Friday, December 31, 2010

Pentingnya sebuah Kepercayaan


share on facebook
Oleh : Xie Zheng Ming

Menjadi orang haruslah dapat dipercaya. Dapat memegang perkataan adalah prinsip dasar menjadi orang. Melakukan hal apapun kepercayaan memegang peranan penting. Seseorang yang telah kehilangan kepercayaan tidak dapat diterima oleh masyarakat, melangkah satu langkah pun sulit. Kepercayaan lebih penting daripada nyawa, karena itu dalam pergaulan sehari-hari harus dapat dipercaya.


Pada jaman Chun Qiu, di negara Wu ada seorang pejabat yang bernama Li Zha. Suatu ketika Li Zha ditugaskan oleh raja Wu untuk beranjangsana ke negara-negara tetangga. Waktu berkunjung ke negara Xu, raja Xu sangat tertarik pada pedang yg dibawa oleh Ji Zha. Ji Zha mengetahui hal tersebut, dalam hati ingin memberikannya, tetapi sebagai seorang utusan dari negara Wu, ia tidak dapat memberikannya begitu saja. Dalam hati Ji Zha memendam keinginan tersebut.

Setalah lewat beberapa waktu, tugas yg diemban pun sudah selesai. Dalam perjalanan pulang ketika melewati negara Xu, Ji Zha dengan terburu-buru mencari raja Xu. Tak disangka raja Xu telah wafat, Ji Zha pergi ke makamnya untuk memberikan penghormatan. Setelah melakukan upacara penghormatan  Ji Zha menggantungkan pedang yg dibawanya pada sebuah pohon. Orang-orang yang menyaksikan hal tersebut terbengong-bengong & menanyakan kepada Ji Zha apa maksudnya. Ji Zha menjawab, "dulu,waktu berkunjung kemari saya telah berjanji dalam hati untuk memberikan pedang ini kepada raja Xu,s ekarang walaupun raja Xu sudah mangkat, saya tetap tidak boleh tidak dapat dipercaya.



Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Pentingnya sebuah Kepercayaan

Thursday, December 30, 2010

Dupa/Hio


share on facebook

Hampir semua orang Tionghoa tahu apa itu Dupa/Hio karena setiap ritual persembahyangan yang dilakukan selalu menggunakan benda yang 1 ini. Bahkan pernah saya mengdengar seorang sesepuh berkata, "Kalau tidak mau memegang dan tidak tahan dengan bau Dupa/Hio janganlah jadi orang Tionghoa." Namun tahukah anda makna yang tersirat dari penggunaan Hio didalam ritual persembahyangan tersebut. Berikut sedikit penjelasan tentang makna dari Hio, jenis-jenisnya, dan cara penggunaannya.

Hio artinya harum. Yang dimaksud harum disini ialah Dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau sedap/harum. Dupa yang dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi) berwujud bubuk atau belahan kayu, misalnya : Tiem Hio (Cheng Xiang), Bok Hio (Mu Xiang)/Gaharu, Than Hio (Tan Siang)/Cendana dan lain-lain.

Makna dan Kegunaan

Membakar dupa/hio mangandung makna :
- Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku. (Dao You Xin He)
- Hatiku dibawa melalui keharuman dupa. (Xin Jia Xiang Chuan)

Selain itu dupa juga berfungsi untuk:
- Menenteramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi. (seperti aroma therapy pada jaman sekarang)
- Mengusir hawa atau hal-hal yang bersifat jahat.
- Mengukur waktu : terutama pada jaman dahulu, sebelum ada lonceng atau jam. (seperti pada saat duel di film-film kungfu)


Macam-macam Dupa/Hio (klik gambar untuk memperbesar)

1. Dupa yang bergagang Hijau

Dupa bergagang hijau
Gunanya khusus untuk bersembahyang di depan jenasah keluarga sendiri atau dalam masa perkabungan.











2. Dupa yang bergagang Merah


Gunanya untuk bersembahyang pada umumnya. (contoh : ke altar Tian/Tuhan, altar Nabi, Shen Ming (para suci), dan leluhur)







3. Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida, bubukan dsb-nya

Gunanya untuk menenteramkan pikiran, mengheningkan cipta, mengusir hawa jahat; dinyalakan pada Swan Lo (Xuan Lu)/tempat dupa --> tidak sama dengan tempat menancapkan dupa.(gambar menyusul)






4. Dupa yang berbentuk spiral, seperti obat nyamuk.

Hanya untuk bau-bauan. Sering ditemui ketika upacara perkabungan.









5. Dupa besar bergagang panjang (Kong Hio/Gong Xiang)


Gunanya khusus untuk upacara sembahyang besar.










