Sunday, December 12, 2010

Waktu Mengalir Bagaikan Air


share on facebook
Font Re-Size
Dalam dunia fana ini sering ada orang yang mengeluhkan waktu bagaikan air yang mengalir. Lebih dari dua ribu tahun lalu, Konghucu berdiri di tepi sungai mengamati aliran sungai yang  mengalir tiada hentinya. Dalam benaknya terpikir akan waktu dan segala hal yang telah berlalu, dia mengeluarkan ungkapan rasa hati yang kemudian hari tersebar selama ribuan tahun: “Shi Zhe Ru Si Fu, Bu She Zhou Ye.”

Sebenarnya dia menaruh atau menitipkan waktu pada air yang sedang mengalir, untuk menyatakan bahwa berlalunya waktu begitu mirip sekali dengan air yang sedang mengalir. Umumnya bagi mereka yang memahami perkataan Konghucu ini akan menyayangi waktu, tidak akan menyia-nyiakan waktu. Sikap seperti inilah balasan yang paling baik bagi kehidupan.

Dalam dunia fana yang serba megah dan mempesona, ketika kita merasakan kepedihan yang tidak dapat dijelaskan terhadap hal-hal yang telah berlalu, lebih baik Anda menaruh semacam perasaan hambar serta kepasrahan hati untuk menyayangi dan melewatkan setiap detik dan menit waktu dalam kehidupan ini. Meski dalam perjalanan hidup ini Anda bisa menemui hal-hal yang runyam, juga harus diterima dengan senang hati badai kemelut ini. Jika tidak, juga hanya bisa meninggalkan perasaan sedih seperti dalam ungkapan itu saja.

Semua permasalahan di dunia ini dalam sekejap mata mengalami seribu satu perubahan, mengapa tidak membiarkan waktu yang berlalu bagai aliran air ini mencatat segala bayangan tubuh kita lebih leluasa dan bebas?

Senang mendengarkan air yang mengalir tenang dalam waktu, senang dengan pergerakan dan berdiamnya air yang berirama, senang dengan keuletan air yang mengalir tiada henti, keuletan semacam ini bukankah merupakan penjelasan secara menyeluruh terhadap bersabar dan keras serta lembut yang saling melengkapi? 

Batu karang sebenarnya adalah benda yang sangat keras, sedangkan air bisa menembus batu karang itu. Hal ini tidak bisa terjadi jika bukan melewati bertahun-tahun lamanya, maka tidak bisa tidak mengakui keuletan air.

Menyenangi air, juga karena air merupakan sumber kehidupan. Ditelaah dengan teliti, di antara langit dan bumi ini, kecuali gurun pasir dan tembok tebing yang curam, adakah tempat lain yang tidak terlihat bayangan dari air? Pokoknya tempat yang ada air, disanalah kehidupan akan bertunas dan mengakar, dan selanjutnya tumbuh dengan subur.

Senang dengan air sungai yang mengalir mengeluarkan suara gemericik bagaikan mempunyai pemikiran yang sangat teliti. Senang dengan air sungai yang bergulung-gulung mengalir dengan deras, asap mengepul di permukaan danau yang luas atau lautan luas yang tiada tepian, bagaikan kelapangan dada yang tidak bisa terukur
.
Tang Xuan Zong (kaisar Dinasti Tang) berpendapat bahwa air mempunyai tiga karakter :

Pertama, air itu berada dimana-mana, membasahi semua makhluk hidup, semua kehidupan bisa tumbuh besar berkat dibasahi air;

Kedua, sikap moral karakter air adalah lemah lembut, tidak berebut dengan orang lain, melainkan menuruti pengarahan, harus mengalir ya mengalir, harus berhenti ya berhenti, tidak ada sesuatu apapun yang tidak bisa;

Ketiga, moral dan karakter manusia, senang berada pada level atas, membenci ketika dia berada di level rendah. Akan tetapi tidak demikian dengan air, air itu tidak berebut jika berada pada kerendahan, tidak merasa malu jika dia berada dalam kekotoran.

Moral dan karakter air, sangat mirip dengan jalan suci (Dao), maka itu banyak orang mengumpamakan air dengan jalan suci (Dao). Hal ini sepenuhnya menjelaskan semangat pengasih yang dimiliki air, sifat jujur dan dapat dipercaya tidak pernah membohongi, pencapaian taraf hati yang tenang dan jernih.

Karena itu, ketika kita menghela napas merasakan kesedihan akan waktu yang mengalir bagaikan aliran air, lebih baik kita menyadari maksud sebenarnya aliran waktu itu, kemungkinan besar jalan menuju ke sumber asal kehidupan di alam semesta ini sudah terkandung di dalamnya. 




Ko-cu berkata, "Watak Sejati itu laksana pusaran air, kalau diberi jalan ke Timur akan mengalir ke Timur, kalau diberi jalan ke Barat akan mengalir ke Barat. Begitupun Watak Sejati manusia itu tidak dapat membedakan baik atau tidak baik seperti air tidak membedakan Timur dan Barat" (Bingcu VIA : 2)
Bingcu berkata, "Air memang tidak dapat membedakan antara Timur dan Barat. Tetapi tidak dapatkah membedakan antara atas dan bawah? Watak Sejati manusia cenderung kepada baik, laksana air yang mengalir ke bawah. Orang tidak ada yang tidak cenderung kepada baik seperti air tidak ada yang tidak mengalir ke bawah. Kini kalau air itu ditepuk, dapat terlontar naik melewati dahi, dan dengan membendung dan memberi saluran-saluran dapat dipaksa mengalir sampai ke gunung. Tetapi benarkah ini watak air? Itu tentu bukan hal yang sewajarnya. Begitupun kalau orang sampai menjadi tidak baik, tentulah karena Watak Sejatinya diperlakukan seperti ini juga." (Bingcu VIA : 3-4)




sumber : disini

Please write a comment after you read this article. Thx..!!

Tekan "Like" jika kamu menyukai artikel ini. 
Tekan "Share" atau "Tweet" jika menurutmu artikel ini bermanfaat untuk teman2 kalian.

2 comments:

Tutorial Blog said...

iya setuju, waktu itu mengalir seperti air,,,apa saja ia lewati tanpa pernah bisa berhenti, apalagi kembali ke atas,,kadang waktu berlalu begitu cepat, hingga kita menyadari bahwa sebuah waktu yang beharga telah kita sia-sia kan,,,
^_^

Muhammad Chandra said...

bener spb , dengan waktu yg begitu cepat , maka kita harus dengan baik memanfaatkan waktu itu :)

oh ya saya follow no.59 , di tunggu follow baliknyya yaa...

Post a Comment