Tuesday, December 28, 2010

Busana Sang Raja


share on facebook
Font Re-Size
Pada zaman dahulu kala ada seorang raja, dia sangat suka mengenakan busana yang baru yang indah. Dia, demi untuk berbusana indah, menghabiskan semua uangnya pada pakaian, sedikitpun ia tidak memikirkan pasukannya, ia tidak suka nonton sandiwara.

Kecuali untuk memamerkan sejenak busana barunya, ia juga tidak suka berjalan-jalan ke taman dengan kereta kudanya. Setiap hari setiap jam ia selau mengganti busana baru. Begitu membicarakan raja orang-orang selalu berkata : “raja di ruang ganti pakaian.”

Di kota besar tempat tinggalnya, ia hidup dengan santai dan ceria. Setiap hari banyak tamu asing ke istana. Suatu hari, datanglah dua penipu. Mereka mengaku sebagai tukang tenun. Mereka mengatakan, bahwa mereka bisa memintal kain terindah yang tidak terbayangkan oleh siapapun. Corak dan motif kain ini bukan saja sangat indah, bahkan busana yang terbuat dari kain itu memiliki efek yang unik, yaitu setiap orang yang tidak pantas duduk sebagai pejabat pemerintah atau orang tolol, tidak dapat melihat pakaian ini.

“Itulah adalah pakaian yang paling ku suka!” begitu yang terlintas dalam benak raja. “dengan mengenakan busana itu, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang tolol dalam kerajaanku, aku bisa mengetahui siapa-siapa saja yang bodoh dan pintar. Ya, aku akan menyuruh mereka untuk segera memintal kain demikian!” ia banyak menghabiskan uang tunai untuk kedua penipu ini, menyuruh mereka segera bekerja.

Kedua penipu ini memasang dua unit mesin tenun, lalu beraksi bagaikan sedang bekerja, tapi, di atas mesin tenun mereka tidak tampak sesuatu apapun. Mereka berulang kali meminta raja mengambil beberapa sutera mentah dan emas untuk mereka. mereka memasukkan semua ini ke kantung mereka sendiri, lalu berpura-pura sibuk bekerja hingga larut malam. Di atas kedua mesin tenun yang kosong melompong itu.

“Aku penasaran bagaimana hasil tenunan kain mereka,” demikian raja berpikir. Lalu ia berpikir untuk mengutus menteri, “Aku akan mengutus menteri senior yang jujur ke untuk melihat-lihat sejenak pekerjaan tukang tenun itu,” demikian raja berpikir. “Hanya dia yang mengetahui bagaimana rupa kain itu, sebab dia sangat cerdas.”

Demikianlah menteri senior yang jujur itu lalu berangkat ke lokasi kerja kedua penipu itu. kedua penipu itu terus sibuk bekerja di di atas mesin tenun yang kosong.

“Apa-apaan ini?” menteri senior itu merenung, memelototkan matanya.

“Saya tidak melihat apapun disini!” tapi dia tidak berani mengutarakannya.

Kedua penipu itu memintanya mendekat, sambil bertanya padanya, indah bukan, warna dan motif kainnya. Mereka menunjuk kedua mesin tenun yang kosong.

Sang menteri senior itu membuka matanya lebar-lebar, tapi dia tidak melihat apapun, sebab memang tidak ada sesuatu apapun disana. Tapi dia tidak akan membiarkan orang lain tahu kalau dia buta dengan kain ini.” Lalu ia kembali ke istana dan melaporkan hal itu kepada raja.

Kedua penipu tersebut kembali meminta uang, sutera dan emas lebih banyak lagi. Alasan mereka untuk keperluan menenun kain. Mereka memasukkan semua itu ke dalam kantung mereka, tidak ada seuatas benangpun dipasang di atas mesin tenun. Tapi mereka terus saja sibuk di rak mesin yang kosong.

Tidak lama kemudian, raja mengutus pejabat yang jujur lainnya untuk melihat pekerjaan tukang tenun itu, apakah kainnya sudah bisa segera diselesaikan. Nasibnya tidak jauh lebih baik dari menteri senior sebelumnya, ia mengamati dengan cermat, namun di atas ke dua mesin tenun itu kosong, ia tidak melihat sesuatu apapun.

Semua orang membicarakan tentang kain yang indah itu

Ketika kain itu masih dalam proses penenunan, raja lantas bermaksud melihatnya sendiri. Ia memilih serombongan pengiring dari kalangan khusus, diantaranya termasuk menteri yang jujur yang pernah melihat pekerjaan kedua penipu tersebut. Demikianlah, raja beserta pengiringnya berangkat ke tempat tinggal kedua penipu yang licik itu. Kedua penipu tersebut sedang menenun dengan lagak serius, tapi tidak tampak setitik bayanganpun di atas mesin tenun mereka.

“Coba anda lihat, indah bukan?” kata kedua menteri yang jujur itu. “Silahkan paduka, corak dan motif yang begitu indah!” mereka menunjuk pada mesin tenun yang kosong itu, sebab mereka mengira orang lain pasti dapat melihat kainnya.