6. Tiang Siu Hio/Chang Shou Xiang

Dupa tanpa gagang, panjang lurus, dibakar pada kedua ujungnya. Gunanya untuk bersembahyang kepada Tuhan atau untuk dipasang pada Swan Lo (Xuan Lu)








Ketentuan Jumlah/Penggunaan Dupa

1. Dupa yang bergagang Hijau

2 batang : digunakan untuk menghormat jenasah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung atau belum lewat sembahyang Tai Siang/Da Xiang (sembahyang 3 tahun). Boleh juga dipakai satu batang saja.

2. Dupa yang bergagang Merah

1 batang : dapat digunakan untuk segala upacara sembahyang; bermakna memusatkan pikiran untuk sungguh-sungguh bersujud.

2 batang : untuk menghormat kepada arwah orang tua/yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari/setelah sembahyang Tai Siang; atau ke hadapan altar jenasah bukan keluarga sendiri. Mengandung makna : ada hubungan Iem Yang atau Negatif dan Positif, ada hubungan duniawi.

3 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.

4 batang : sama makna dengan 2 batang.

5 batang : untuk menghormat arwah umum, umpamanya pada sembahyang bulan VIII Imlek(Yin Li) : sembahyang King Hoo Ping (Jing He Ping). Mengandung makna melaksanakan Lima Kebajikan (Ngo Siang/Wu Chang)

8 batang : sama guna dengan 2 batang, khusus untuk upacara kehadapan jenasah oleh Pimpinan Upacara dari Majelis Agama (MAKIN). Mengandung makna Delapan Kebajikan.

9 batang : untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa/Nabi/Para Suci.

1 pak : Boleh sebagai pengganti 9 batang atau 1 batang; ini kurang/tidak perlu.


Cara Menancapkan Dupa

1. Untuk 2 batang dupa

Langsung ditancapkan sekaligus, setelah dinaikkan 2 kali. Ini juga berlaku untuk 4 atau 8 batang.

2. Untuk 3 batang dupa

berlaku juga di Hio Lo berbentuk
bulat
Hio pertama ditancapkan di tengah-tengah, hio kedua ditancapkan disebelah kiri (ditinjau dari altar), hio ketiga ditancapkan disebelah kanan. (lihat gambar)



3. Untuk 5 batang dupa

a. Pada tempat menancapkan dupa (Hio Lo/Xiang Lu) yang berbentuk bulat, 5 batang dupa itu ditancapkan sbb (ditinjau dari altar):

- dupa pertama : tengah-tengah
- dupa kedua : kiri (dalam)
- dupa ketiga : kanan (dalam)
- dupa keempat : kiri (luar)
- dupa kelima : kanan (luar)







b. Pada tempat dupa yang bentuknya persegi panjang. 5 batang dupa itu ditancapkan seperti pada penancapan 3 batang, ditambah dengan dupa keempat disebelah kiri dupa kedua dan dupa kelima di samping kanan dupa ketiga.



4. Untuk 9 batang dupa

Cara menancapkan seperti pada penancapan 3 batang, dinaikkan 3 kali dan tiap kali ditancapkan 3 batang dupa.


Catatan : untuk setiap penancapan dupa selalu menggunakan tangan kiri

Penjelasan : Didalam prinsip-prinsip ajaran yang terdapat di Kitab Ya King (I-Ching) yang menguraikan tentang garis-garis Pat Kwa (Ba Gua), dinyatakan kiri ialah melambangkan unsur Yang atau Positif, dan kanan melambangkan unsur Yin atau Negatif. Maka untuk hal-hal yang bersifat seperti menancapkan dupa, wajib menggunakan tangan kiri. Ada keterangan lain yang peninjauannya secara anatomis (untuk diketahui saja):
Jantung atau Siem (Xin) kita ada disebelah kiri, menancapkan dupa adalah hal kesujudan hati/Siem (jantung), maka digunakanlah tangan kiri.

Fakta tambahan : coba lihat lintasan lari di stadion pasti mengarah kekiri atau lihat atraksi "roda gila" pasti pemainnya muter ke arah kiri.



sumber : SGSK XXVIII No 4-5 Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu, MATAKIN


Please write a comment after you read this article. Thx4..!!

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini.
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Dupa/Hio

Wednesday, December 29, 2010

[Must Read] Filosofi 5 Jari


share on facebook
Suatu kali, seseorang pernah menjelaskan padaku tentang filosofi lima jari. Kata beliau, tiap-tiap jari pada tangan kita merupakan perlambang sesuatu. Aku tercenung khusyuk mendengarkan, lalu dia bertutur.

Ibu jari, kata beliau, merupakan perlambang penguasa. Ibu jari adalah jari yang mengumpulkan semua keunggulan empat jari yang lain, dan mengontrolnya untuk dapat melakukan sesuatu, mensinergikan semua kekuatan empat jari yang lain, dan meledakkannya pada momentum yang tepat. “Cobalah kau genggam palu dengan empat jarimu selain ibu jari” kata beliau padaku, “dan ayunkan palu itu sekuat tenaga, hampir pasti palu itu terbang entah kemana”. Itu cerita beliau tentang ibu jari, jari paling besar yang mengontrol empat jari lainnya.


