Wednesday, December 15, 2010

Kebahagiaan Dalam Hidup


share on facebook
Font Re-Size
 Oleh : MAKIN PAK KIK BIO



“Kalau memeriksa diri ternyata penuh dengan Iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar dari ini.” Bingcu VIIA:4:2


BEBERAPA orang telah berusaha sangat keras di dalam hidupnya tetapi keberhasilan kadang masih belum didapat. Yang lain kelihatannya dapat berhasil dengan mudahnya. Dalam kehidupan kita seharusnya tidak mengabaikan faktor keberuntungan, walaupun tidak berarti hanya menggantungkan diri kepada keberuntungan itu saja. Kadang-kadang apa yang dilakukan, seseorang tidak dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Tetapi jika beruntung, akan mendapatkan ketenaran dan keberuntungan meskipun tidak mencarinya. 

Hidup ini seperti paradoks. Keberhasilan mungkin bukan seluruhnya usaha sendiri. Itu tergantung dari kehendak Thian, Firman Tuhan (Ming). Akan tetapi kebahagiaan dalam hidup itu bukan hanya dari materi dan kemuliaan duniawi yang didapat, melainkan bagaimana menikmati, mensyukuri apa yang dipunyai.

Nabi Khongcu selalu menekankan pentingnya membina diri dan mengerti tentang Firman Tuhan serta memiliki keyakinan, keimanan akan Firman-Nya. Memiliki keyakinan akan Firman Tuhan berarti seorang taat mengikuti ajaran yang dituntunkan-Nya. Seorang susilawan harus dapat hidup selaras dengan kedudukannya, dan tidak menginginkan sesuatu diluar kedudukannya. Apabila dia dalam keadaan makmur dan terhormat, maka ia akan hidup sebagai orang yang makmur dan terhormat. Apabila dia dalam keadaan miskin dan sederhana, maka ia akan hidup sebagai orang yang miskin dan sederhana. Senantiasa terus menerus belajar dan berusaha dalam kehidupan ini tanpa mengenal lelah. Semua dilakukannya dengan penuh ketulusan, tanpa keluh gerutu kepada Tuhan, maupun sesal penyalahan kepada sesama manusia. Hasil akhirnya adalah Firman Tuhan yang menentukan dan dengan menerima apa yang telah menjadi Firman Tuhan rasa bahagia akan senantiasa berada di dalam diri kita.

Tentang menerima apa yang menjadi kehendak Tuhan ada sebuah ceritera tentang Bingcu. Suatu hari Rajamuda Ping dari Negeri Lo siap akan bepergian. Cong Chong, seorang pegawai yang dicintainya, bertanya, “Bila baginda akan bepergian, biasanya tentu sudah memberi tahu lebih dahulu kepada sais kemana akan pergi. Kini kereta sudah siap dengan kudanya, tetapi saisnya belum mengetahui ke mana baginda akan pergi. Maka hamba memberanikan diri bertanya.”  Raja menjawab, “ Aku akan menemui Bingcu.”  “Untuk apa baginda? Mengapakah baginda mau merendahkan diri menemui orang biasa itu? Apakah baginda sangka dia seorang Bijaksana? Kesusilaan dan Kebenaran diutamakan oleh seorang Bijaksana, tetapi Bingcu di dalam upacara kematian ibunya baru-baru ini ternyata lebih mewah dari pada upacara kematian ayahnya dahulu. Maka tidak perlulah baginda menemuinya.” Raja menjawab, “Baiklah.”

Tidak lama kemudian Gakcingcu masuk dan bertanya, “Mengapakah baginda tidak jadi menemui Bing Khoo?” “Ada yang memberitahu aku, bahwa Bingcu didalam upacara kematian baru-baru ini lebih mewah dari yang lampau. Inilah yang menyebabkan aku tidak jadi menemuinya?”

“Siapakah berkata demikian? Apakah yang baginda anggap terlau mewah? Apakah karena yang dahulu dilakukan sebagai pegawai rendah dan yang sekarang dilakukan sebagai seorang pembesar. Karena yang dahulu hanya memakai tiga tungku dupa upacara sembahyang dan yang sekarang memakai lima tungku?”

“Bukan ! Tetapi karena yang sekarang memakai peti dan pakaian jenasah yang sangat indah.” “Ini tidak dapat dikatakan terlalu bermewah, tetapi hanya karena perbedaan ketika masih miskin dan sesudah berkecukupan.”

Kemudian Gakcingcu menemui Bingcu dan berkata, “Khik sudah memberitahukan tentang guru kepada raja, dan raja akan datang kemari, tetapi dihalang-halangi oleh Cong Chong, pegawai yang dicintainya itu. Maka raja tidak jadi kemari.” Bingcu menjawab, “Berjalan itu tentu ada yang menyuruh dan berhenti itu itu tentu ada yang menghalanginya. Tetapi berjalan ataupun berhenti, bukan orang yang dapat menetapkan. Kalau aku tidak dapat bertemu dengan Rajamuda Lo itu, memang Tuhan-lah menghendakinya. Apakah yang dapat dilakukan oleh orang marga Cong itu untuk menghalang pertemuan itu?” (Bingcu IB: 16)

Ketika manusia telah berusaha dengan segenap kemampuannya maka tentang kaya dan mulia itu akan menjadikan takdir dalam hidup, Firman dari Tuhan dan karunia leluhur. Maka seseorang yang dapat mengimani Firman Tuhan, menyelaraskan hidupnya sesuai dengan kedudukannya tanpa adanya keluh gerutu kepada Tuhan dan sesal penyalahan kepada sesamanya hidupnya selalu di dalam kebahagiaan.

“Senantiasa ingatlah kepada leluhurmu, binalah Kebajikan. Paculah hidupmu selaras dengan Firman Tuhan, maka engkau akan mendapatkan banyak kebahagiaan”. (Shi Jing : I.I.6)




sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!! 

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.

0 comments:

Post a Comment