Monday, November 29, 2010

Tuan Qin yang Gemar Barang Antik


share on facebook
Pada masa Dinasti Qin ada seorang pelajar bernama Qin yang memiliki kegemaran mengumpulkan barang-barang antik. Begitu ia mendengar suatu benda dari zaman kuno, ia pasti membelinya dengan biaya berapapun. Suatu hari, seseorang membawa tikar usang ke rumahnya dan berkata, "Apakah Anda pernah melihat tikar ini sebelumnya? Ini bukan tikar usang biasa, tikar ini pernah digunakan Konfusius sebagai alas duduk!" Mendengar itu Qin sangat senang dan segera menukar tanah miliknya yang ada di sekitar rumahnya dengan tikar usang tersebut.

Beberapa saat kemudian, di rumahnya datang lagi seseorang dengan membawa tongkat antik dan menawarkan tongkat tersebut kepadanya, "tongkat ini digunakan oleh salah satu kaisar pada masa Dinasti Zhou! Dan lebih tua  ratusan tahun dari tikar yang digunakan oleh Konfusius! Berapa banyak Anda bersedia membayarnya? " kata pedagang itu. Qin yang terpelajar ini memegang tongkat dan tidak bisa menahan diri untuk segera membelinya. Sambil mengertakkan gigi, ia mengeluarkan semua barang-barang berharga mliknya dan menukarkan dengan tongkat ini.

Tidak berselang beberapa menit, datang lagi orang ketiga kerumahnya, dengan memperlihat mangkuk tua. Orang itu berkata "Dibandingkan mangkuk tua ini, tikar dan tongkat Anda itu tidak ada apa-apanya, bahkan tidak bisa dianggap sebagai barang antik. Mangkuk tua ini dibuat pada Dinasti Xia, dan semua orang tahu bahwa Dinasti Xia lebih awal ratusan tahun dibandingkan usia kedua benda tersebut! " Jadi Qin tidak punya pilihan lain kecuali menukar harta terakhirnya yaitu rumah miliknya dengan mangkuk antik tersebut. Qin yang terpelajar akhirnya tidak memiliki apapun kecuali ketiga barang antik tersebut.

Akhirnya setiap hari, Qin yang terpelajar membawa tikar usang bekas dipakai Konfusius, tongkat kaisar dari Dinasti Zhou dan mangkuk tua dari Dinasti Xia, Dia meminta-minta makanan dari orang-orang di sepanjang jalan.

Saya kira cerita ini sering kita dengar. Banyak orang yang tidak bisa menjaga keseimbangan keuangan mereka dengan baik, antara menikmati hidup (mengeluarkan uang untuk hal-hal yang mereka sukai) dengan mengelola uang dengan bijaksana.

Apa yang kita sadari dari cerita diatas adalah ketika Qin yang terpelajar sangat menyukai barang-barang antik, tanpa berpikir panjang dan menggunakan nafsu keinginan mulai menghabiskan uangnya membeli barang antik pertama, kemudian pedagang antik berikut datang dan menawarkan lebih banyak lagi barang-barang antik kepadanya.

Ini adalah kenyataan yang kita hadapi sekarang ini. Kita sedang ditawarkan secara terus-menerus dan konsisten dari para penjual di seluruh dunia melalui email, surat, brosur, kartu kredit perusahaan, dan media lainnya untuk barang-barang yang kita sukai. Karena penjual ini telah belajar perilaku belanja kita dan menempatkan kita dalam database yang dirancang dengan baik untuk melacak kebutuhan kita. Saya tidak berpikir yang dilakukan ini salah. Ini hanya permainan di dunia ini, setiap saat kita selalu diusik dan digoda untuk menghabiskan uang dan uang tersebut masuk ke kantong mereka. Apakah kita cukup bijaksana atau akan berakhir seperti Qin yang terpelajar?


sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Tuan Qin yang Gemar Barang Antik

Sunday, November 28, 2010

Mi Zijian, Ketika Usul Ditolak


share on facebook
Konfusius memiliki seorang murid bernama Mi Zijian. Ia adalah hakim di daerah Danfu (yang sekarang Kabupaten Dan di Propinsi Shandong), ia tidak sesibuk pendahulunya. Sebaliknya, ia jarang keluar dari kantor, lebih memilih untuk memainkan kecapi. Daerah ini diurus dengan baik olehnya sehingga mendapat pujian dari masyarakat. Orang-orang berkata, "Hakim ini dapat memainkan kecapi dan tidak suka mencampuri urusan orang. Ia adalah pejabat yang baik."


Ketika Mi Zijian menjadi hakim di daerah Danfu, Negara Qi berencana menyerang Negara Lu. Selama serangan, tentara Negara Qi akan pergi melalui Daerah Danfu. Pada waktu itu, adalah musim panen gandum. Karena gandum emas seharusnya dipanen segera, seseorang berkata kepadanya, "Gandum sudah masak. Ayo biarkan masyarakat umum, termasuk mereka yang tidak menanam dan merawat tanaman ini, untuk ikut memanennya. Hanya dengan cara ini produksi gandum di daerah kita bisa ditingkatkan, dan juga tidak diambil oleh musuh.” Permintaan ini sudah diajukan tiga kali, tapi Mi Zijian tidak setuju.

Tak lama kemudian, petugas dari Negara Qi menangkap musuh di ladang gandum. Jisun, seorang bangsawan dari Negara Lu, sangat marah. Ia mengirim seseorang untuk menyalahkan Mi Zijian. Mr. Mi mengerutkan kening dan berkata, "Jika tidak dipanen tahun ini, kita masih bisa menabur tahun depan, tetapi jika kita membiarkan orang-orang yang tidak bekerja di ladang ini untuk menyiangi untuk memanen gandum, maka pengelola ladang yang kesal malah akan berterima kasih atas serbuan musuh. Hasil gabah dari Kabupaten Danfu hanya berpengaruh sedikit terhadap kekuasaan Negara Lu. Namun, jika orang-orang terbiasa mendapatkan manfaat secara untung-untungan, efek yang berbahaya ini tidak dapat dihilangkan turun temurun." Setelah mendengar ini, Jisun tahu bahwa Mi Zijian jauh lebih pintar dari dia dan berkata memalukan, "Saya lebih baik bersembunyi di dalam tanah daripada malu untuk melihat Mi Zijian."



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini.
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Mi Zijian, Ketika Usul Ditolak

Bebas Penyakit


share on facebook
Zixia dan Zengzi keduanya murid Konfusius. Suatu hari, mereka bertemu di jalan.  Zengzi memperhatikan Zixia dari kepala hingga kaki, kemudian bertanya, “Dulu Anda banyak menderita  penyakit, kurus  dan lemah. Sekarang Anda tampak berisi dan terlihat energik”.

Zixia  dengan gembira berkata, “ Saya baru saja memenangkan pertempuran, jadi saya merasa sangat senang dan berat badan bertambah.”

Tidak paham Zengzi bertanya lagi, ³ Apa maksudmu? ² Zixia menjawab, “Suatu hari saya membaca buku-buku pelajaran tentang Yao (2353 ¬ 2234 SM), Yu (Abad 21 SM) dan Tang (abad ke-15 SM).

