Wednesday, August 11, 2010

Kong Miao di Qu Fu, Kelenteng Terbesar Pemujaan Kongzi


share on facebook
Font Re-Size
Kong Zi (baca: Khong Ce, di Indonesia lazim disebut Khonghucu atau Confucius) bernama Qiu, dengan julukan Zhong Ni, warga dari Negara Lu pada masa Chun Qiu. Oleh karena Kong Zi telah mendirikan Konfusianisme, pada zaman Tiongkok kuno mendapatkan sebutan hormat "Guru Teladan Abadi" dan "Guru Senior Paling Sakral".

Generasi selanjutnya menghormati Kong Zi dengan mendirikan banyak Kong Miao (Sebutan Tempat Ibadah Khonghucu, di Indonesia lazim disebut Bun Bio) di berbagai tempat, sebagai kelenteng pemujaan terhadap Kong Zi.

Kong Miao di kota Qu Fu, kampung halaman Kong Zi – propinsi Shan Dong, adalah yang paling besar dan paling tua. Kong Miao tersebut bersama-sama dengan Kong Fu (tempat tinggal keturunan Kong Zi) dan Kong Lin (taman makam Kong Zi dan keturunannya) disebut “Tiga Kong”.

Kong Miao di Qu Fu selesai dibangun pada tahun 478 SM, tahun kedua setelah Kong Zi wafat, setelah itu hampir setiap generasi berbagai dinasti terus menambahkan anugerahnya, bersamaan dengan itu juga melakukan perluasan dan renovasi terhadap Kong Miao tersebut sehingga menjadi luas seperti sekarang ini.


Kong Miao dibangun sesuai spesifikasi istana kerajaan, pada poros tengah terdapat Pemukiman dan Halaman Jiu Jin, bagian depan terdapat Pintu Ling Xing, Pintu Sheng Shi, Pintu Hong Dao, Pintu Da Zhong, Pintu Tong Wen, Paviliun Kui Wen, Tiga Belas Punjung (rumah kecil di taman) Yu Bei; dimulai dari Pintu Da Cheng dibagi menjadi tiga jalur:


Jalur Tengah terdapat Pintu Da Cheng, Xing Tan, balairung Da Cheng, balairung Qin, balairung Sheng Ji, merupakan tempat pemujaan Kong Zi dan para Bijak lainnya, Jalur Timur adalah tempat kediaman Kong Zi, Jalur Barat terdapat balairung Qi Sheng Wang, tempat pemujaan orang tua Kong Zi dan lain-lain. Total terdapat 460 buah lebih balairung, aula, altar dan paviliun, 54 buah pintu gapura dan 1200 buah lebih pohon tua serta prasasti tulis - bersejarah sebanyak 2.000 buah lebih, ditata dengan sangat hati-hati, agung, megah dan indah.

Gapura "Jin Sheng Yu Zhen" adalah gapura batu pertama sebelum memasuki pintu Kong Miao, "Jin Sheng" adalah suara dari lonceng, menandakan awal dari penabuhan instrument musik; "Yu Zhen" adalah suara dari Qing (suatu instrument kuno, biasanya terbuat dari batu Giok), menandakan akhir dari penabuhan instrument musik, jadi melambangkan sukses besar dari ideologi Kong Zi yang telah menyaripatikan ajaran dari orang-orang suci dan leluhur bijak zaman dahulu.

Pintu Ling Xing adalah pintu besar Kong Miao, Ling Xing adalah Bintang Budaya (salah satu dari 28 rasi bintang) yang ada di langit, nama ini digunakan demi mengekspresikan penghormatan kepada Kong Zi; Gapura Tai He Yuan Qi dan Zhi Sheng Miao berada di dalam area gapura Ling Xing, didirikan pada awal dinasti Ming.

Pintu Sheng Shi (Kala Suci) adalah pintu ring ke dua, nama diambil dari pujian Meng Zi terhadap Kong Zi sebagai "Sang Kala yang Suci", pada masa dinasti Qing raja Yong Zheng menahbiskannya menjadi Pintu Utama Kong Miao, genteng hijau kebiru-biruan bagaikan beristirahat di atas gunung, tampak depan dinding yang merah tua, dinding sebelah dalam yang kuning apricot, cemara-cemara tua di dalam pekarangan yang ijo royo-royo sangat rindang, terkesan sangat dalam dan jauh seolah tak berhingga.


Pintu ring ke-3 adalah "Pintu Hong Dao" yang berarti Pintu Menyebarluaskan Dao, adalah Pintu Besar Kong Miao pada zaman sepuluh tahun masa kekuasaan kaisar Ming Hongwu (dynasty Ming), nama tersebut ditahbiskan pada masa kekuasaan Yong Zheng, dynasti Qing, tahun ke tujuh, diambilkan dari cuplikan (Nama salah satu karya Kong Zi) yakni "Manusia bisa Menyebarluaskan Dao", sebagai pujian kepada Kong Zi yang telah mengkhotbahkan Dao (Prinsip Alam Semesta) dari kaisar-kaisar bijak zaman dahulu seperti Yao, Shun, Yu, Tang, Wen, Wu dan Zhou Gong.

Paviliun Kui Wen mulai didirikan pada masa dinasti Song tahun kedua Raja Tianxi, asalnya bernama Gedung Cang Shu (Penyimpan Buku), adalah salah satu bangunan utama Kong Miao. Kui adalah nama bintang, melambangkan karya sastra/budaya, orang zaman dahulu menyebut bintang Kui sebagai induk dari para birokrat.