Telunjuk, kata beliau lagi, adalah perlambang orang kaya, itulah kenapa kita terbiasa menunjuk-nunjuk sesuatu, atau memerintahkan seseorang melakukan sesuatu dengan telunjuk, persis seperti orang kaya yang kelakuannya mau apa-apa tinggal tunjuk. Aku tersenyum sedikit, kupikir bisa jadi juga begitu, lalu kudengarkan dia meneruskan.


Jari Tengah, ujarnya bijak, adalah perlambang seorang yg beriman (orang yang berilmu), jari tengah merupakan jari yang paling tinggi diantara kelima jari,  akan tetapi setiap kali kita akan makan menggunakan tangan, atau mengambil suatu barang, secara anatomis jari tengah akan menarik diri menjadi sejajar dengan empat jari lainnya. Itulah perlambang kebijakan jari tengah.


Aku tersenyum simpul, sambil curi-curi kupraktekkan mengambil kerikil di dekat kakiku dan itu dia si jari tengah mensejajarkan diri dengan yang lain.


Jari Manis, ujarnya lagi, ini adalah perlambang pemuda, pemuda selalu manis untuk dipandang, entah karna kepintarannya, luas pengetahuannya, anggun rupanya, atau karna hal-hal lain, kau tahu, katanya, itulah kenapa kita pasang cincin di jari manis kita, itu perlambang keindahan pemuda!!


Tak sabar aku menanti yang terakhir, sambil tersenyum aku mendengarkan dia berkata merdu, Jari Kelingking, tak lain tak bukan adalah perlambang wanita, katanya. Kelingking jari terlemah diantara semuanya.


Aku mengangguk takzim, tapi lalu tersenyum nakal “bukankah tidak selamanya perempuan itu lemah?”

Kau benar, kata beliau, itulah kenapa permainan “suit” kita memenangkan kelingking dari ibu jari, penguasa saja bisa bertekuk lutut dengan wanita, kata beliau. Benar juga ya, pikirku, sesaat sebelum dia membuyarkan lamunanku dan berkata, kelingking kalah dengan telunjuk seperti wanita dengan harta.



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - [Must Read] Filosofi 5 Jari

Tradisi Tionghoa Laki-laki Berdiri di Kiri dan Wanita di Kanan


share on facebook
oleh : Ivanie St

untuk menjawab pertanyaan sahabat tentang letak cincin pada artikel disini

Di Tiongkok "laki-laki berdiri di kiri dan wanita di kanan" seolah-olah sudah menjadi kebiasaan masyarakat Tiongkok, dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang. Kalau ke WC, lelaki masuk pintu kiri, dan wanita masuk pintu kanan. Kalau mengenakan cincin, laki-laki di tangan kiri, dan wanita di tangan kanan. Selain itu, apabila sepasang suami istri mengambil foto, atau menghadiri upacara tertentu, biasanya suami di sebelah kiri dan istri di sebelah kanan. Kalau terbalik, bisa ditertawai karena dianggap melanggar adat istiadat "laki-laki di kiri dan wanita di kanan".

Bagaimana terjadinya adat istiadat itu? Konon ketika leluhur bangsa Tionghoa Pangu meninggal dunia, organ-organ badannya menjelma menjadi matahari, bulan, bintang, gunung, sungai serta jiwa di bumi. Mata kiri Pangu menjadi dewa mata hari, mata kanannya menjadi dewi bulan. Adat istiadat "laki-laki di kiri, dan wanita di kanan" berasal dari cerita itu. Kedua dewa yang masing-masing mewakili matahari dan bulan itu siapa? Dewa matahari namanya Fuxi, dewi bulan namanya Nuwa, keduanya adalah dewa dalam dongeng rakyat Tiongkok.

Selain itu, adat istiadat "laki-laki di kiri, wanita di kanan" berhubungan erat dengan pandangan filsafat rakyat di zaman kuno. Para ahli filsafat kuno Tiongkok berpendapat, di dunia terdapat dua energi. Satu disebut Yang, dan yang satu lagi disebut Yin. Semua hal ikhwal di dunia alam ini bisa diuraikan menjadi Yin dan Yang. Misalnya besar dan kecil, panjang dan pendek, atas dan bawah, kiri dan kanan. Yang besar, panjang, atas dan kiri adalah Yang, sedangkah hal-hal yang kecil, pendek, bawah dan kanan adalah Yin.

Laki-laki yang dianggap kuat digolongkan sebagai Yang. Ia berdiri di sebelah kiri wanita yang dianggap lemah dan termasuk Yin di kanannya. Ini juga merupakan salah satu asal usul adat istiadat "laki-laki di kiri, wanita di kanan".

Dalam masyarakat feodal Tiongkok, semua hal ikhwal terbagi ke dalam hormat dan hina serta tinggi dan rendah, tak kecuali arah Timur, Barat, Selatan dan Utara, serta depan, belakang, kiri dan kanan.