 Setelah membaca pandangan mereka mengenai moralitas, persahabatan dan loyalitas, saya menemukan Saya menghargai pandangan mereka dan ingin menjadi orang yang baik. Namun, ketika saya berjalan melihat begitu banyak hal menggoda dan mengamati orang lain yang hidup dalam kemewahan dan kenyamanan, keinginan saya pada harta benda merangsang saya ingin mendapat lebih banyak uang. Pikiran-pikiran yang berlawanan terus bentrok dalam diri ini dan saya tidak bisa menemukan kedamaian apapun. Saya tidak bisa makan dan istirahat dengan baik, kehilangan berat badan dan muncul banyak penyakit.

“Siapa yang memenangkan pertempuran?”  Zengzi bertanya. Zixia menjawab, “ Yao, Yu dan Tang  yang memiliki moralitas, persahabatan dan loyalitas menang. Seperti yang kini Anda dapat lihat, saya telah kembali mendapatkan berat badan”.

Sebenarnya, dari zaman kuno sampai hari ini, banyak orang bijak yang menyadari bahwa keinginan egois manusia berupa benda material, material yang kotor. Ini adalah substansi yang  berkontribusi menyebabkan penyakit manusia. Ketika manusia mengejar keuntungan pribadi, kotoran terus menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Jika orang dapat mengatasi keegoisan dan pikiran buruk lainnya, melihat ringan uang dan materi, menahan godaan manusia, dan melakukan hal-hal secara alami bukan untuk keuntungan pribadi, orang akan berasimilasi pada karakteristik alam semesta. Tubuh dan pikirannya akan meningkat dan  tubuh menjadi sehat. Seseorang akan dapat mencapai sebuah tubuh bebas dari penyakit atau sedikit penyakit.



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Bebas Penyakit

Sifat-sifat Tuhan Menurut Xun Zi


share on facebook
Xun Zi ( 荀 子) hidup antara 326-233 SM. Xun Zi adalah orang yang mengembangkan filsafat bersumber dari agama Khonghucu, ajarannya disebut Da Ru ( 大 儒 ) untuk membedakan ajaran agama Khonghucu yang disebutnya Xiao Ru ( 小 儒 ).

Dalam buku Xun Zi bab XVII (Zhang,1993: 245) berjudul Perundingan Tentang Tuhan atau Tian Lun ( 天 论 ) atau Concerning Heaven disebutkan tujuh sifat Tuhan, yaitu:

1).Kekuasaan Tuhan itu mutlak, atau Tian Zhi ( 天 职 ). Tuhan mempunyai jabatan tertinggi, sebagai pencipta dan pengatur, maka tidak terpengaruh oleh apa pun. Mungkin ada orang yang tidak pernah minta kepada Tuhan dengan cara berdoa atau melakukan upacara, tetapi oleh Tuhan diberi rejeki banyak. Ada juga orang yang setiap hari berdoa minta banyak rejeki kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak memberi lebih banyak. Tidak ada yang dapat menggugat keputusan Tuhan. Tuhan sebenarnya sudah berlaku adil, semua makhluk hidup disediakan makanan, tetapi mereka harus mengambilnya sendiri atau bekerja.

2) Tuhan Yang Maha Pencipta, atau Tian Gong ( 天 共 ). Tuhan telah menciptakan alam dan isinya. Manusia sebagai makhluk paling cerdas selayaknya dapat memelihara alam ini yang menjadi sumber hidupnya. Kenyataanya, tidak semua manusia dapat menjaga kelestarian alam. Manusia yang sudah berbudaya tinggi dan menguasai ilmu pengetahuan tentang lingkungan hidup dapat melestarikan alam. Mereka yang telah mempunyai cukup pengetahuan tentang fungsi dan manfaat kekuatan alam dapat menjaga kelestarian alam, dan itu menandakan kebudayaannya telah tinggi.

3) Tuhan memberi manusia pancaindra agar dapat mengenal dunia luar. Sifat ini disebut Tian Jun ( 天 君 ). Akan tetapi, manusia juga perlu pengetahuan, perlu belajar, agar dapat memanfaatkan pancaindra secara optimal. Manusia tidak hanya mampu memahami benda-benda, tetapi juga dapat menciptakan simbol dan huruf sehingga dapat menyimpan pengalaman dan menyampaikannya kepada orang lain yang berada di tempat lain dan pada waktu yang berbeda.

4) Tuhan memberi manusia organ tubuh agar manusia selalu sehat dan bahagia. sifat itu disebut Tian Guan ( 天 官 ). Manusia wajib belajar menjaga tubuhnya sendiri agar selalu sehat. Untuk itu, manusia perlu pengetahuan tentang kesehatan.

5) Tuhan memberi manusia perasaan agar dapat membedakan antara penderitaan dan kesenangan. Sifat itu disebut Tian Qing ( 天 情 ). Setiap manusia dapat merasakan penderitaan dan kesenangan, tetapi untuk mengendalikan diri agar tidak jatuh dalam penderitaan dan bisa memperoleh kesenangan yang benar, perlu belajar dalam waktu lama.

6). Tuhan memberi manusia makanan agar dapat hidup dan berumur panjang. Sifat itu disebut Tian Yang ( 天 養 ). Namun, manusia wajib belajar memilih makanan yang menyehatkan, bukan hanya makanan yang enak dan membuat perut kenyang.

7). Tuhan memberi manusia alam semesta yang tertib, dan manusia juga harus membuat masyarakat yang tertib. Ketertiban dari Tuhan itu disebut Tian Zheng (天 政). Manusia diperintah agar menjaga kelestarian alam, menjadikan alam ini sebagai tempat yang aman dan nyaman, tetapi manusia perlu belajar hidup tertib. Dalam masyarakat yang kurang berbudaya, orang-orangnya belum mampu menertibkan hidupnya sendiri, belum mandiri, dan tidak dapat menjaga kelestarian lingkungan alam maupun lingkungan sosial.



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini.
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.
READ MORE - Sifat-sifat Tuhan Menurut Xun Zi

Friday, November 26, 2010

Satu yang Menembusi Semuanya


share on facebook
Oleh : Makin Pak Kik Bio

PADA suatu kesempatan ketika Nabi Kongzi berbincang-bincang dengan Cingcu/Zengzi tentang azas “Satu yang menembusi semuanya” ternyata Cham nama kecil Zengzi, mampu mengerti apa yang dimaksud dengan satu menembusi segala, yaitu Zhong Shu/Satya dan Tepaselira. Nabi bersabda: ”Cham, ketahuilah, Jalan Suciku itu satu, tetapi menembusi semuanya.”  Zeng Zi menjawab:  ”Ya, Guru.” Setelah Nabi pergi, murid-murid lain bertanya, “Apa maksud kata-kata tadi ?” Zengzi menjawab: ”Jalan suci Guru, tidak lebih tidak kurang ialah Satya dan Tepasarira.”Karena ini pulalah Nabi berkenan menurunkan kepada Zengzi ajaran-ajarannya yang merupakan penguraian tentang pembinaan diri berdasarkan Satya dan Tepaselira/ Tiong Si/ Zhong Shu ini. Oleh Zengzi kemudian uraian-uraian tadi dibukukan menjadi Kitab Thay Hak/ Da Xue.

