Saturday, January 29, 2011

Makna Tahun Baru Yin Li (Sien Cia) Bagi Umat Agama Khonghucu


share on facebook
Font Re-Size
oleh : Xs. Tjhie Tjay Ing, Sala.


Didalam lingkungan umat Khonghucu khususnya atau lebih luas di dalam masyarakat Tionghoa, bahkan di dalam lingkungan bangsa-bangsa di Asia Timur, dalam merayakan hari Tahun Barunya, meskipun mungkin ada sebutan yang berbeda tetapi adalah sama di dalam sistim penanggalannya; yaitu pada tanggal 1 bulan satu Imlek/Yin Li, 阴厉 yang selalu jatuh pada bulan baru antara 21 Januari sampai 19 Februari, atau antara saat hari Da Han 大寒 (Great Cold – Saat Terdingin) sampai dengan hari Yu Shui 雨 水 (Spring Showers – Hujan Musim Semi).

Imlek artinya Penanggalan yang berdasar peredaran bulan. Sebaliknya Yanglik/Yang Li, 阳 厉 berarti penanggalan yang berdasar peredaran matahari. Penanggalan Imlek tiap bulan tanggal satu selalu jatuh pada bulan baru dan pada tanggal 15 adalah bulan purnama. Karena bulan mengelilingi bumi lebih kurang 29 1/2 hari maka tiap bulan terdiri atas 29 atau 30 hari. Penanggalan Yangli mengutamakan pembagian bulannya untuk disesuaikan dengan peredaran musim. Maka satu tahunnya disesuaikan dengan letak matahari dalam masa satu tahun yang lebih kurang 365 1/4 hari. Penanggalan Imlek kita meski disesuaikan dengan peredaran rembulan tetapi dicocokkan pula dengan peredaran matahari. Maka cocok untuk menentukan bulan baru dan purnama tetapi juga cocok untuk menentukan peredaran musim. Oleh karena itu sesungguhnya kurang lengkap kalau hanya dinamai Imlek, kiranya lebih tepat dinamai Iem-Yang Lik/Yin-Yang Li, 阴 阳 厉. Untuk mencocokkan dengan peredaran matahari tiap 5 tahun diadakan 2 kali bulan Kabisat – Lun Gwee/Run Yue,闰 月, yang dalam setahunnya berisi 13 bulan.

Ada beberapa sebutan untuk penanggalan Imlek kita itu. Nama aslinya ialah Xia Li, 夏 厉 atau Penanggalan Dinasti He/Xia, 夏. Dinamai He Lik karena dinasti Xia (2205 – 1766 s.M.) adalah yang pertama-tama dicatat telah menggunakan penanggalan ini. Nama sebutan lain ialah Nong Li, 农 厉, artinya Penanggalan Petani, karena penanggalan ini Tahun Barunya dimulai saat menjelangnya musim semi, dan perhitungan-perhitungan musimnya sangat cocok untuk para petani. Dinamai pula Kongzi Li, 孔子厉 atau Penanggalan Nabi Khongcu karena penggunaannya kembali secara resmi sejak jaman Raja Wu, 武(140 – 86 s.M.) dari dinasti Han,汉 (206 – 220 s.M.) adalah berdasarkan Sabda Nabi Khongcu yang terdapat di dalam Kitab Lun Yu, 论 语 XV: 11 (Yan Yuan, 颜渊 bertanya bagaimana mengatur pemerintahan. Nabi bersabda, “Pakailah penanggalan Dinasti Xia………………..”).

Mengapakah Nabi Khongcu sampai mengucapkan sabda itu dan bagaimanakah Raja Han Wu Di, 汉 武 帝 sampai menetapkan sebagai penanggalan resmi? Baiklah kami berikan penjelasannya.

Nabi Khongcu yang hidup pada jaman Dinasti Zhou, 周 (1122 – 255 s.M.) merasakan bahwa sistim penanggalan yang dipakai Dinasti Zhuo itu kurang sesuai untuk kepentingan rakyat banyak yang hidup sebagai petani, yang Tahun Barunya ditetapkan dengan hari Dongzhi, 冬至 (Winter Soltice – Pertengahan Musim Dingin).

