Tuesday, November 23, 2010

Berterima Kasih Ketika Dikritik



share on facebook
Font Re-Size
Menjadi orang yang berterima kasih ketika dikritik adalah contoh teladan yang merupakan intisari dari kebudayaan Tiongkok kuno.

Kritik dan komentar dari orang lain tidak ditangkis untuk melindungi diri, melainkan digunakan untuk mengoreksi dan memperbaiki diri.


Dibawah ini adalah beberapa contoh nyata dari teladan tersebut.

Kaisar Shun, abad 23-22 SM pemimpin Tiongkok kuno, memberi contoh prilaku senang jika rakyatnya mengkritik kesalahan-kesalahannya. Di bawah kepemimpinannya, ia mengantarkan  era baru pemerintahan yang efektif dan reformasi sosial yang harmonis.

Ia memerintahkan menanam berbagai benih biji-bijian berdasarkan perhitungan kondisi musim.

Dia memperkenalkan irigasi dengan membangun saluran dan sistem drainase. Dia mengeruk sungai,  mengendalikan banjir, ia menunjuk pejabat yang berpengetahuan dalam bidangnya untuk mengawasi pertamanan, pertanian, pendidikan, keadilan, dan aspek penting lain dari masyarakat.

 Kaisar Shun menjadi kaisar persatuan terbesar suku di Tiongkok tengah. Secara historis, suku ini dianggap sebagai salah satu nenek moyang pertama peradaban Tiongkok yang menekankan kebajikan dan keselarasan dengan hukum alam.

Mencius, seorang filsuf mengajarkan para siswa tentang Kaisar Shun, Konfusius, dan Zilu, seorang murid Konfusius, mereka mengatakan tiga kalimat, bagaimana baiknya menghadapi kritik dan memperbaiki diri.

Mencius mengatakan kepada murid-muridnya: "Kaisar Shun memberi hormat dan respek kepada orang lain saat mereka menunjukkan kelemahannya. Dia tidak pernah berhenti belajar dari orang lain dan memperbaiki diri.  Sejak dari muda saat ia masih bertani, menjadi pengerajin gerabah dan menjadi nelayan, Shun meniti karir untuk menjadi kaisar.

Dia mendengarkan sungguh-sungguh keluhan dan masukan dari rakyat kecil untuk memperbaiki pemerintahan agar rakyatnya sejahtera, dan seumur hidupnya dia tetap terbuka untuk belajar dari orang lain.. "

Li Shimin, yang dikenal sebagai Kaisar Tang Taizong, 599-649, juga seorang kaisar bijak - baik hati. Selama pemerintahan Dinasti Tang (627-649), Tiongkok mencapai kegemilangan, yang dikenal sebagai Tahun Emas Zhenguan.



Suatu hari pada tahun kedelapan belas dari era Zhenguan, Kaisar Taizong mengadakan sidang dengan berbagai menteri di pengadilan kekaisaran. Dia berkata: "Saya ingin mendengarkan komentar Anda tentang kesalahan saya.  Harap hanya fokus pada kesalahan saya dan berbicara dengan bebas."


Li Ji, seorang pejabat peringkat menengah tidak setuju dan berkata, "Baru-baru ini seseorang menyampaikan saran tertulis yang tidak berkenan di hati Yang Mulia. Anda memarahi dan menginterogasi pejabat tersebut di depan semua orang. Pejabat akhirnya mundur dengan rasa malu. Pendekatan ini tidak mendorong pejabat untuk memberikan kritik yang membangun. " Taizong senang dan berkata, "Apa yang Anda katakan adalah benar. Kesalahan tersebut akan saya perbaiki!"

Sejarah berfungsi sebagai cermin. Setelah mendengar orang lain menunjukkan kesalahan kita, kita perlu untuk menghadapi kesalahan-kesalahan ini kepala dingin dan memiliki ketabahan dan keberanian untuk belajar dari orang lain.

Hanya dengan menjadi pendengar yang baik kita bisa menjadi bijaksana. Hanya dengan memperbaiki kesalahan kita, melakukan perbuatan baik, dan terus menerus melihat ke dalam, kita bisa memiliki pemahaman yang matang tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!

0 comments:

Post a Comment