Ajaran Satya dan Tepaserira ini disebut oleh Nabi Kongzi sebagai “Jalan Suci Yang Satu Menembusi Semuanya”, karena dalam ajaran ini Satya, vertikal menjalin manusia kepada Tuhan, Khaliknya. Tepaserira, horizontal menjalinkan manusia kepada sesama dan lingkungan hidupnya. Satya mempunyai pengertian imani, suatu rasa, tuntutan untuk selalu Satya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menjadikan kita manusia dengan kodrat kemanusiaannya. Bila terimani, bahwa Firman Tuhan/ Tian Ming itulah Watak Sejati/ Xing manusia dan benih Kebajikan/De, yang bersemi dalam hati nurani/ Xin, itulah pokok Watak Sejati/ Xing, yang merupakan hakekat dari kemanusiaan kita. Maka manusia yang telah dikaruniai kelebihan mulia dan utama itu mengemban tugas menegakkan Firman Tuhan/Tian Ming sebagai rasa “pertanggung-jawaban”/Zhong Yi Tian atas harkat manusiawinya.

Dari karakter huruf Zhong/ Satya, mempunyai arti suatu perilaku yang tengah-tepat, berlandaskan suara hati nurani, dengan mewujudkannya dalam segala tindakan. Manusia di dalam hidupnya secara rohaniah memang terpanggil untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal umat Khonghucu, pengabdian ini merupakan pengejawantahan Satya/ Zhong manusia kepadaNya. Oleh karena itulah maka secara imani manusia terdorong pada kecenderungan mengadakan “persembahyangan” dengan segala ritualnya, untuk mencurahkan isi pengabdiannya terhadap Tuhan. Untuk itu sering disertai dengan bersuci-diri, agar “persembahyangan” nya itu berkenan kepadaNya.

Hal tersebut sudah ada sama lamanya dengan sejarah kemanusiaan dari manusia itu sendiri. Hanyalah kemudian karena disesuaikan dengan alam pikiran manusia, maka persembahyangan itu perkembangannya lalu disertai dengan bermacam-macam tata-cara, ditambah dengan pengorbanan, persembahan, syarat-syarat, dan lain sebagainya. Hal ini kadang-kadang  dapat merubah panggilan imani yang tadinya secara murni keluar dari hati nurani manusia untuk mengadakan persembahyangan berdasarkan kesucian lahir-batin, menjadi suatu tradisi pantulan dari pikiran manusia, yang pada akhirnya kadang-kadang sampai melupakan pokok dari pengabdian itu. Manusia mengadakan lembaga keagamaan dengan segala tata-ibadahnya. Ada yang bersumber dari Kitab Suci namun tak kurang yang berdasarkan tradisi. Bahkan ada yang berlandaskan wangsit atau apapun namanya dari orang tertentu yang suci/ dianggap suci/ menganggap dirinya suci.

Maka dari segala gejala seperti di atas itulah mengapa dalam agama yang diturunkan kepada manusia melalui para Nabi utusanNya, selalu ada suatu ritual persembahyangan pula. Namun karena kebauran antara mana yang agamis dan mana yang tradisional, serta mana yang tak benar, pokok pengabdian dari “persembahyangan” itu dikembalikan/ diluruskan pada dasarnya, yaitu kesucian diri lahir batinlah yang menjadi syarat utamanya, agar persembahyangan manusia berkenan kepadaNya.

Kesucian lahir batin dalam iman umat Khonghucu memang sudah ditetapkan apa yang berkenan kepadaNya, yakni Kebajikan. Sedang benih kebajikan itu bersemi di dalam hati nurani. Dimana watak sejati yang difirmankan Tuhan itu berada, jadi sesungguhnya “persembahyangan” kepada Tuhan itu harus didasari dengan pengamalan FirmanNya. Dan itu, tentu adalah menetapi kodrat kemanusiaan.Dengan begitu bukankah merupakan sikap Satya kepada Tian/ Tuhan Yang Maha  Esa.Zigong bertanya,”Adakah satu kata yang boleh menjadi pedoman sepanjang hidup?”  Nabi bersabda,”Itulah Tepaserira,” Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain.”  Lun Yi XV : 24 “Maka kata-kata yang tidak senonoh itu akan kembali kepada yang mengucapkan, begitu pula kekayaan yang diperoleh dengan tidak halal itu akan habis tidak keruan.” Da Xue X : 10.Tepasarira adalah merupakan wujud dari pengejawantahan Firman Tuhan terhadap sesama dan lingkungannya yang akan dijelasan dalam tulisan berikutnya.**



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Satu yang Menembusi Semuanya

Thursday, November 25, 2010

Konfusianitas


share on facebook
Oleh WS. Budhi. S. Pribadi,CH

Ru-Ji/Ji-Kauw adalah nama asli dari agama Khonghucu yang diturunkan Tuhan/Tian lewat para raja -Nabi Purba, dan terakhir Nabi Kongzi (baca: Kongce) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Khonghucu/Confucius, merupakan sebuah ajaran bagi umat manusia yang datang beriringan dengan sejarah manusia, sejak kurang lebih 5000 tahun yang lampau, yang pada mulanya berhubungan langsung dengan suatu tempat, suatu waktu, suatu kaum tertentu, yaitu, daratan, sejarah peradaban manusia yang kita kenal sebagai Tiongkok/Zhong-Guo.

Adapun nama "Konfusianisme/Agama Khonghucu" yang sekarang lazim dikenal dan telah digunakan secara umum diseluruh dunia, adalah muncul sejak FR. Matteo Ricci seorang missionaris Katolik datang ke Tiongkok, dengan melatinkan nama Khonghucu menjadi Confusius, dan agama-Ru (Ru-Jiao) dengan confucianisme/konfusianisme -Agama Khonghucu.

Agama Khonghucu Bersifat Monoteisme Universal.

Para Nabi utusan-Nya yang merangkai agama Khonghucu, adalah Shun yang merupakan orang Timur (Korea dan Jepang); Raja Suci Nabi Purba Wen-Wang, yang merupakan orang Barat (orang Asia - Timur), Nabi Yu-I-Agung adalah dari Yunan (orang Asia Tenggara) dan orang-orang Suku Han yang merupakan suku mayoritas Tiongkok.

Wahyu Tuhan Diturunkannya Agama Khonghucu

Tian/Tuhan Yang Maha Esa sebagai pusat perhatian dalam agama memang mempunyai aspek pengimanan yang berbeda dalam sejarah umat manusia, namun secara garis besar dapat dikatakan ada dua hal yang utama, yaitu pertama pengimanan Tuhan secara Transenden, dan yang kedua pengimanan Tuhan secara Immanen, sebagai wujud pengimanan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di dalam konsep teologi konfusian, kehidupan surgawi "ditentukan" oleh dasar prilaku/amal bakti dalam kehidupan di dunia, yang merupakan bagian dari kehendak Tuhan atas penjadian dan kehidupan manusia yang menjadi ujian jalan ke surga. Bahwa dalam "niat" manusia untuk memberi makna hidupnya, dan hal misteri akan sebelum dan sesudah "kehidupan manusia" adalah permasalahan yang utama, yakni ada titik perhatian, bahwa hidup ini adalah tidak lepas dari perkara "sebelumnya", dan hidup ini adalah rangkaian dengan perkara sebelum dan sesudahnya, yang kemudian memberi wacana tentang makna kehidupan beragamanya.

Adapun dalam pembinaan rohani bagi umat Khonghucu, yang utama adalah pembinaan diri, bagaimana untuk menjadi Manusia-Sejati, yang disebut "Susilawan/Junzi" yang merupakan tugas dan wajib dari agama. Dalam agama Khonghucu, Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan 'Penguasa' tidak membiarkan manusia hidup tanpa "Petunjuk" atas adanya Nabi utusan-Nya, lambang-lambang kebesaran-Nya, untuk memungkinkan umat manusia menemukan petunjuk-Nya.