Pada zaman kuno Tiongkok, kaisar adalah yang paling tinggi. Ia duduk menghadap ke Selatan dan membelakangi Utara. Di sebelah kirinya adalah Timur. Maka sementara kita menghormati arah Timur, posisi kiri juga ikut menjadi anggun. Kamar merupakan bagian paling penting dalam perumahan rakyat.

Di Siheyuan, yaitu perumahan dengan pekarangan segi empat di tengahnya yang merupakan perumahan tradisional di Beijing semuanya berlantai satu, tidak ada bangunan bertingkat. Rumah paling penting dalam Siheyuan adalah Zhengfang, atau rumah resmi, yaitu kamar-kamar mengarah selatan ,disebut pula Shangfang, atau rumah kehormatan. Karena roh peringatan leluhur ditempatkan di tengah rumah Zhengfang, maka kamar Zhengfang berstatus paling tinggi di seluruh rumah Siheyuan. Rumah Zhengfang terdiri dari tiga kamar, di tengah-tengah adalah ruang untuk menghormat leluhur, kamar kiri di sisi timur untuk kakek dan nenek , dan kamar kanan di sisi barat untuk ibu dan ayah. Kamar di sisi kiri lebih besar daripada kamar di sisi kanan. Itu juga adalah pengaruh dari adat istiadat menghormati kiri.

Mengenakan cincin juga mempunyai aturan sendiri. Publik pada umumnya menganggap, kiri menandakan kewibawaan dan kekuatan, kanan menandakan kelemahan dan perhatian. Maka pemakaian cincin juga dibedakan. Laki-laki memakai cincin di tangan kiri, wanita di tangan kanan.

Disamping itu, kalau cincin dikenakan di jari telunjuk oleh seorang , itu pertanda bahwa ia sedang mencari jodoh. Kalau cincin itu dikenakan di jari manisnya , pertanda bahwa pria itu sudah menikah. Sedangkan wanita pada umumnya tidak mengenakan cincin pada jari telunjuknya. Baik laki-laki maupun perempuan bila mengenakan cincin pada jari kelingkingnya masing-masing di tangan kiri dan tangan kanannya , itu adalah pernyataan tegas bahwa dirinya masih belum punya pasangan. Kalau berhubungan dengan orang lain, sebaiknya memperhatikan di mana orang tersebut memakai cincinnya, dan menghormati adat istiadat ini supaya dapat bergaul dengan baik.

Menurut adat istiadat Timur, kalau sepasang suami isteri harus menandatangani sebuah dokumen, nama suaminya pasti harus di depan, dan disusul dengan nama istrinya . Tapi lain di Barat yang menjunjung kebiasaan lady first. Ada satu pepatah Tiongkok berbunyi, memasuki negara lain harus mengikuti kebiasaan negara itu. Dengan mengikuti adat istiadat ini, kalau Anda datang ke Tiongkok, Anda akan dapat dengan cepat membaur dengan masyarakat Tiongkok.


Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Tradisi Tionghoa Laki-laki Berdiri di Kiri dan Wanita di Kanan

Mengapa Cincin Pernikahan Berada di Jari Manis?


share on facebook
Mengapa cincin pernikahan harus diletakkan di jari manis kita? Untuk mengetahui jawabannya, cobalah ikuti langkah-langkah berikut ini. Tuhan benar-benar membuat keajaiban bagi umat manusia untuk direnungkan.

Pertama, tunjukkan telapak tangan Anda, jari tengah ditekuk ke dalam (lihat gambar). Kemudian, 4 jari yang lain pertemukan ujungnya.

Permainan dimulai, 5 pasang jari tetapi hanya 1 pasang yang tidak terpisahkan.

Lalu cobalah membuka ibu jari Anda, ibu jari mewakili orang tua. Ibu jari bisa dibuka, karena semua manusia mengalami sakit dan mati. Dengan demikian orang tua kita akan meninggalkan kita suatu hari nanti.

Kemudian tutup kembali ibu jari Anda, kemudian buka jari telunjuk Anda. Jari telunjuk mewakili kakak dan adik Anda, mereka akan memiliki keluarga sendiri, sehingga mereka juga akan meninggalkan kita.

Sekarang tutup kembali jari telunjuk Anda, buka jari kelingking, yang mewakili anak-anak Anda. Cepat atau lambat anak-anak juga akan meninggalkan kita.

Selanjutnya, tutup jari kelingking Anda, bukalah jari manis Anda tempat dimana kita menaruh cincin perkawinan Anda. Anda akan heran karena jari tersebut tidak akan bisa dibuka. Karena jari manis mewakili suami dan istri, selama hidup Anda dan pasangan Anda akan terus melekat satu sama lain. 




Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Mengapa Cincin Pernikahan Berada di Jari Manis?