“Apa-apaan ini?” pikir raja dalam hati. “saya tidak melihat apapun! Ini benar-benar kurang ajar! Apa benar saya orang yang tolol ? dan apa saya tidak pantas menjadi raja? ini adalah hal paling menakutkan yang belum pernah saya temui. “Wah, sungguh indah kain ini!” ujar raja. “Saya menyatakan sangat puas!” Lantas raja mengangguk-anggukan kepalanya menyatakan puas. Ia pura-pura serius mengamati dengan cermat kain itu, sebab ia tidak mau mengatakan bahwa ia tidak melihat apapun. Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!” mereka menyarankan raja agar memakai kain yang indah dan unik ini untuk dibuat menjadi busana, dan mengenakan busana ini mengikuti upacara perjalanan yang akan segera di selenggarakan.

Dan raja menganugerahkan sebuah gelar dan satyalencana yang dapat digantung di lubang kancing pada setiap orang, bahkan menganugerahi mereka sebagai “Master tenun kerajaan”.

Pagi keesokannya upacara perjalanan akan segera berlangsung. Malam di hari pertama, kedua penipu tersebut sepanjang malam tidak tidur, mereka menyalakan 16 batang lilin. Anda bisa melihat mereka sedang kerja lembur, hendak menyelesaikan busana baru sang raja, mereka pura-pura mengambil kain dari mesin tenun. Mereka menggunting sesaat dengan dua gunting besar, lalu menjahit sebentar dengan jarum tanpa benang. Terakhir, mereka berkata serentak : “silahkan lihat! busana baru sudah selesai!”

“Apa-apaan ini?” pikir raja dalam hati. “saya tidak melihat apapun! Ini benar-benar kurang ajar! Apa benar saya orang yang tolol ? dan apa saya tidak pantas menjadi raja? ini adalah hal paling menakutkan yang belum pernah saya temui. “Wah, sungguh indah kain ini!” ujar raja. “Saya menyatakan sangat puas!” Lantas raja mengangguk-anggukan kepalanya menyatakan puas. Ia pura-pura serius mengamati dengan cermat kain itu, sebab ia tidak mau mengatakan bahwa ia tidak melihat apapun. Seluruh rombongan yang mengiringnya mengamati dengan seksama, tapi, mereka juga tidak melihat sesuatu apapun. Namun, mereka juga mengikuti kata-kata raja : “Wah, sungguh indah sekali!” mereka menyarankan raja agar memakai kain yang indah dan unik ini untuk dibuat menjadi busana, dan mengenakan busana ini mengikuti upacara perjalanan yang akan segera di selenggarakan.

Dan raja menganugerahkan sebuah gelar dan satyalencana yang dapat digantung di lubang kancing pada setiap orang, bahkan menganugerahi mereka sebagai “Master tenun kerajaan”.

Pagi keesokannya upacara perjalanan akan segera berlangsung. Malam di hari pertama, kedua penipu tersebut sepanjang malam tidak tidur, mereka menyalakan 16 batang lilin. Anda bisa melihat mereka sedang kerja lembur, hendak menyelesaikan busana baru sang raja, mereka pura-pura mengambil kain dari mesin tenun. Mereka menggunting sesaat dengan dua gunting besar, lalu menjahit sebentar dengan jarum tanpa benang. Terakhir, mereka berkata serentak : “silahkan lihat! busana baru sudah selesai!”

Para menteri yang harus menyangga slaebet raja, meraba kesana-kemari kain slaebetnya, bagaikan benar-benar memungut slaebet raja. Mereka tidak berani sampai diketahui orang lain kalau mereka benar-benar memang tidak melihat sesuatu apapun.

Begitulah, raja berparade di bawah kubah yang megah itu. Orang-orang yang berdiri di jalan raya dan jendela berkata: “Astaga, busana baru raja benar-benar indah! betapa indahnya slaebet bawah di pakaian atasnya! pakaiannya begitu pas!” siapapun tidak mau sampai diketahui kalau diri sendiri tidak melihat apapun.

“Tapi, ia kan tidak memakai pakaian apapun!” seorang bocah akhirnya berkata.

Lalu, semua orang menyebarkan secara diam-diam ucapan bocah polos ini.

“Ia tidak memakai pakaian apapun kan ada seorang bocah mengatakan bahwa dia tidak berpakaian apapun!”

“Memang ia tidak memakai pakaian apapun!” akhirnya semua rakyat jelata pada berkata begitu. Raja sedikit gemetar, ia merasa malu tapi karena congkaknya ia tetap tidak mau mengakui.

Hikmah yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita sering merasa malu untuk mengakui kekurangan dan kesalahan kita. Dengan congkak dan angkuh tetap kukuh bertahan, maka yang terlihat adalah kebodohan kita dan banyak orang yang akan memanfaatkan kelemahan itu. Mau jujur kepada diri sendiri adalah sifat paling pemberani.




sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.

0 comments:

Post a Comment