Pada jaman dahulu menjadi tradisi tiap Dinasti menggunakan sistim penanggalan yang lain. Perbedaan penanggalan ini terutama adalah mengenai saat hari Tahun Barunya.

Dinasti Xia menetapkan Tahun Barunya pada saat Jian Yin, 建寅 (saat kejadian manusia), Cia Gwee/Zheng Yue, 正 月 yang sekarang ini. Dinasti Yin, 殷 (1766 – 1122 s.M.) menetapkan saat Jian Chou, 建 丑 (saat kejadian bumi), yaitu bulan baru atau tanggal satu Cap-ji Gwee/Shi-er Yue, 十二月 yang sekarang ini. Dan Dinasti Zhou menetapkan saat Jian Zi, 建 子 (saat kejadian langit), yaitu bulan baru Cap-iet Gwee/Shi-yi Yue, 十一月 atau tepatnya saat Tangcik (22 Desember). 

Di dalam penghidupan rakyat jelata pada jaman dahulu penetapan saat Tahun Baru memegang peranan penting karena penetapan itu menjadi pedoman mereka menyiapkan pekerjaan di dalam tahun mendatang. Pada jaman kuno itu tidak ada catatan penanggalan yang dimiliki oleh rakyat sendiri, karena tidak ada alat-alat tulis seperti sekarang. Mereka menanti saat-saat datangnya Tahun Baru dari petugas kerajaan yang tiap Tahun Baru memberitakan maklumat-maklumat raja. 

Di dalam Kitab Shu Jing, 书 经 Bagian Kitab Dinasti He ditulis : “Tiap tahun pada saat datang permulaan musim semi (Meng Chun, 孟 春) diperintahkanlah orang dengan membawa Mu Duo, 木铎 (Genta logam yang dipukul dengan kayu/canang) berjalan sepanjang jalan.” (untuk menyampaikan amanat-amanat itu). Sebagai yang kita ketahui Dinasti Xia menetapkan Tahun Barunya pada saat menjelang musim semi. Maka utusannya pun dikirim pada saat itu. Demikian pula Dinasti Yin atau Shang, 商 yang menetapkan Tahun Barunya pada akhir musim dingin atau Ji Dong, 季 冬 dan Dinasti Zhou menetapkan Tahun Barunya pada pertengahan musim dingin atau Zhong Dong, 中 冬 atau Dong Zhi 冬 至 (tibanya musim dingin). Maka mereka akan mengutus orangnya juga pada bulan yang sesuai dengan penetapannya itu. Kini dapat kita simpulkan Dinasti Xia jauh lebih bijaksana karena berita datangnya Tahun Baru tepat sebagai perintah segera menyiapkan pekerjaan untuk tahun mendatang. Sedangkan Dinasti Yin dan Zhou rakyat masih harus menanti satu – dua bulan melewatkan musim dingin.

Nabi Khongcu yang di dalam seluruh hidupnya mencurahkan perhatian untuk kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat, maka dapat kita pahami mengapa beliau bersabda kepada Yan Hui, 颜 回 tentang pemerintahan yang baik dianjurkan menggunakan penanggalan Dinasti Xia. Terhadap anjuran Nabi Khongcu itu sudah barang tentu tidak ada raja atau rajamuda-rajamuda Dinasti Zhou yang mau menerimanya, karena penanggalan adalah lambang suatu Dinasti. Benar kemudian Dinasti Zhou runtuh pada tahun 255 s.M. dan berdiri Dinasti Qin, 秦 (255 – 206 S.M.) yang juga mengganti sistim penanggalannya, tetapi saat Tahun Barunya justru dimajukan sebulan lagi, jadi bulan Cap Gwee/Shi Yue, 十月 yang sekarang.