Tuesday, December 28, 2010

Tempat Ibadah Agama Khonghucu


share on facebook
Kong Miao, 孔廟(Confucius Temple); Ada satu ciri khas yang membedakan antara Miao atau Kuil Khonghucu dengan bangunan tempat ibadah yang serupa. Pada umumnya di dalam Kong Miao tidak terdapat patung dewa-dewi (Sin Beng), melainkan hanya berupa tulisan pada papan peringatan (Sienci 神柱) yang biasanya hanya berisi tulisan tentang nama Nabi Kongfuzi 孔夫子 / Khonghucu (nama yang lebih umum 孔子 Kongzi) dan juga nama-nama para muridnya yang terkenal.

Bangunan Kong Miao yang tertua di Indonesia terdapat di kota Surabaya yang dikenal dengan "Boen Bio" dan Khongcu Bio di kota Cirebon.

Bok Tok / Mu Duo
Litang, 禮堂 (Ruang Ibadah); Litang adalah nama tempat ibadah agama Khonghucu yang banyak terdapat di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 150 Litang yang tersebar di seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan MAKIN (印尼孔教總會, Majelis Agama Khonghucu Indonesia) dan organisasi pusatnya adalah MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Ciri tempat ibadah tersebut selain altarnya yang berisi Kim Sin (金神) Nabi Kongzi/Khonghucu, juga biasanya terdapat lambang "Mu Duo" 木鐸 atau Bok Tok (dalam dialek Hokian) yaitu berupa gambar Genta dengan tulisan huruf 'Zhong Shu' atau Tiong Sie (bahasa Hokian) artinya "Satya dan Tepasarira/ Tenggang Rasa" yang merupakan inti ajaran agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu 論語: "Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan terhadap orang lain".

Umat Khonghucu biasanya melakukan ibadah di Litang setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek. Namun ada pula yang melaksanakannya pada hari Minggu dan hari lain, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Upacara-upacara hari keagamaan lain seperti peringatan Hari Lahir Nabi Khonghucu (至聖誕, 28 bulan 8 Iemlik), Hari Wafat Khonghucu (至聖忌辰 18 bulan 2 Imlek), Hari Tangcik (冬至 Genta Rohani), dan Tahun Baru Iemlik(春節) dsb. biasanya juga dilakukan di Litang.

Klenteng Boen Tek Bio - Pasar Lama Tangerang
Klenteng, 廟 Miao; klenteng pada umumnya digunakan umat Khonghucu sebagai sarana tempat bersembahyang / ibadah. Oleh kebanyakan orang Tionghoa terutama umat tradisional sehingga kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama Buddha Mahayana, Khonghucu atau Tao. 

Namun kalau kita telaah lebih jauh, ada ciri khas Klenteng yang unik membedakan bangunan tempat ibadah masing-masing penganut agama tersebut yaitu dari nama klenteng tersebut dan juga para Dewa-dewi (Sin Beng) yang berada dalam bangunan Klenteng tersebut. Namun secara umum bangunan Klenteng biasanya bergaya arsitektur khas Tiongkok, misalnya terdapat ukiran Naga atau Liong pada bagian atas atap atau tiang/ pilarnya,ada lukisan Qilin (麒麟, Hokkian:Kilien) - binatang yang dianggap suci, bentuknya seperti seekor rusa, kulitnya bersisik berwarna hijau keemasan, bertanduk tunggal. Hewan suci ini pernah muncul pada saat menjelang kelahiran Khonghucu/ Kongzi dan terbunuh oleh Pangeran Lu Ai Gong 魯哀公 dalam perburuannya yang menandai peristiwa sebelum kewafatan Khonghucu.

Yang pasti (benar) tempat ibadah Khonghucu adalah Klenteng, Litang, Miao, sedangkan tempat ibadah Buddha adalah Cetiya, Vihara dan tempat ibadah Tao adalah Tao Kwan.


Salah satu bentuk bangunan Litang



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Tempat Ibadah Agama Khonghucu

Busana Sang Raja


share on facebook
Pada zaman dahulu kala ada seorang raja, dia sangat suka mengenakan busana yang baru yang indah. Dia, demi untuk berbusana indah, menghabiskan semua uangnya pada pakaian, sedikitpun ia tidak memikirkan pasukannya, ia tidak suka nonton sandiwara.

Kecuali untuk memamerkan sejenak busana barunya, ia juga tidak suka berjalan-jalan ke taman dengan kereta kudanya. Setiap hari setiap jam ia selau mengganti busana baru. Begitu membicarakan raja orang-orang selalu berkata : “raja di ruang ganti pakaian.”

Di kota besar tempat tinggalnya, ia hidup dengan santai dan ceria. Setiap hari banyak tamu asing ke istana. Suatu hari, datanglah dua penipu. Mereka mengaku sebagai tukang tenun. Mereka mengatakan, bahwa mereka bisa memintal kain terindah yang tidak terbayangkan oleh siapapun. Corak dan motif kain ini bukan saja sangat indah, bahkan busana yang terbuat dari kain itu memiliki efek yang unik, yaitu setiap orang yang tidak pantas duduk sebagai pejabat pemerintah atau orang tolol, tidak dapat melihat pakaian ini.

