


Confucius hidup pada jaman chun qiu,adalah seorang pemikir besar dari daratan Tiongkok. Beliau sangat menaruh perhatian terhadap masalah pendidikan. Dalam kesehariannya Confucius bersikap rendah hati & suka belajar. Beliau berpendapat bahwa:setiap orang tidak begitu dilahirkan lantas memiliki pengetahuan yang luas, untuk menjadi orang yang berwawasan haruslah tekun belajar. Suatu ketika Confucius berkunjung ke sebuah kuil leluhur raja untuk menghadiri upacara sembahyang. Di dalam kuil Confucius sering-sering bertanya kepada para pengurus kuil. Ada seseorang yang menertawakan jika Confucius tidak mengetahui tata cara upacara. Mengetahui hal tersebut Confucius berkata: begitu menemukan hal yang kurang jelas haruslah ditanyakan hingga mengerti, barulah benar-benar bisa dikatakan memahami tata cara upacara. Nabi bersabda, "Yu (Cu-lo), Kuberi tahu apa artinya 'mengerti' itu! Bila mengerti berlakulah sebagai orang yang mengerti; bila tidak mengerti berlakulah sebagai orang yang tidak mengerti. Itulah yang dinamai 'mengerti.'" (Sabda Suci II : 17)


SALAH SATU ajaran Agama Khonghucu (Ru Jiao) adalah salam khas yakni Wei De Dong Tian yang bermakna Hanya Kebajikan Tuhan Berkenan. Salam ini adalah suatu pernyataan teologis, mengenai bagaimana manusia dapat mencapai hadirat Tuhan. Tidak ada jalan lain kecuali berbuat kebajikan kepada sesama manusia, hanya itu yang dapat menyelamatkan kita. Salam ini (We De Dong Tian) dijawab dengan Xian You Yi De yang artinya kurang lebih, maka Milikilah yang satu ini adalah kebajikan.“Seorang yang berperi cinta kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lainpun tegak, ia ingin maju, maka berusaha agar orang lainpun maju”
(Sabda Suci VI : 30,3).
Nabi bersada, “Hidup manusia difitrahkan lurus. Kalau tidak lurus tetapi terpelihara juga kehidupannya, itu hanya kebetulan”.
Sabda Suci VI : 19).
Maka dalam kitab Sabda Suci VIII : 8 tersurat: Nabi bersabda, Bangunkan hatimu dengan sanjak, Tegakkan pribadimu dengan kesusilaan, Sempurnakan dirimu dengan musik.
“Dan seseorang yang dapat dipercaya dalam hidup ini akan dapat mencapai cita-cita yang mulia.
(Ajaran Besar X : 18).


1. Jika sang putri mendapatkan keping hitam, maka dia akan menjadi istri rentenir tersebut dan hutang-hutang petani tersebut lunas.
2. Jika sang putri mendapatkan keping putih, maka rentenir tersebut tidak akan menikahi sang putri dan hutang-hutang petani tersebut lunas.
3. Jika sang putri menolak mengambil keping, sang petani akan dipenjara.
1. Sang putri menolak untuk mengambil kepingan.
2. Sang putri menunjukkan bahwa yang di dalam kantong tersebut keduanya adalah berwarna hitam serta mengungkap bahwa rentenir tersebut curang.
3. Sang putri mengambil keping hitam dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan ayahnya dari hutang-hutang dan penjara.
Baik, begini caranya. Sang putri memasukkan tangannya kedalam kantong dan mengambil satu keping tersebut. Tanpa melihat keping tersebut, secara sengaja menjatuhkan (setengah melempar) keping tersebut ke halaman sehingga keping tersebut bercampur dengan keping – keping yang lain di halaman.
“Oh, betapa bodohnya aku” kata sang putri
“Tapi, anda gak usah khawatir, jika tuan melihat sisa kepingan di dalam kantong, maka tuan akan mengetahui keping mana yang saya ambil”.
Dengan begitu, sisa yang ada di dalam kantong adalah keping berwarna hitam sehingga diasumsikan bahwa sang putri telah mengambil keping yang berwarna putih. Sejak rentenir berani menyatakan untuk tidak jujur, sang putri mengubah dari keadaan yang kelihatannya mustahil menjadi keadaan yang sangat menguntungkan.
Inti dari cerita ini adalah :
Semua permasalahan yang kompleks mempunyai jalan keluar, yang anda butuhkan hanya melebarkan pemikiran anda. Jika logika anda tidak bisa bekerja, berusahalah dengan lateral thinking. Lateral thinking sangat kreatif. mudah dikerjakan tiap hari.
"Rahasia untuk sukses adalah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui orang lain”

Nabi bersabda, "Di dalam belajar hendaklah seperti engkau tidak dapat mengejar dan khawatir seperti engkau akan kehilangan pula."
(Sabda Suci VIII : 17)
Nabi bersabda, "Belajar dan selalu dilatih, tidakkah itu menyenangkan?"Kawan-kawan datang dari tempat jauh, tidakkah itu membahagiakan?"Sekalipun orang tidak mau tahu, tidak menyesali; bukankah ini sikap seorang Kuncu?" (Sabda Suci I : 1)