Dinasti Qin tidak lama memerintah, baru turun pada kaisar yang kedua, Er Shi Huang Di, 二世皇帝 Dinasti Qin telah ditumbangkan oleh seorang pemberontak dari Negara Chu, 楚 yang bergelar Chu Ba Wang, 楚霸王 bersama rekannya yang bernama Liu Bang, 刘 邦. Setelah musnah Dinasti Qin, terjadi pertengkaran antara 2 pemimpin pemberontak itu. Chu Ba Wang akhirnya kalah dan berdirilah Dinasti Han dengan Lau Pang sebagai rajanya dan bergelar Han Gao Zu, 汉 高祖. Raja-raja Dinasti Han nampak-nya mula-mula selalu sibuk dengan urusan-urusan militer maka mengenai perubahan penanggalan dll. urusan sipil tidak terlalu mendapat perhatian. Meskipun demikian terdapat suatu perbedaan besar antara Dinasti Qin dan Dinasti Han. Kalau pada jaman Dinasti Qin umat dan tokoh-tokoh agama Khonghucu menderita penganiayaan dan dikejar-kejar tetapi pada jaman Dinasti Han mereka mendapatkan kedudukan yang baik. Kalau pada jaman Dinasti Qin sampaipun Kitab-kitab Suci kita diperintahkan dibakar dan dimusnahkan (213 s.M.) tetapi pada jaman Dinasti Han pemerintah membantu pengumpulannya kembali dengan didirikannya jawatan-jawatan khusus untuk keperluan itu.

Bahkan pada jaman Raja Wu 吴 (140 – 86 s.M.) agama Khonghucu ditetapkan sebagai agama negara. Sistim ujian negara untuk mengganti sistim keturunan bagi jabatan-jabatan penting yang sesuai dengan jiwa ajaran Nabi Khongcu dilaksanakan, dengan mata pelajaran dasar adalah Kitab-kitab Suci kita. Dan pada tahun 104 s.M. sistim penanggalan yang disabdakan Nabi Khongcu yaitu yang menggunakan sistim penanggalan Dinasti Xia diresmikan sebagai penanggalan negara. Demikianlah penggunaan sistim penanggalan Dinasti Xia menjadi suatu lambang kemenangan perjuangan dan semangat umat Khonghucu di dalam mengembangkan ajaran Nabi Khongcu.

Semenjak jaman Dinasti Han, meskipun dinasti yang satu runtuh diganti dengan dinasti yang lain, tetapi sistim penanggalan yang resmi di Tiongkok tidak berubah lagi sampai akhir Dinasti Manqing, 满 清(1922 M) ketika sistim penanggalan resmi diubah menjadi Yang Li oleh pemerintah Republik Tiongkok.

Ajaran Agama Khonghucu sesuai dengan semangat yang diajarkan di dalam Kitab Zhong Yong, 中 庸 XXX:4: “Maka gema namanya meliput seluruh Tiongkok, terberita sampai ke tempat Bangsa Man, 蛮 dan Mo, 貊 sampai kemana saja perahu dan kereta dapat mencapainya, tenaga manusia dapat menempuhnya, yang dinaungi langit, yang didukung bumi, yang disinari matahari dan bulan, yang ditimpa salju dan embun, semua makhluk yang berdarah dan bernafas, tiada yang tidak menjunjung dan mencintaiNya.” Demikianlah ajaran Nabi Khongcu kemudian tersebar sampai di Korea, Jepang, Asia Tenggara dll. Maka sistim penanggalan Xia Li ini juga digunakan di dalam kehidupan keagamaan di antara umatnya. Di Korea, Jepang, Vietnam, Birma, meskipun dengan nama yang diucapkan berbeda-beda tetapi merayakan hari Tahun Baru yang sama. Ketika berkembang agama Buddha dan Taoisme di Tiongkok pada permulaan tarikh Masehi mereka juga menyesuaikan hari-hari besarnya dengan menggunakan penanggalan Imlek atau Xia Li ini. Sebagai contoh, umat Buddha di Indonesia disamping merayakan hari lahir, hari mencapai penerangan dan hari mencapai parinirwana dari Sang Buddha pada bulan purnama bulan Mei (hari Waisak) mereka merayakan hari lahir Sang Buddha pada tanggal 8 Si Gwee/Si Yue, 四 月, hari mencapai penerangan pada tanggal 8 Cap-ji Gwee/Shi-er Yue, 十二月dan hari mencapai parinirwana pada tanggal 15 Ji Gwee/Er Yue, 二月.