“Itulah adalah pakaian yang paling ku suka!” begitu yang terlintas dalam benak raja. “dengan mengenakan busana itu, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang tolol dalam kerajaanku, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang bodoh dan pintar. Ya, aku akan menyuruh mereka untuk segera memintal kain demikian!” ia banyak menghabiskan uang tunai untuk kedua penipu ini, menyuruh mereka segera bekerja.

Kedua penipu ini memasang dua unit mesin tenun, lalu beraksi bagaikan sedang bekerja, tapi, di atas mesin tenun mereka tidak tampak sesuatu apapun. Mereka berulang kali meminta raja mengambil beberapa sutera mentah dan emas untuk mereka. mereka memasukkan semua ini ke kantung mereka sendiri, lalu berpura-pura sibuk bekerja hingga larut malam. Di atas kedua mesin tenun yang kosong melompong itu.

“Aku penasaran bagaimana hasil tenunan kain mereka,” demikian raja berpikir. Lalu ia berpikir untuk mengutus menteri, “Aku akan mengutus menteri senior yang jujur ke untuk melihat-lihat sejenak pekerjaan tukang tenun itu,” demikian raja berpikir. “Hanya dia yang mengetahui bagaimana rupa kain itu, sebab dia sangat cerdas.”

Demikianlah menteri senior yang jujur itu lalu berangkat ke lokasi kerja kedua penipu itu. kedua penipu itu terus sibuk bekerja di di atas mesin tenun yang kosong.

“Apa-apaan ini?” menteri senior itu merenung, memelototkan matanya.

“Saya tidak melihat apapun disini!” tapi dia tidak berani mengutarakannya.

Kedua penipu itu memintanya mendekat, sambil bertanya padanya, indah bukan, warna dan motif kainnya. Mereka menunjuk kedua mesin tenun yang kosong.

Sang menteri senior itu membuka matanya lebar-lebar, tapi dia tidak melihat apapun, sebab memang tidak ada sesuatu apapun disana. Tapi dia tidak akan membiarkan orang lain tahu kalau dia buta dengan kain ini.” Lalu ia kembali ke istana dan melaporkan hal itu kepada raja.

Kedua penipu tersebut kembali meminta uang, sutera dan emas lebih banyak lagi. Alasan mereka untuk keperluan menenun kain. Mereka memasukkan semua itu ke dalam kantung mereka, tidak ada seuatas benangpun dipasang di atas mesin tenun. Tapi mereka terus saja sibuk di rak mesin yang kosong.

Tidak lama kemudian, raja mengutus pejabat yang jujur lainnya untuk melihat pekerjaan tukang tenun itu, apakah kainnya sudah bisa segera diselesaikan. Nasibnya tidak jauh lebih baik dari menteri senior sebelumnya, ia mengamati dengan cermat, namun di atas ke dua mesin tenun itu kosong, ia tidak melihat sesuatu apapun.

Semua orang membicarakan tentang kain yang indah itu

Ketika kain itu masih dalam proses penenunan, raja lantas bermaksud melihatnya sendiri. Ia memilih serombongan pengiring dari kalangan khusus, diantaranya termasuk menteri yang jujur yang pernah melihat pekerjaan kedua penipu tersebut. Demikianlah, raja beserta pengiringnya berangkat ke tempat tinggal kedua penipu yang licik itu. Kedua penipu tersebut sedang menenun dengan lagak serius, tapi tidak tampak setitik bayanganpun di atas mesin tenun mereka.

“Coba anda lihat, indah bukan?” kata kedua menteri yang jujur itu. “Silahkan paduka, corak dan motif yang begitu indah!” mereka menunjuk pada mesin tenun yang kosong itu, sebab mereka mengira orang lain pasti dapat melihat kainnya.

“Apa-apaan ini?” pikir raja dalam hati. “saya tidak melihat apapun! Ini benar-benar kurang ajar! Apa benar saya orang yang tolol ? dan apa saya tidak pantas menjadi raja? ini adalah hal paling menakutkan yang belum pernah saya temui. “Wah, sungguh indah kain ini!” ujar raja. “Saya menyatakan sangat puas!” Lantas raja mengangguk-anggukan kepalanya menyatakan puas. Ia pura-pura serius mengamati dengan cermat kain itu, sebab ia tidak mau mengatakan bahwa ia tidak melihat apapun. Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!” mereka menyarankan raja agar memakai kain yang indah dan unik ini untuk dibuat menjadi busana, dan mengenakan busana ini mengikuti upacara perjalanan yang akan segera di selenggarakan.

Dan raja menganugerahkan sebuah gelar dan satyalencana yang dapat digantung di lubang kancing pada setiap orang, bahkan menganugerahi mereka sebagai “Master tenun kerajaan”.

