Friday, September 3, 2010

Zengzi - Menjaga Kepercayaan


share on facebook
Font Re-Size
Zengzi adalah salah satu siswa berprestasi yang pernah dimiliki Konfusius. Zengzi sangat dapat dipercaya. Suatu hari ketika istrinya hendak pergi ke pasar membeli beberapa keperluan, anak mereka mulai menangis ingin ikut bersama ibunya. Ibunya menghibur dan berkata, "Ssst, Ibu akan segera pulang, jika mau mendengarkan ibu, nanti pulang kita akan potong babi di kandang, makan enak hari ini.” Anaknya kemudian tidak lagi merajuk ingin ikut pergi ke pasar.

Saat istrinya pulang sehabis belanja di pasar, ia kaget melihat Zengzi telah mengikat babi, mengasah pisau dan bersiap untuk memotongnya. Istrinya bertanya, “Apa yang hendak kamu lakukan! Tadi aku hanya menghibur anak kita, bukan serius ingin melakukannya!”

Zengzi berpaling kepada istrinya dan berkata, "Kamu tadi berjanji sesuatu kepada anak kita. Sekarang kamu harus menepati janji itu. Walaupun dia adalah anak kecil, dia punya pikiran, dan bisa meniru anda. Meskipun bukan hari raya, namun hari ini kita harus memotong seekor babi untuk dimasak, kalau tidak, kita secara tak langsung mengajarkan kepadanya cara menipu. Jika ia tahu bahwa ia dibohongi oleh kamu, dia tidak akan pernah mempercayai kamu lagi. Betapa mengerikan akibatnya, kita harus mengajarkan jalan yang benar. "

Setelah mendengarkan perkataan suaminya, istrinya menunduk dan kemudian Zengzi mengangkat pisau dan memotong babi tersebut. Orangtua adalah guru pertama bagi sang anak.

Hal menarik dari cerita ini adalah alasan mengapa Zengzi memotong babi itu. Dia memotongnya untuk menghindari akibat buruk, ia menyadari betapa contoh orangtua seperti itu dapat membawa anak meniru perilaku curang dan mengingkari janji pada orang lain. Dia juga menyadari kepercayaan adalah hal paling penting dalam membimbing anaknya. Dia tidak ingin anaknya berhenti mempercayai orang tuanya, sesuai dengan pepatah yang mengatakan: "Seorang anak bukan pendengar yang baik, dia adalah peniru yang baik. "

Salah satu rahasia terbesar untuk sukses dalam kepemimpinan adalah Memimpin dengan Contoh. Jika seorang pemimpin memegang kata-katanya, dia melakukan apa yang telah dia katakan. Siswa, murid dan pengikut/bawahannya akan sangat menghargai pemimpin mereka.

Respek (penghormatan) yang sesungguhnya dihasilkan dari apresiasi, sebaliknya perilaku hormat palsu dihasilkan dari rasa takut. Saat semua orang memiliki rasa hormat yang sesungguhnya kepada pemimpin mereka, itu adalah jalan menuju kepemimpinan sukses.


sumber : disini


Please write a comment after you read this article. Thx..!!

0 comments:

Post a Comment