Oleh karena itu, pencaharian manusia dapat mengikuti ajaran para Nabi Utusan-Nya, dan menghayati lambang-lambang suci-Nya, adalah keniscayaan yang dapat menjadi jalan menemukan pencaharian manusia, yang baik atas tuhannya, bahkan makna hidupnya.

Agama Khonghucu dalam kehadirannya di dunia, adalah tidak lepas dari lingkup persoalan "Pencaharian Manusia" di atas, maka bila ingin mengenal agama Khonghucu, adalah lewat pendekatan "Agamis" kehidupan beragama umatnya, sebab bila tidak akan menimbulkan salah persepsi, seperti adanya banyak orang yang menganggap ajaran Khonghucu bukan agama, melainkan sebuah etika melulu.

Pada awal sejarahnya, ketika kehidupan manusia dimulai selalu ada keyakinan pada utusan-utusan dalam era peradaban yang zaman itu di Tiongkok muncul pemimpin-pemimpin yang mengantar mereka pada tingkat yang berlanjut pada sejarah yang menempuh perjalanan lebih dari 5000 tahun hingga sekarang, dan seiring dengan perjalanan waktu sejarahnya, agama Khonghucu/Ru-jiao lahir dan kemudian menjadi agama yang diyakini umatnya, bahkan melintasi batas negara menjadi agama yang universal bagi yang percaya.

Agama Khonghucu Memiliki Karakteristik

Dalam agama Khonghucu, terdapat nilai-nilai kerohanian dalam perjalanan sejarahnya yang amat panjang, dengan mengalami transisi dan transformasi mulai dari pewahyuan yang diterima oleh para raja suci - nabi purba sampai nabi yang terakhir - Nabi Kongzi/Khonghucu, dan diteruskan dan ditegakkan oleh Rasul Bingcu/Mengzi, yang meneruskan ajaran-ajaran Khonghucu.

Di dalam perjalanan transisi dan transformasinya, telah mengalami perkembangan dengan disebut "Neo-Konfusianitas" suatu pembaharuan yang dipelopori oleh Zhuxi/Chu-Hi. Dalam penyebaran selanjutnya, dikumpulkan dan diklasifikasikan kitab-kitab suci Wujing dan Si-Shu yang merupakan dasar ajaran dan tradisi sejak raja suci nabi Purba Fu-Xi hingga Khonghucu dan penerusnya yang dikenal sebagai Agama Khonghucu ini.

Bahwa teologi dan peribadahan agama Khonghucu, adalah berdasarkan pada konsep Tiga Landasan Keimanan yang disebut "Sancai"' yaitu: (1) Jalan Suci Tuhan (Tian-Dao), (2) Jalan Suci Alam/Bumi (Di-Dao), (3) Jalan Suci Manusia (Ren-Dao), dan bersandar pada hakekat Watak-Sejati/Kodrati Manusia, yang berupa benih-benih kebajikan yang disebut Empat Kebajikan Si-De, yaitu: (1) Cinta Kasih (Ren), (2) Kebenaran (Yi), (3) Kesusilaan (Li), (4) Kecerdasan/Arif Bijaksana (Zhi).

Bila hal ini dapat benar-benar terlaksana di dalam kehidupan disebut "Dapat-Dipercaya/Xin dan menjadi "Lima Kebajikan" yang lestari (Wu-Chang) sebagai ajaran moral kerohanian yang mempunyai nilai-nilai spiritual yang luhur. Di dalam peribadahan agama Khonghucu, adalah kepada Tian, Tuhan Yang Maha Esa (Tian), kepada alam semesta/bumi (Di), dan kepada leluhur termasuk para suci (Ren), yang disebut Tian-Di-Re/Tuhan Bumi dan Leluhur di tempat-tempat ibadahnya sesuai dalam tiga landasan dasar keimanan umat Khonghucu/Konfusianitas.

Bahwa agama Khonghucu bukan sekadar filsafat/etika biasa yang banyak ditafsirkan oleh mereka yang hanya mengerti kulit luarnya, melainkan suatu bangunan yang besar dan luas sekali, yang tidak mudah diucapkan dengan kata-kata scara implisit saja. Di dalam kitab sucinya yang disebut kitab kejadian alam semesta dengan segala perubahan dan peristiwa/Yi-Jing/I-Ching.

Diungkapkan bagaimana Tuhan dan alam semesta beserta segenap wujud di dalamnya dengan pemahamannya (kognitif) yang disertai pula dengan perasaan (afektif) serta keyakinan dan keimanan. Oleh karena itu dalam "Bangunan Agama" masing-masing agama yang ada. Mempunyai konsep yang beragam, memiliki dasar-dasar yang sama, tetapi juga ada perbedaan-perbedaan dalam teologinya, tata peribadahan dan tata cara sosial kemasyarakatan dalam bidang agamanya, yang tidak perlu adanya perbedaan, dipersamakan dan dibedakan, biarlah masing-masing mempunyai keasliannya sendiri-sendiri.



sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Konfusianitas

Wednesday, November 24, 2010

Riwayat Bingcu Atau Mencius


share on facebook
Bingcu adalah penganut Nabi Khongcu yang paling besar dan termashur, beliau bergelar A Sing atau wakil Nabi Khongcu yang menlanjutkan pekerjaan Nabi, beliau adalah penegak agama Khonghucu dan pelurus dalam memberikan penafsiran terhadap ajaran agama khonghucu dalam menghadapai berbagai aliran yang muncul waktu itu, yang membahayakan kemurniaan ajaran agama. Sekalipun tidak mempunyai hubungan pribadi antara Bingcu dengan Nabi Khongcu. (Bingcu lahir tahun 372 SM atau 107 tahun setelah wafat Nabi Khongcu), tetapi dengan segala kekuatan dan kemampuannya serta iman dan rahmat THIAN, Bingcu telah menyebar, mengembangkan dan menegakkan ajaran agama Khonghucu. Bingcu adalah seorang penganut Nabi, maka telah memperhatikan soal-soal detail, yang lebih terperinci. Beliau lebih pandai bicara, lebih pandai berdebat maka sering oleh orang-orang barat Bingcu dianggap lebih "besar" daripada Nabi Khongcu. Akan tetapi keyakinan umat agama khonghucu lebih cocok pada kenyataan. Nabi Khongcu diumpamakan sebagai batu giok yaitu sebuah batu permata yang bewarna lembut kehijau-hijauan. Keindahannya baru kelihatan bila orang memandangnya dengan seksama dan agak lama. Bingcu sebaliknya, diumpamakan sebagai batu kristal gunung terang, bersih dan bening.

Jaman Bingcu dinamai jaman Cian Kok (perang antar kerajaan) yang kekacauan dan kemelutnya jauh lebih hebat dari pada jaman Chun Chiu (musim semi dan musim rontok) saat Nabi Khongcu mencanangkan ajaranNya. Bingcu berkeyakinan bahwa kondisi jamannya hanya dapat ditolong dengan kembali kepada jalan suci yang dibawakan Nabi, Bingcu juga menjadi guru raja-raja mengajar mereka cara memerintah Negara sehingga boleh membawakan damai dunia.

Pada waktu itu juga terdapat guru-guru pemikir lain yang mengembara dari satu istana ke istana lain. Mereka berbuat demikian, sebagian besar hanya untuk dapat di pelihara oleh raja-raja.

Bingcu sekalipun juga bergantung kepada kemurahan hati raja-raja untuk dapat melaksanakan misinya, beliau memandang rendah perbuatan pemikiran yang sebenarnya hanya petualang-petualang politik yang hanya bermotif mencari keuntungan diri sendiri itu.