Pagi keesokannya upacara perjalanan akan segera berlangsung. Malam di hari pertama, kedua penipu tersebut sepanjang malam tidak tidur, mereka menyalakan 16 batang lilin. Anda bisa melihat mereka sedang kerja lembur, hendak menyelesaikan busana baru sang raja, mereka pura-pura mengambil kain dari mesin tenun. Mereka menggunting sesaat dengan dua gunting besar, lalu menjahit sebentar dengan jarum tanpa benang. Terakhir, mereka berkata serentak : “silahkan lihat! busana baru sudah selesai!”

“Apa-apaan ini?” pikir raja dalam hati. “saya tidak melihat apapun! Ini benar-benar kurang ajar! Apa benar saya orang yang tolol ? dan apa saya tidak pantas menjadi raja? ini adalah hal paling menakutkan yang belum pernah saya temui. “Wah, sungguh indah kain ini!” ujar raja. “Saya menyatakan sangat puas!” Lantas raja mengangguk-anggukan kepalanya menyatakan puas. Ia pura-pura serius mengamati dengan cermat kain itu, sebab ia tidak mau mengatakan bahwa ia tidak melihat apapun. Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!” mereka menyarankan raja agar memakai kain yang indah dan unik ini untuk dibuat menjadi busana, dan mengenakan busana ini mengikuti upacara perjalanan yang akan segera di selenggarakan.

Dan raja menganugerahkan sebuah gelar dan satyalencana yang dapat digantung di lubang kancing pada setiap orang, bahkan menganugerahi mereka sebagai “Master tenun kerajaan”.

Pagi keesokannya upacara perjalanan akan segera berlangsung. Malam di hari pertama, kedua penipu tersebut sepanjang malam tidak tidur, mereka menyalakan 16 batang lilin. Anda bisa melihat mereka sedang kerja lembur, hendak menyelesaikan busana baru sang raja, mereka pura-pura mengambil kain dari mesin tenun. Mereka menggunting sesaat dengan dua gunting besar, lalu menjahit sebentar dengan jarum tanpa benang. Terakhir, mereka berkata serentak : “silahkan lihat! busana baru sudah selesai!”

Para menteri yang harus menyangga slaebet raja, meraba kesana-kemari kain slaebetnya, bagaikan benar-benar memungut slaebet raja. Mereka tidak berani sampai diketahui orang lain kalau mereka benar-benar memang tidak melihat sesuatu apapun.

Begitulah, raja berparade di bawah kubah yang megah itu. Orang-orang yang berdiri di jalan raya dan jendela berkata: “Astaga, busana baru raja benar-benar indah! betapa indahnya slaebet bawah di pakaian atasnya! pakaiannya begitu pas!” siapapun tidak mau sampai diketahui kalau diri sendiri tidak melihat apapun.

“Tapi, ia kan tidak memakai pakaian apapun!” seorang bocah akhirnya berkata.

Lalu, semua orang menyebarkan secara diam-diam ucapan bocah polos ini.

“Ia tidak memakai pakaian apapun kan ada seorang bocah mengatakan bahwa dia tidak berpakaian apapun!”

“Memang ia tidak memakai pakaian apapun!” akhirnya semua rakyat jelata pada berkata begitu. Raja sedikit gemetar, ia merasa malu tapi karena congkaknya ia tetap tidak mau mengakui.

Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita sering merasa malu untuk mengakui kekurangan dan kesalahan kita. Dengan congkak dan angkuh tetap kukuh bertahan, maka yang terlihat adalah kebodohan kita dan banyak orang yang akan memanfaatkan kelemahan itu. Mau jujur kepada diri sendiri adalah sifat paling pemberani.




sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Busana Sang Raja

Perdebatan Sepasang Sepatu


share on facebook
Malam sudah cukup larut. Namun terjadi perdebatan antara sepatu kiri dan sepatu kanan disudut ruangan suatu rumah, tepatnya di rak sepatu. Padahal mereka baru saja melepas lelah setelah seharian penuh menemani tuannya pergi ke pegunugan.

"Enak benar kamu hari ini. Pulang-pulang langsung mau tidur,padahal seharian udah tidur" gerutu sepatu kanan ketika melihat sepatu kiri sudah mau tidur.

"Kamu lihat sendiri, sudah jam berapa sekarang? Masa aku ga boleh tidur?" Jawab si sepatu kiri dengan kesal

"Bukannya kamu sudah ngorok seharian?" Tanya sepatu kanan dengan ketus

"Enak saja! Mana berani di depan bos ngorok?" jawab sepatu kiri sama ketusnya.

"Ya sudah kalau tidak mau mengaku. Yang jelas hari ini kamu santai-santai kan? UENAAKKK TENAN!" Kata sepatu kanan dengan sinis.