Sebelum kami akhiri uraian ini, baik kiranya kita ketahui pula sedikit tentang upacara-upacara sekitar perayaan Tahun Baru Imlek. Di dalam acara-acara perayaan Tahun Baru Imlek dapat kita urutkan demikian :

1. Tanggal 24 Cap – Ji Gwee : Upacara mengantar Co Kun Siang Thian (Malaikat Dapur naik ke langit pada saat Cu Si, yaitu antara jam 11.00 sampai jam 01.00 malam). Coo Kun adalah malaikat yang mempunyai peranan penting di dalam keluarga, karena meskipun tempatnya di dapur, tetapi adalah yang menilik segenap isi keluarga dan wenang melaporkan kepada TIAN sehingga boleh menurunkan berkah atau hukuman bagi keluarga. Di dalam Kitab Lun Gi III : 13 tertulis : Ong Sun-ke bertanya : “Apakah maksud peribahasa ‘Daripada bermuka-muka kepada Malaikat Oo (Penjaga sudut rumah barat-daya) lebih baik bermuka-muka kepada Malaikat Co.’ ?” Nabi bersabda, “Itu tidak benar, siapa berbuat dosa kepada TIAN tiada tempat meminta do’a.” Maksud sabda Nabi disini ialah, kalau kita merawat altar Co Kun, menghormati Co Kun, hormatilah dengan keluhuran budi, jangan dengan hati yang dipenuhi sifat mencari keuntungan saja. Co Kun adalah makhluk suci yang tidak akan berbuat tidak benar menurut keinginan nafsu-nafsu rendah kita.

2. Hari menjelang 1 Cia Gwee sering kita sebut Ji Kau Jiet/Me :
pada hari ini ada dua upacara penting :
- siang hari Sembahyang Besar kepada leluhur.
- Malam hari Sembahyang Besar sujud dan syukur kepada TIAN YME. (pada saat Cu Si : jam 11.00 – 01.00 malam).

3. Hari Sien Cia : Untuk mengucapkan selamat, hormat dan mohon maaf kepada orang tua dan sanak famili yang lebih tua dan saling memberi selamat antara kawan dan saling memaafkan. Ini dapat dilakukan sampai hari Capgomeh.

4. Tanggal 4 Cia Gwee, menyambut malaikat Co Kun turun.

5. Tanggal 8 – 9 Cia Gwee, Sembahyang Besar kepada TIAN YME atau King Thi Kong. Upacara ini tepatnya juga dilaksanakan pada saat Cu Si. Upacara ini mempunyai perbedaan prinsip dengan upacara malam tahun baharu. Kalau pada malam tahun baharu adalah untuk merenungkan segala yang kita alami pada tahun yang lalu dan kemudian kita bersujud, bersyukur dan memohon ampun atas kesalahan kita yang lampau tetapi pada upacara King Thi Kong adalah untuk meneguhkan Iman dan tekad kita, berprasatya kehadapan TIAN YME apa yang akan kita sanggupkan di masa-masa mendatang. Maka untuk King Thi Kong ini perlu persiapan mental yang baik, maka berdasar keputusan MATAKIN, sehari setelah Sien Cia dapat dimulai Ciak Chai, berpantang dan selanjutnya bersuci diri bermandi keramas untuk menyiapkan diri bagi upacara suci itu.

6. Tanggal 15 Cia Gwee diadakan upacara dan pesta penutupan hari raya Sien Cia. Maka upacara Cap Go Me biasanya mempunyai acara yang lebih meriah, besar dan lebih bebas. Dan setelah itu mulailah tugas-tugas yang wajib kita laksanakan pada tahun mendatang sepenuhnya.

Semoga dengan merayakan Tahun Baru Imlek menjadikan kita terketuk hati dan mendapatkan dorongan semangat untuk berusaha mengembangkan ajaran Nabi demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan di dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan kemanusiaan.

Maha Besar Tuhan Khalik Semesta Alam,
Tuhan Senantisa Melindungi Kebajikan !
Huang Yi Shang Di, 皇 矣 上 帝,
Wei TIAN You De! 惟 天 佑 德 !
Shanzai ! 善哉!





sumber : matakin.or.id

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.

0 comments:

Post a Comment