, ia juga memiliki zi(style name) dan hao(nama alternatif). Misalkan: Sastrawan dinasti Song, Sushi, bermarga Su, bernama Shi. Ia memiliki style name Zizhan, nama alternatif Dongpo. Penyair dinasti Tang, Libai, pada masa kecilnya tinggal di desa Qinglian di Sichuan. Dia memberi nama alternatif pada diri sendiri “Qinglian jushi”.

Nama orang Tionghoa sering memiliki arti tertentu, menunjukkan harapan tertentu. Ada yang namanya mengandung tempat, waktu maupun gejala alam saat orang itu lahir, misal: “Jing”(Beijing), “Chen”(pagi), “Dong”(musim dingin), “Xue”(salju). Ada yang namanya berartikan harapan dan moral tertentu, misal: “Zhong”(kesetiaan), “Yi”(keadilan), “Li”(tata krama), “Xin”(kepercayaan). Ada yang namanya mengandung harapan kesehatan, panjang umur, bahagia, misal: “Jian”(sehat), “Shou”(panjang umur), “Song”(pinus, mewakili panjang umur), “Fu”(bahagia). Nama laki-laki dan perempuan juga tidak sama. Nama laki-laki kebanyakan memiliki arti kekuatan, keberanian dan wibawa, misal: “Hu”(harimau), “Long”(naga), “Xiong”(keagungan), “Wei”(kecemerlangan), “Gang”(keras), “Qiang”(kuat). Nama perempuan kebanyakan memiliki arti kelembutan dan kecantikan, misal: “Feng”(phoenix), “Hua”(bunga), “Yu”(giok), “Cai”(warna), “Juan”(anggun), “Jing”(ketenangan).

Sekarang, orang Tionghoa tidak lagi begitu memperhatikan nama seperti orang kuno. Biasanya hanya ada nama kecil, nama resmi. Nama juga tidak harus mengikuti urutan senioritas lagi.


(Diterjemahkan dari Overseas Chinese Language and Culture Education Online)


sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Marga dan Nama Orang Tionghoa

Sunday, September 19, 2010

PARA NABI DAN GURU SUCI AGAMA KHONGHUCU


share on facebook
孔 教 聖 師
KONG JIAO SHENG SHI
PARA NABI DAN GURU SUCI AGAMA KHONGHUCU


1. Nabi Baginda Fu Xi 伏羲2953 s.M. - 2838 s.M

2. Nu Wa 女媧 adik perempuan Fu Xi / Bao Xi 包羲

3. Nabi Baginda Shen Nong 神農2838 s.M. - 2718 s.M

4. Nabi Baginda Huang Di 黃帝 2698 s.M. - 2598 s.M

5. Lei Zu 嫘祖 puteri dari Xi Ling西陵, istri Huang Di

6. Cang Jie 蒼頡 menteri Huang Di

7. Jiang Yuan 姜嫄 dari kaum You Tai有邰permaisuri Raja Di Ku 帝 嚳 (cicit Baginda Huang Di) naik takhta 2435 - 2365 s.M

8. Nabi Baginda Tang Yao 唐堯 2357 s.M. - 2255 s.M


9. Nabi Baginda Yu Shun 虞舜 2255 s.M. - 2205 s.M

10. Hou Ji 后稷 nama kecilnya Qi契, putera Nabi perempuan JiangYuan, menteri Pertanian raja Yao dan Shun, bermarga Ji姬, nenek moyang raja-raja dinasti Zhou 1122 s.M. - 255 s.M

11. Gao Yao 皋陶 menteri Kehakiman Nabi Baginda Yu Shun

12. Xie 契 Menteri Pendidikan raja Yao dan Shun, nenek moyang raja-raja dinasti Shang 1766 s.M. - 1122 s.M

13. Yi 益 putra Nabi Gao Yao yang juga menjadi menteri Nabi Baginda Shun dan kemudian menjadi penasehat Yu Agung (Da Yu 大禹)

14. Nabi Baginda Da Yu 大禹2205 s.M. - 2197 s.M. pendiri dinasti Xia 2205 s.M. - 1766 s.M

15. Nabi Baginda Cheng Tang 成湯pendiri dinasti Shang dan memerintah pada 1783 s.M - 1753 s.M

16. Yi Yin 伊尹 menteri raja Cheng Tang, wali (Bao Heng 保衡) raja Tai Jia (Tai Zong) cucu baginda Cheng Tang. Beliau bergelar Yuan Sheng元聖 (Nabi Besar Sempurna)

17. Zhong Hui 仲虺 rekan sejawat Yi Yin, perdana menteri raja Cheng Tang

18. Fu Yue傅說 menteri dan penasehat agung raja dinasti Shang yang bergelar Wu Ding 武丁 1324 s.M. - 1265 s.M

19. Gong Liu 公劉 adalah keturunan Hou Ji yang leluhurnya hidup terasing di antara orang-orang Rong Di 戎狄 sejak jaman raja Tai Kang 太康 (2188 s.M. – 2159 s.M.)

20.Bo Yi 伯夷dan
21.Shu Qi 叔齊 dua orang Nabi hidup pada masa akhir dinasti Shang 
(abad ke 12 s.M.). Mereka adalah putera rajamuda disebuah negeri 
kecil bernama Gu Zhu 孤竹

22. Tai Jiang 太姜 isteri Gu Gong Dan Fu 古公亶父 yang bergelar Tai 
Wang berputera Tai Bo 太伯dan Yu Zhong 虞仲

23. Nabi Tai Ren 太任 penerima wahyu Dan Shu丹書 isteri Ji Li 
berputera Nabi Ji Chang

24. Nabi Baginda Ji Chang 姬昌 permaisurinya bernama Tai Si 太姒; 
Sheng Wang, ayah dari raja Wu Wang 武王 (1134 s.M. - 1115 s.M.) 
pendiri dinasti Zhou (1122 s.M. - 255 s.M.)

25. Tai Gong Wang 太公望 bernama Lu Shang 呂尚 alias Jiang Zi Ya 姜
子牙 menteri raja Wen dan kemudian menjadi panglima raja Wu 
dalam peperangan besar di padang Mu Ye 牧野

26. San Yi Sheng 散宜生, sejawat dengan Tai Gong Wang 太公望

27. Zhou Gong Dan 周公旦adalah putera keempat Nabi Baginda Wen 
Wang. adik dari raja Wu Wang

28. Liu Xia Hui 柳下惠 (Hui yang rumahnya dibawah pohon Yang 
Liu), bernama Zhan Huo 展獲 alias Zi Qin 子禽

29. Yan Zheng Zai 顏徵在, abad ke 6 s.M., adalah puteri seorang 
cendekia dari negeri Song 宋 mermarga Yan. Salah satu tokoh 
penting yang saat mengandung puteranya mendapat wahyu Tuhan 
berupa Kitab Batu Kumala (Yu Su玉 書) yang dimuntahkan oleh 
hewan suci Qilin麒 麟

30. Zhi Sheng Kong Zi 至聖孔子 (551 s.M. - 479 s.M.)


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - PARA NABI DAN GURU SUCI AGAMA KHONGHUCU