"Kamu ini salah makan atau apa? Tanpa alasan marah-marah melulu?" sahut sepatu kiri

"Aku ini tidak marah. Cuma kesal!"

"Apa bedanya marah dan kesal?!"

"Marah setingkat lebih tinggi. Tapi kesal ada gemasnya juga!"

"Hahaha dapat definisi dari mana sobat?"tanya sepatu kiri

"Yah masa bodohlah. Dapat definisi dari mana kek tidak perlu tahu. Yang jelas kamu egois tanpa perasaan. Mengaku sobat, tapi tidak punya empati. Kalau emang seorang sahabat, seharusnya mau membantu!"

"Lho lho lho?aku jadi bingung. Kita ini bukan sekedar sahabat bung! Lebih dari itu. Tidur berdampingan pergi bareng kemana mana. Berbecek ria bersama, dsb. Meski ditakdirkan mempunyai dua tubuh, tetapi kita selalu ditakdirkan hidup berdampingan. Bahkan salah satu di antara kita bagaikan bayangan di cermin. kamu seperti bayanganku, aku seperti bayanganmu. Jadi apa lagi yang perlu dipersoalkan." Jawab si sepatu kiri

"Kamu memang paling pintar bersilat lidah, Berbusa-busa, tapi kenyataannya berbeda!"

"Sudahlah, ini sudah malam. Besok pagi-pagi kita harus sudah siap menemani bos lagi. Aku tidak paham apa yang kamu maksudkan. Coba bicara dengan jelas. Setelah itu kita tidur, "Jawab si sepatu kiri sambil menguap

"Oke, aku mau bicara dengan jujur, gamblang, terang,blak-blakan. Mengapa seharian kamu tidak mau membantu aku? Sepanjang hari, naik turun bukit kamu diam membayu. Sementara aku dibiarkan bekerja keras sendirian?!"

"Lho kamu ini gimana? Bos kan menggunakan mobil barunya! Mobil otomatis. Kaki kirinya sama sekali tidak bekerja. Sementara kaki kanannya menginjak gas dan rem bergantian. Bukannya aku tidak mau membantu. Aku memang tidak bisa berperan karena kaki kiri bos kita juga tidak berperan. Masa aku harus minta-minta dipakai di kaki kanan bos menggantikanmu?! "jawab si kaki kiri panjang lebar

"Jadi besok2 kamu akan bersantai?!"

"Memangnya bos kita seharian menyetir mobil melulu? Apa dia tidak jalan kaki? Kalau jalan kaki apa hanya menggunakan kaki kanan saja? Kamu ini jangan seperti anak kecil hitung-hitungan sama teman. Coba kamu ingat, sebelum beli mobil baru yang otomatis, aku kan yang lebih capai ketimbang kamu? Kalau naik turun pegunungan, aku harus menahan kopling terus-terusan. Apa selama ini aku menggerutu dan jengkel sama kamu? Kan Tidak?!" sahut sepatu kiri berapi-api.

Mendengar penjelasan sepatu kiri, sepatu kanan hanya diam dan menghela napas.

"Sudahlah sobat, kita ini ditakdirkan menjadi pasangan sehidup semati, tak akan pernah berpisah sekejap pun. Abadi. Bahkan lebih abadi ketimbang pasangan suami istri di zaman sekarang, yang sebentar-sebentar kawin cerai. Seandainya aku rusak dan tubuhmu masih utuh pasti kita berdua dibuang. Demikian juga sebaliknya. Tak ada sejarahmya sepatu kiri rusak lalu bos membeli sepatu kiri baru untuk menamani sepatu kanan! Ya kan?" kata si sepatu kiri beragumentasi.

"Kamu memang benar sobat. Hari ini aku terlalu lelah dan gampang emosi. Maafkan aku. Aku telah mengaku salah" Akhirnya sepatu kanan memohon maaf.

Lalu keduanya pun tidur dengan lelap, wajah keduanya tampak ceria dan penuh kedamaian.
Esok harinya mereka saling akrab dan bahu membahu. Saat si bos mengendari mobil, sepatu kiri istirahat sejenak. Namun ketika si bos bermain bola dengan semangat, giliran sepatu kiri yang bekerja keras karena si bos adalah pemain sayap kiri yang menggunakan kaki kirinya.

Cerita yang begitu menyentuh ini kita dapat mengambil sebuah kesimpulan yaitu bahwa hidup harus bisa saling menunjang, saling berbagi, saling bekerja sama. Kita tidak akan bisa hidup hanya sendiri saja. Kita perlu tema, perlu partner untuk menjalani hidup ini. Betapa bahagianya apabila hidup akan selalu berdampingan dengan bahagia. Alangkah indahnya bila suami istri, Ketua Umum - Sek Jen, Presiden dan wakilnya mencontoh kerja sama sepasang sepatu.




sumber : Bertambah Bijak Setiap hari : 5 Matahari"
diambil dari sini


Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Perdebatan Sepasang Sepatu