Karena itu,sikap Bingcu terhadap raja-raja selalu nampak angkuh, suatu waku terlampau angkuh kesemuanya ini untuk menjaga jangan sampai raja-raja itu memandang rendah kepadanya dan menyamakannya dengan pemikir-pemikir palsu itu.

Sikap ini berbeda sekali dengan sikap Nabi Khongcu terhadap raja-raja, beliau selalu bersikap penuh hormat. Nabi Khongcu tidak mau menonjolkan diri, rendah hati dan penuh dengan kehalusan budi yang menjadikan beliau begitu menarik dan disukai orang. Bingcu sebaliknya selalu siap membela prinsip dan ajarannya, menyerang aliran-aliran yang sesat, selalu bersedia untuk berdebat dan mengadu argumentasi.

Perkataan-perkataan Bingcu selalu terang, suatu waktu kasar, sering menetang tetapi membangun, penuh dengan kepercayaan diri dan selalu menarik. Dari semuanya ini dpat ditarik kesimpulan bahwa Nabi Khongcu lebih halus perasaan kejiwaannya dari pada Bingcu. Ini juga nampak dari pada sikap mereka terhadap musik. Waktu Nabi Khongcu mendengar musik dari jaman purba yang sangat indah, Nabi begitu terharu sehingga tiga bulan lamanya lupa akan lezatnya rasa daging. Bingcu sebaliknya ia menganggap musik klasik maupun musik masa kini sama saja. Kedua-duanya hanya menunjukan sifat sosial dan perasaan manusia. Akan tetapi, di bidang moral, tentang hidup menempuh jalan suci yang diajarakan agama, Bingcu belum pernah memberi sedikit onsesi, di sini beliau sama dengan nabi, di sini Bingcu benar-benar murid sejati Nabi Khongcu.

Sebagai catatan akhir tentang Bingcu (372-289 SM) dapat disebutkan di sini bahwa di dalam pembentukan pribadi Bingcu, kebijaksanaan ibu Bingcu dalam mengasuh dan mendidik sangat berpengaruh dan berperan. Ibu Bingcu termasyur sebagai ibu yang patut menjadi suri teladan sepanjang masa. Kepada beliau wajib tidak kita lupakan akan segala kebijaksanaan dan pengabdiannya sehingga sang putera boleh menjadi pribadi yang menggenapkan penulisan kitab Su Si kita.

Dari sejarah suci yang sekilas kita ungkapkan ini dapat kita tarik garis kesimpulan, Bahwa sejarah suci Agama Khonghucu itu merupakan sejarah yang mengungkapkan bagaimana jalan suci dan kebajikan wajib ditegakan di dalam kehidupan dan di dunia, itulah Firman Tuhan Yang Maha Esa yang wajib ditegakkan tiap insan beriman.

Adapun sifat-sifat Rasul Bingcu :


1. Selalu memperhatikan soal-soal detail aliran-aliran sesat
2. Perkataannya selalu terang
3. Sering menentang tapi membangun,
4. Pandai Bicara
5. Nampak angkuh
6. Sering menyerang
7. Pandai berdebat
8. Selalu menarik
9. Penuh percaya diri
10. Selalu membela prinsip


READ MORE - Riwayat Bingcu Atau Mencius

Telur Emas (Keserakahan Sumber Bencana)


share on facebook
Dikisahkan seorang peternak angsa, memiliki begitu banyak angsa di peternakannya. Sang peternak adalah seorang yang rajin memelihara angsa – angsanya, hanya saja karena pengelolaan peternakannya yang sederhana dan tidak pernah diupayakan untuk ditingkatkan maka hasil telur dari angsa – angsa ini selalu begitu – begitu saja tidak pernah memberikan peningkatan penghasilan bagi sang peternak.

Suatu pagi, seperti biasa sang peternak bangun dari tidurnya dan bergegas menuju kandang – kandang angsanya untuk segera mengumpulkan telur – telur yang dihasilkan si angsa hari itu. Betapa terkejutnya sang peternak ketika mendapati sebuah telur berwarna kuning keemasan dari seekor angsa tua di kandang paling ujung.

“Siapa yang pagi – pagi telah berusaha mempedayai saya”, gumamnya dalam hati sambil memungut telur keemasan tadi. “Mungkinkah ini sebuah telur dari emas”, pikirnya kemudian.

Lama dia berpikir me – logika terhadap apa yang terjadi dengannya pagi itu, sambil terus memandangi telur keemasan digenggamannya. Merasakan beratnya, mengetuk – ngetukkannya pada batu, menggores – goreskannya, sampai pada suatu keyakinan dalam hati pak peternak bahwa dia harus bergegas memastikan benda apa itu.

Bergegas dia menuju ke tempat ahli logam tak jauh dari rumahnya, yang kemudian dia meminta sang ahli logam untuk menganalisa benda apakah yang dia temukan pagi itu. Sang ahli logam mengambil lup – nya, yang kemudian mencermati telur keemasan yang diterimanya.

Beberapa saat kemudian dia memandangi si peternak, sambil menyerahkan telur tersebut dan berkata, : “Ini adalah emas murni 24 karat berbentuk bulat telur dengan berat hampir satu kilogram..!”.

Setengah tak percaya si peternak kemudian meminta sang ahli logam untuk menukar telur emas tersebut dengan uang sesuai dengan taksiran harganya.

Segepok uang yang diterimanya kemudian segera dibelanjakan segala barang yang dia impikan selama ini untuk dimiliki dari pakaian – pakaian yang bagus dan mahal, perabot – perabot mahal dan sebagainya.

Esok harinya, karena masih banyak sisa uang untuk hidupnya hari itu, dengan langkah malas dia menuju ke kandang angsanya untuk memunguti telur – telur hasil pada hari itu. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa kejadian telur emas kemarin hari akan berulang lagi pada hari itu. Dan benar dia kembali menemukan telur emas pada angsa yang sama. Bergegas dia berlari menuju kota untuk kembali menjual telur tersebut.

Esok paginya setelah bangun pagi, dengan berharap – harap cemas dia kembali menuju angsa tua petelur emas. Dan benar ! Kembali sang angsa mempersembahkan satu telur emas kepada sang peternak.

Hal yang sama terjadi esok paginya, esok paginya dan seterusnya sehingga membuat si peternak menjadi rajin bangun pagi – pagi sekali untuk sekedar segera mendapat telur emas dari angsa tua itu.

Dalam waktu singkat, kehidupan si peternak pun berubah. Si angsa tua juga sudah diberi tempat khusus di sebelah kamar tidur si peternak agar telur emas hasil si angsa tua tiap pagi tidak dicuri orang dan dengan mudah dapat segera diambil oleh sang peternak untuk dijual. Rumahnya kini telah berubah menjadi begitu mewah. Lama kelamaan timbulah sifat tamak dari si peternak.

“Mengapa saya harus menunggu satu butir telur emas setiap harinya dari si angsa tua”, pikirnya.., betapa bodohnya saya”. “Isi perut angsa tua itu pastilah penuh dengan emas, kenapa tidak sekarang saja saya ambil semuanya sehingga saya tidak perlu susah – susah menunggu tiap pagi, serta dalam sekali waktu saya sudah bisa dapatkan semua”, begitulah pikir sang peternak.

Diambilnya parang besar miliknya, dan dalam sekejap dibelahlah dada si angsa tua. Tapi apa yang terjadi ? Tak ada secuil pun telur emas di dalam perut si angsa tua. Dan yang lebih buruk, si angsa tua saat itu juga mati digenggaman sang peternak.