Paviliun Kui Wen beratap genteng kuning bagaikan beristirahat di atas puncak gunung, berteritis-melayang bertumpuk tiga, berbalok lengkung empat tingkat. Di dalam pavilion semula disimpan buku-buku pemberian dan karya kaligrafi para raja dan kaisar, juga tempat berlangsungnya “gladi resik” upacara protokoler saat kunjungan kaisar ke Kong Miao. Di koridor pavilion bagian depan terdapat dua buah prasasti batu, di sebelah timur adalah "Kui Wen Ge Fu", hasil karya pujangga dinasti Ming bernama Li Tongyang dan ditulis oleh ahli kaligrafi Qiao Zong; di sebelah barat adalah "Kui Wen Ge Chong Zhi Shuji Ji".


Konon Altar Xing adalah tempat Kong Zi mengajar, berlokasi pada posisi sentral jalan setapak di depan balairung Da Cheng. Tahun kedua masa pemerintahan Tianxi dinasti Song, balairung tengah Kong Miao direnovasi dan diperluas ke belakang, lokasi lama di balairung tengah tanahnya dibersihkan dijadikan altar, pohon Apricot ditanam berkeliling maka dinamakan Altar Xing (Apricot), pada Dinasti Jin di atas altar mulai didirikan punjung.


Bubungannya berbentuk ( + ), empat sisinya dikelilingi gunung, beratap genteng berglazir kuning, plafonnya berukir naga, indah beraneka warna. Disamping altar tumbuh beberapa pohon apricot yang setiap awal musim semi bunga merahnya menari-nari sangat menawan hati.


Balairung Da Cheng adalah balairung utama Kong Miao, tinggi 24,8 m, lebar 45,78 m, kedalaman 24,89 m adalah balirung tengah untuk pemujaaan Kong Zi. Selama hidupnya Kong Zi mengerjakan karya-karya Shi, Shu, Li, Le, Yi dan Chun Qiu serta karya-karya lainnya.


Beliau telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi kebudayaan Tionghoa dan dipuja oleh generasi penerus. Teristimewa adalah buku Lun Yu (Kumpulan Pandangan Konfusianisme) dari Kong Zi, berpengaruh sangat mendalam bagi prinsip hidup orang Tionghoa.


Balairung Da Cheng berteritis lebar dan berbubungan 9, genteng kuning dengan bubungan bak melayang, dikelilingi selasar-sirkulasi; bersama dengan balairung Tai He dari Istana Terlarang (Beijing) dan balairung Dai Miao Song Tian Kuang (di Tai Shan) disebut sebagai Tiga Balairung Besar Dari Dunia Timur. Balairung besar berteritis lebar dengan sudut meliuk, balok lengkung yang bersaling-silang, balok berukir dan kolom bergambar, sangat bergaya. Di bawah selasar yang mengelilingi empat sisi berdiri tegak 28 buah kolom batu berukiran naga, semuanya dipahat dari batu utuh.

Patung Kong Zi terletak di posisi sentral di dalam balairung Da Cheng, setinggi 3,35 m, kepalanya memakai mahkota berhiaskan 12 ronce batu giok, mengenakan pakaian raja beratribut 12, tangan memegang zhen gui (seperti tongkat komando terbuat dari batu giok, ujung atas bulat & bawah persegi), persis seperti tata krama kaisar zaman dahulu.

Pada kedua sisinya terdapat empat pendamping, sisi timur menghadap arah barat adalah Orang Suci Yan Hui dan Kong Ji, pada sisi barat menghadap timur terdapat Orang Suci Zeng Shen dan Meng Ke. Diluar itu ada 12 Orang Bijak, yang disebut para murid Kong Zi. Keempat pengiring mengenakan topi berhiaskan 9 ronce batu giok dan 12 Orang Bijak mengenakan topi beronce giok 9, mengenakan jubah dengan 9 atribut, tangan memegang busur Gui, bagaikan tata krama a la Shang Gong pada zaman kuno.

Pada pusat balairung tergantung kaligrafi "Guru Teladan Abadi" yang ditulis sendiri oleh kaisar Kang Xi dan Bian E (papan horizontal berkaligrafi berisi pujian, biasanya diletakkan diatas pintu utama) yang ditulis oleh kaisar Guang Xu, di sebelah selatan adalah Bian E hasil karya dari kaisar Qian Long, diluar pintu dengan posisi tepat di tengah adalah Bian E yang ditulis sendiri oleh kaisar Yong Zhen, berhias relief berbentuk naga dan bertatahkan emas, indah mempesona.


Prasasti berukir dari setiap masa yang ada di dalam Kong Miao, secara kuantitas hanya dibawah rimba prasasti di Xi An, juga sangat banyak prasasti kaisar, ini peninggalan para kaisar sepanjang sejarah sewaktu berkunjung ke Kong Miao, di dalam punjung13 prasasti di depan Da Cheng terdapat prasasti raja sebanyak 50 buah.


Masa hidup Kong Zi bisa diringkas sebagai: "Usia 15 bertekad mau belajar, usia 30 mandiri, 40 tidak bimbang ragu, 50 mengetahui takdir Langit, 60 mendengar dan menurut serta usia 70 menurut kehendak hati dan tidak melanggar aturan" dan mengakiri masa hidupnya dengan membimbing dan mengembangkan ajaran kaum Konfusianis, terhadap ilmu filsafat, sastra, seni, pendidikan dan sejarah dari masyarakat Tiongkok telah menimbulkan pengaruh luar biasa, sebagai kompas bagi pemikiran orang Tionghoa selama 2.000 tahun lebih; bersamaan dengan itu ajaran kaum Konfusianis dijadikan sebagai wakil menonjol dari kebudayaan tradisional Tiongkok, pengaruhnya terhadap generasi penerus bergema sampai ke Asia Timur dan bahkan ke seluruh dunia.


Kong Miao yang sedang dibangun di TMII klik disini



sumber : erabaru

0 comments:

Post a Comment