Telur emas tiap pagi pun tinggal kenangan.


Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Telur Emas (Keserakahan Sumber Bencana)

Dong Guo dan Serigala (Menolong Orang Perlu Waspada)


share on facebook
Dong Guo sedang melakukan perjalanan menuju negri Zhong San untuk mengurus sesuatu. Ia berjalan kaki sementara di punggung keledai nya ada beberapa buku dan barang” bawaan lainnya. Berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya Dong Guo sadar bahwa dia sudah salah jalan & tersesat.

Sementara ia bingung arah yg seharusnya ditempuh, seekor serigala mendatanginya. Serigala itu berseru,” Tolong selamatkan aku, Tolong selamatkan aku!”
Dong Guo balik bertanya, “Ada masalah apa dengan mu, apa yg membuat kamu minta tolong kepada saya?”.

Serigala itu menjawab, “ Ada sekumpulan pemburu sedang mengejarku. Mereka bisa melukai dan membunuhku. Aku pernah dengar bahwa Anda adalah orang yg sangat baik. Karena itu aku mohon, tolong selamatkan aku. Aku pasti akan membalas budi baik mu!”.

Setelah berpikir sejenak Dong Guo bertanya lagi, “ Bagaimana saya bisa percaya bahwa kamu akan membalas budi, lagi pula jika para pemburu itu tahu aku menyembunyikan kamu, jangan-jangan saya pun akan celaka! Namun, saya selalu ingin berbuat baik. Sekarang saya akan menolong mu,hal yang lain itu urusan nanti.”

Dengan segera Dong Guo mengeluarkan buku-buku & barang bawaan nya & menyuruh serigala itu masuk dalam kantong barang tersebut untuk diletakkan di punggung keledai. Namun, sudah beberapa kali dicoba, serigala itu tidak juga bisa masuk dalam kantong itu.
Semakin tidak bisa masuk, semakin membuat serigala itu khawatir & takut. Lalu dengan hikmat terakhir Dong Guo menekuk keempat kaki serigala itu dan akhirnya bisa masuk juga.

Baru saja kantong itu di letakkan diatas punggung keledai, para pemburu datang & bertanya kepada nya, "Apakah Tuan melihat seekor serigala lewat?”. Dong Guo menjawab, “ Saya sedang salah jalan dan tersesat. Sekarang saya sedang bingung harus jalan kearah mana. Karena itu, saya tidak terlalu memerhatikan apakah ada serigala lewat atau tidak.”

Para pemburu itu pun percaya dan segera berlalu dari hadapan nya. Melihat para pemburu itu sudah berlalu dan merasa situasi sudah aman, Dong Guo melepaskan serigala itu. Begitu keluar, serigala itu pun berkata, “ Sungguh aku berterima kasih pada mu karena telah menyelamatkan nyawa ku. Namun jika tuan ingin menolong seharus nya menolong sampai tuntas!”.

Serigala pun menjelaskan, “ Aku sekarang sudah sangat lapar. Beri aku makanan atau biarkan aku memakanmu, karena dengan demikian Tuan sudah menolong saya sampai tuntas!”.

Dong Guo kaget dan mulai takut mendengar ucapan serigala itu. Sambil menjauh ia berkata, “ Koq, bisa begitu? Di kolong langit ini tidak ada yg seperti kamu. Saya sudah menyelamatkan mu dari kematian tapi sekarang kamu mau makan saya? Jika kamu tetap mau makan saya, coba pergi dan cari 3 makhluk tua dan bertanya kpd mereka. Jika mereka setuju bahwa kamu boleh memakan saya, segera makan lah saya.”

Serigala itu pun menyanggupi syarat yg diajukan Dong Guo. Ia membawa Dong Guo pergi ke satu pohon besar dan bertemu dgn tikus. Serigala itu menceritakan kpd tikus bahwa dia sudah di tolong oleh Dong Guo dan sekarang karena lapar , ingin memakan Dong Guo.
Tikus itu menjawab,” Aku sudah 20 tahun membantu Tuan Ku untuk mengambil buah-buahan. Sekarang ketika aku sudah tua seperti ini, dia malah menjualku. Hidup memang begitu, sering kali kita harus menjumpai ketidakadilan. Karena itu,aku setuju kalau serigala ingin memakan Tuan!”

Lalu mereka pun meneruskan perjalanan dan bertemu seekor sapi. Kejadian yg sebenarnya pun diceritakan kepada si sapi. Setelah mendengarkan dgn seksama, sapi itu memberikan pendapatnya, “ Seumur hidup susuku diperas oleh tuanku, sekarang ketika aku sudah tua dan tidak bisa memproduksi susu segar lagi, mereka merencanakan untuk menyembelih dan memakan dagingku. Karena itu aku setuju bila serigala memakan tubuh Tuan!”

Sementara meneruskan perjalanan, Dong Guo semakin ketakutan dan juga mulai belajar menerima kenyataan bahwa serigala yang ditolong nya malah mau memakan diri nya. Akhirnya mereka bertemu seorang yang tua. Orang itu mendengarkan dengan seksama semua cerita Dong Guo & Serigala.

Setelah menimbang-nimbang, orang tua itu sambil mengernyitkan dahi bertanya, “ Saya tak habis pikir bagaimana mungkin serigala bisa masuk ke kantong sekecil ini? Jika saya dengan mata kepala sendiri bisa menyaksikan serigala ini masuk ke dalam kantong dan Tuan bisa mengangkat dia ke atas punggung keledai, maka saya setuju tubuh Tuan dimakan oleh nya.”

Mendengar itu, serigala merasa diatas angin karena sebentar lagi bisa memakan tubuh Dong Guo. Serigala itu berkata dalam hati, tadi aku bisa masuk, sekarang pasti juga bisa!
“Ayo Tuan Dong Guo, silakan buka kantong Anda dan biarkanlah Pak Tua ini menyaksikan bahwa saya bisa masuk kedalam kantong itu dan Tuan bisa angkat ke atas punggung keledai!” kata serigala bersemangat.

Dong Guo melipat keempat kaki serigala lalu memasukkan kedalam kantongnya, setelah itu ia mengikatnya. Ketika hendak mengangkatnya ke atas punggung keledai, Pak Tua itu berkata, “Biar saya yang melakukannya!”. Lalu Pak Tua itu dengan segera mengeluarkan tongkat kayunya dan memukulkannya berkali-kali ke kantong tersebut. Serigala itu meraung-raung dengan keras, namun suara raungan itu makin lama makin pelan sampai tak terdengar lagi. Serigala itu pun mati dan Dong Guo bisa melanjutkan hidupnya.


Pesan Cerita:

Hidup memang sering tidak bersahabat. Banyak orang yg kita tolong tampak tidak tahu berterima kasih dan malah mau mencelakakan kita. Menolong orang adalah tindakan terpuji, namun karena dunia disekitar kita banyak sekali orang jahat yg tidak tahu berterima kasih, maka sebaik nya kita bijaksana dalam menolong seseorang. Tolonglah orang yg tepat, serta tetaplah waspada kendati kita sudah yakin bahwa orang yang kita tolong adalah orang yg tepat. Tetap waspada agar kita sendiri tidak dicelakai. Jika kita jadi orang yg menerima pertolongan, ingatlah bahwa kita tidak selayak nya mencelakakan orang yg sudah menolong kita. Apalagi diatas sana ada Tuhan yang suka menolong orang yang baik. Seperti hal nya orang tua yang membunuh serigala tersebut,Tuhan pun bisa mengutus orang atau mengizinkan suatu peristiwa terjadi untuk mencegah kita melakukan tindakan yang tidak semestinya.



Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Dong Guo dan Serigala (Menolong Orang Perlu Waspada)

Tuesday, November 23, 2010

Budi Luhur Orang Besar


share on facebook
Konfusius (551-479 SM) pernah berkata, "Bunga anggrek tumbuh di hutan dan mengeluarkan aroma wangi walau tidak ada orang di sekitarnya yang menghargai. Demikian pula, orang berbudi luhur tidak akan membiarkan kelemahan menghalangi mereka untuk kultivasi dan membangun kebajikan."

Orang Besar tahu kebenaran tentang kehidupan. Terlepas dari apa keadaannya, ia berpegang pada prinsip moral dalam melakukan sesuatu dan mengikuti ajaran-ajaran orang-orang suci. Kemanapun ia pergi, ia menyebar kebaikan dan mempengaruhi mereka yang berhubungan dengannya, sehingga orang lain menghormati nilai etika dan keadilan.

Efektivitas ajaran dan pengaruhnya menjadi contoh karakter yang saleh. Berikut ini adalah beberapa cerita tentang Konfusius dan murid-muridnya yang didokumentasikan dalam The Analects of Confucius and The School Sayings of Confucius.


Orang Besar Berbicara dengan Perbuatannya



Pada satu kesempatan, Yan Hui bertanya kepada Konfusius, "Apakah ciri-ciri orang bermoral rendah?" Konfusius menjawab, bahwa Orang Besar berbicara dengan perbuatannya. Kata-katanya sama dengan perbuatannya. Segala sesuatu yang dikatakan dan dikerjakan, dia berbuat berdasarkan prinsip-prinsip yang disampaikan oleh orang-orang saleh. Seorang bermoral rendah hanya menunjukkan kefasihannya. Dia cepat dalam membuat tuntutan dan menemukan kesalahan orang lain, tanpa kontribusi apa pun.

Orang Besar memperlakukan orang lain dengan ketulusan. Ketika ia melihat teman-teman melanggar etika, dia mengingatkan mereka tentang konsekuensi dan membujuk untuk bertindak benar. Kata-katanya berasal dari hatinya karena dia benar-benar peduli akan kebahagiaan  orang lain. Sehingga persahabatan cenderung semakin erat. Orang-orang bermoral rendah tampak telah membentuk aliansi untuk membuat masalah. Namun, mereka tidak bisa membantu, bisa  bertengkar dan menarik pisau dari punggung masing-masing.

Konfusius juga mengatakan, bahwa Orang Besar berpikir kebajikan; orang bermoral rendah memikirkan kenyamanan. Orang besar berpikir hukuman; orang Inferior berpikir tentang nikmat yang ia dapat. Ini menggambarkan perbedaan dalam pikiran kedua orang. Orang besar tidak mengikuti orang banyak, apalagi bersekongkol dengan orang lain. Ia berpikir bagaimana berbuat bajik dan adil. Orang bermoral rendah khawatir tentang diri sendiri sepanjang waktu.  Orang besar taat hukum dan disiplin diri. Orang bermoral rendah demi keuntungan pribadi di atas segala sesuatu dan pikirannya dipenuhi dengan keuntungan kecil dan kenyamanan.

Ini Standar Siswa yang ditulis pada masa Dinasti Qing (1644 - 1912), "Ingatkan pihak lain dengan kebaikan; sehingga kebajikan ditegakkan di kedua sisi.  Sedangkan orang bermoral rendah tidak perduli terhadap kesalahan orang lain; sehingga kebajikan hilang di kedua sisi. " Ini adalah satu lagi contoh bagaimana Orang bermoral rendah bertindak berbeda dari orang Besar.


Kata-kata dan perbuatan orang besar didasarkan pada pikirannya. Orang Besar mengisi pikiran dengan kebaikan dan rasionalitas. Kata-kata dan perbuatan secara konsekuen penuh cinta, kebaikan dan kemurahan hati. Ketika orang Besar muncul di suatu daerah, kemurnian pikirannya akan mempengaruhi orang di sekelilingnya, membangkitkan hati nurani orang lain dan menanam benih integritas dan kebaikan.

Menggunakan Kebijaksanaan untuk Hindari  Perselisihan



Konfusius memimpin murid-muridnya berjalan ke Kuang, sebuah daerah di Kerajaan Song. Orang-orang setempat mengira Konfusius adalah Yang Hu, seorang pria brutal yang menyerang orang Kuang. Mereka segera memberitahu Jianzi, kepala daerah Kuang. Jianzi buru-buru mengumpulkan prajurit dengan baju besi lengkap dan mereka menunggang kuda untuk mengepung Konfusius dan para pengikutnya.

Zilu, salah satu murid Konfusius, bereaksi secara alami. Dia merasa tersinggung begitu dia melihat orang-orang Kuang mengepung mereka. Dia merebut senjata dan bersiapan untuk melawan. Konfusius menghentikannya dan berkata, "Bagaimana mungkin orang-orang yang berkultivasi dan berprilaku baik dan adil tidak mampu menghentikan kebrutalan ini? Ini adalah kesalahan saya  tidak  banyak mengajarkan puisi kuno, karya-karya besar dan mengenalkan etiket serta musik.

“Mari Zilu, mainkan musik, nyanyikan lagu dan saya akan bergabung dengan anda.” Zilu meletakkan senjatanya dan mengeluarkan sebuah alat musik. Dia mulai bermain dan bernyanyi. Konfusius mengikutinya. Setelah tiga putaran bernyanyi, rakyat Kuang menyadari bahwa Konfusius adalah orang suci, bukan Yang Hu brutal. Mereka menanggalkan baju besi mereka dan pergi.

Bahkan di bawah pengepungan, Konfusius tetap tenang. Dia pertama kali melihat dirinya sendiri untuk melihat apakah ia bersalah. Jika tidak, ia kemudian melanjutkan dengan ajaran-Nya dan mempengaruhi melalui etiket dan musik. Tindakan-Nya menunjukkan perbedaan antara dia dan Yang Hu. Orang-orang dari Kuang menyadari bahwa Konfusius adalah orang besar, suci, meskipun penampilannya serupa dengan Yang Hu. Mereka akhirnya pergi dan malu. Sehingga mereka menanggalkan baju besi  dan kembali damai. Konfusius mengubah orang dengan kebajikan-Nya, ia membalik situasi berbahaya di sekitar. Konfusius memberi contoh kebaikan manusia dengan hati yang baik. Orang lain bisa merasakan kemurahan hatinya dan rasa tanggung jawab  membawa  kebudayaan tradisional.



Fokus pada Hal Utama

Suatu hari Duke Ai dari Lu bertanya kepada Konfusius, "Pada zaman kuno, topi jenis apa yang dipakai Raja Shun?"

Konfusius tidak menjawab. Duke bertanya lagi, "Saya mencoba belajar dari Anda Mengapa kau tidak menjawab?."

Konfusius membungkuk dan menjawab, "Karena pertanyaan yang Mulia  tidak difokuskan pada persoalan utama. Itu sebabnya saya berpikir tentang bagaimana untuk menjawab."

Duke menjadi penasaran dan bertanya, "Apakah persoalan utamanya?"

Konfusius menjawab, bahwa selama pemerintahan Raja Shun, beliau mencintai orang sebagai anak-anaknya sendiri.  Beliau mengedepankan berbudi luhur dan mampu melaksanakan. Kebajikan-Nya meluas di seluruh negeri. Namun, beliau tetap sederhana dan rendah hati. Beliau mengubah sesuatunya, seperti empat siklus perubahan makhluk hidup di alam. Beliau mendorong pertumbuhan karakter orang. Menyebar kebaikan untuk makhluk hidup agar menjadi baik.

Itulah mengapa ajarannya menyebar jauh dan luas. Bahkan burung legendaris phoenix dan Kirin muncul di tanah wilayahnya, bersaksi untuk kebajikannya yang tinggi. Semua ini terjadi karena dorongan Raja Shun untuk kehidupan dan peningkatan. Yang  Mulia Anda bertanya tentang jenis topi Raja Shun daripada persoalan penting dan itu sebabnya saya tidak bisa menjawab dengan benar.

Hidup Orang Seperti Masuk Ruang Anggrek

Konfusius pernah berkata kepada Zeng Can, "Zixia akan meningkat cepat karena ia menghabiskan waktu bersama orang-orang yang lebih saleh daripada dia. Tinggal dengan orang-orang seperti hidup di rumah dengan anggrek mekar. Berasimilasi terhadap lingkungan. Jadi orang besar harus berhati-hati dalam memilih siapa yang ia ajak tinggal bersama. " Hal ini juga dinyatakan dalam Standar untuk Siswa, "Hal ini sangat bermanfaat jika kita tetap dekat dengan orang-orang baik hati. Dengan berlalunya setiap hari, kebajikan seseorang meningkat dan kesalahan seseorang berkurang. Tinggal jauh dari orang-orang semacam ini berbahaya. Salah satunya adalah tertarik pada orang bermoral rendah yang akan menghancurkan segalanya. "

Ini memberitahu kita bahwa dengan tetap dekat dengan orang-orang baik hati, bajik, sebagai teman dan guru, seseorang bisa memperluas pengetahuan serta meningkatkan integritas. Orang Besar menjadi contoh yang baik. Orang lain di sekitar dia akan belajar untuk melihat kelemahan mereka dan selalu menetapkan standar yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri. "Sering mencari kekurangan sendiri, daripada menyalahkan orang lain" seseorang harus transparan dalam kata-kata dan tindakan. Menerapkan standar yang ketat untuk diri sendiri, namun menjadi toleran terhadap orang lain mencerminkan karakter kemurahan hati. Kebaikan tertinggi adalah seperti air. Memfasilitasi semuanya tanpa menginginkan apa-apa.


Karakter yang saleh dari orang besar membawa keharmonisan dan perdamaian. Ini membantu untuk mengingatkan semua orang untuk latihan dan disiplin diri agar tidak bertindak melawan hati nurani. Dalam dunia materi hari ini, di mana banyak orang yang didorong oleh keserakahan dalam mengejar ketenaran dan keuntungan, lebih penting untuk mematuhi etika batin seseorang dan aspirasi. 


sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Budi Luhur Orang Besar

Orang Baik Tak Suka Berdebat, Orang yang Suka Berdebat Bukan Orang Baik



share on facebook
Pada jaman dahulu, ada seorang pria yang berteman dengan orang yang pandai berdebat. Pada saat itu, ia yakin bahwa temannya itu berbakat (pandai bicara), dan ia tidak terlalu memikirkan hubungan antara kebaikan dan kejahatan. Seiring waktu, pria ini bertemu dengan banyak orang lain yang mengalami penghinaan dan mereka tidak membantah atau melawan. Saat itulah ia menyadari perbedaan besar antara kedua jenis orang ini. 



Suatu hari, ketika membaca buku klasik Dao De Jing (Tao Te Ching) dari Lao Zi, diutarakan bahwa “orang suci melakukan sesuatu namun tidak bertempur demi hal itu”.  Dia tiba-tiba tercerahkan pada fakta bahwa kecerdikan orang dalam hal berdebat bukanlah merupakan talenta (bakat) seseorang, malah sesungguhnya kerendahan hati dalam menerima hal apapun barulah tingkat seseorang yang lebih tinggi.

Lao Zi berkata, "Orang Baik Tak Suka Berdebat, Orang yang Suka Berdebat Bukan Orang Baik.” Lebih lanjut ia memaparkan bahwa “Kata-kata jujur mungkin tidaklah enak didengar, namun kata-kata yang enak didengar, belum tentu merupakan kejujuran.” Orang yang suka berdebat mungkin tidak memiliki pengetahuan yang luas, sementara orang-orang yang yang berpengetahuan dan kaya pengalaman mungkin tidak suka berdebat.”

Tersadarkan oleh kebajikan, yang paling penting adalah tindakan, bukan kata-kata. Anda tidak perlu memperdebatkan kebenaran yang lebih tinggi setiap hari. Karena perdebatan pada kenyataannya hanya kata-kata, sedangkan perbuatan lurus barulah yang mengungkapkan intisari sejati seseorang. Setiap kebenaran dan prinsip yang lurus hanya dapat diwujudkan secara terus menerus dan kultivasi sejati. 


Selain itu, dalam kitab suci yang berbeda, Konfusius berkata, "Orang bijaksana lambat dalam bicara tapi cepat dalam tindakan". "Orang bijaksana  makan, namun tidak sampai kekenyangan. Mereka hidup, namun tidak mencari kesenangan. Mereka pandai dan berpengetahuan, namun berhati-hati dengan apa yang mereka katakan.”

Mereka berdua, Konfusius, Lao Zi dan Master spiritual besar lainnya, setuju bahwa apa pun yang kita lakukan, apakah kita meningkatkan moralitas kita atau terlibat dalam kegiatan sosial, kita harus bekerja keras tanpa banyak berdebat, membantah, menuntut dan komplain. 


Jika kita berpikir tentang hal ini dengan hati-hati, orang baik dengan kemampuan  besar dan keterampilan tidak perlu mengambil sikap dengan pendirian orang lain. Dia tidak perlu untuk membuktikan pendapatnya. Bahkan dalam menghadapi fitnah atau serangan pribadi, dia dapat berdiri tegak dan tindakannya tetap tidak tercela.

Mereka yang selalu dapat bertahan dalam penghinaan dan mereka yang dapat terus melakukan hal lurus dengan diam-diam tanpa memikirkan imbalan atau pengakuan, alam pikirannya meningkat lebih tinggi daripada mereka yang memiliki batin yang terikat pada kesuksesan duniawi semata. Orang baik tidak membutuhkan sanjungan ataupun pujian untuk mendapatkan respek dari orang lain.

Sebaliknya, mereka yang selalu berargumen dan berdebat setiap hari, tidak memiliki kebijaksanaan yang besar, meskipun mereka mungkin tampak terampil. Orang bijaksana akan berpikir sebelum ia berbicara. 

Dalam berbicara juga harus menghindari berbicara keras dan kalimat kosong, tidak mengkritik orang lain dengan cara apapun, tapi tulus dan baik kepada semua. Harus selalu menghindari perbedaan pendapat di depan orang lain dan sama sekali tidak menghina orang lain. Inilah ciri-ciri orang lurus dan tingkat tinggi. 

Jadi, jelas bahwa kita semua harus sedikit bicara, dan banyak kerja. (Erabaru/art)


sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!
READ MORE - Orang Baik Tak Suka Berdebat, Orang yang Suka Berdebat Bukan Orang Baik