Friday, August 27, 2010

Raja Sun - Raja Berbakti yang Menggugah “Langit dan Bumi”


share on facebook
Font Re-Size
Dalam sejarah kebudayaan tiongkok, jaman raja yang berbudi luhur dan bijaksana, seperti Raja Yao, Raja Sun dan Raja Ie menjadi cerita yang sangat terkenal dan tercatat dalam sejarah, karena Raja-Raja Agung itu begitu memperhatikan rakyat jelata dan mengatur negara dengan demikian baiknya, terutama memberikan suri teladan melalui sikap perbuatannya yang mulia.

Salah satu Raja bijaksana itu adalah Raja Sun yang terkenal dengan Maha Baktinya. Ayahnya bernama Ku Sou. Meskipun Sun terlahir sama dengan anak- anak lainnya, tetapi dia membawa satu kelainan, yaitu memiliki 2 titik ditengah- tengah biji hitam matanya.

Sun bernasib kurang baik, karena ibunya meninggal dunia tidak lama setelah melahirkannya, Ayahnya pun menikah lagi, tapi memang malang si Sun kecil, karena ayahnya seorang yang kurang perhatian dan sembrono, sehingga orang-orang desa menjulukinya sebagai ”orang buta”, artinya seolah-olah tidak melihat kejadian di sekelilingnya. Dan Sun sepeninggal ibunya sering mendapatkan kemarahan dan pukulan dari sang ayah tapi Sun tetap hormat dan patuh padanya, demikianlah nasib malang Sun, karena ibu tirinya tidak sayang dan malahan bersikap kejam padanya. Ibu tiri sering menyalahkan dan memfitnah Sun yang baik hati dan lugu itu sehingga membuat sang ayah yang pun ikut memarahi dan menghukumnya dengan pukulan-pukulan yang terkadang membuat badannya luka dan memar, hingga dikurung dalam kamar, tidak diberi makan dan minum. Lalu Sun pun berpikir ”ayah sudah agak tua, badannya mulai lemah dan ibu seorang wanita yang tidak sesuai untuk pekerjaan kasar, kalau saya meninggalkan mereka, siapa yang membantu bercocok tanam di ladang? Dan akhirnya Sun memilih tidak meninggalkan ayah dan ibu tirinya, meski menyadari betul bakal menemui banyak penderitaan dari orang tua, terutama ibu tirinya.

Tidak lama kemudian, ibu tirinya melahirkan seorang anak laki-laki, yang diberi nama Cuo Siang. Setelah memiliki anak kandung sendiri, ibu tiri tetap saja tidak merubah sikapnya terhadap Sun dan malahan sesudah Cuo Siang mulai agak dewasa, makin bertambah penderitaan Sun, karena adik tiri ini juga bersikap suka mempermainkan dan menghinanya. Meskipun mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang dari ibu tirinya, juga ayahnya yang seakan-akan tidak memperdulikan, Sun tetap bersikap hormat dan berusaha melayani kedua orang tuanya dan juga tidak benci pada adik tirinya.

Melalui beberapa kali usaha dari ibu dan adik tirinya yang mencoba mencelakakannya, Sun akhirnya menghindar sebentar dan mengungsi kekaki gunung Li dan bercocok tanam disana, Karena sifatnya yang luhur dan sikap bakti pada orang tuanya yang sedemikian besar, meskipun mendapatkan perlakuan sebaliknya dan ditambah perbuatan jahat dari adik tirinya, Sun masih tetap tidak berubah dan membalas dengan kebaikan. Maka dikatakan hawa kemuliaan yang demikian seolah-olah menembus Langit dan Bumi.

Saat Sun di sawah, tidak sangka banyak yang datang bersahabat dengannya dan malahan membantunya. Ada gajah besar yang muncul dan bersahabat dengannya, dengan belalainya membantu menebarkan bibit-bibit, begitu juga para petani di kaki gunuang Li secara sukarela membantunya.

Saat itu Raja Yao yang memimpin negeri itu sudah hampir 70 tahun lamanya merasa sudah waktunya menyerahkan kedudukan Raja kepada penerus selanjutnya. Raja Yao adalah Raja yang amat bijaksana, dia tidak langsung mewariskan tahta kepada anak- anaknya karena ia menginginkan seseorang yang benar-benar mempunyai kemampuan mengatur negara dan juga mempunyai kebajikan yang besar sedangkan anak-anaknya sendiri disadarinya kurang memenuhi persyaratan itu, lalu Raja Yao mengumpulkan pejabatnya untuk di pilih menjadi penggantinya namun para pejabat mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan seperti itu, maka Raja Yao berkata, “kalau memang kalian semua begitu merendah, mengatakan tidak memenuhi syarat, coba carikan seorang yang benar-benar mempunyai kemampuan dan kebajikan untuk mengatur negeri ini”, demikian Raja Yao meminta para pejabat dan orang-orang sekelilingnya untuk mencari orang yang dapat menggantikannya.

Para pejabat akhirnya bersepakat mengusulkan, kami dengar ada seorang yang bernama Sun, meskipun ibu dan adik tirinya jahat terhadapnya, tapi dia tidak benci dan dendam malahan bersikap baik terhadap adik dan begitu berbakti pada ayah ibunya, orang yang demikian bisa memikul tanggung jawab besar karena mempunya jiwa besar. Raja Yao sesudah mendengar itu, memutuskan untuk mengirim orang menyelidiki kebenarannya. Sesudah memastikan bahwa Sun benar-benar seorang yang berkebajikan, maka Raja Yao menikahkan dua orang putrinya yaitu E Huang dan Ni Ing menjadi Isteri Sun dan bahkan juga mengutus 9 putranya untuk membantu Sun sambil terus menyelidiki kemampuan Sun.

Semua orang desa begitu senang mendengar Sun mendapatkan kepercayaan dan tugas dari Raja, tetapi hanya ibu dan adik tirinya yang jahat merasa sangat tidak senang dan iri hati. Mereka berdua kemudian merencanakan muslihat untuk mencelakakan Sun. Suatu hari, Sang ibu tiri memanggil Sun, “atap dari gudang rusak, cobalah di perbaiki”. Meskipun Sun sekarang mempunyai kedudukan dan beristerikan putri raja, tapi karena rasa baktinya yang besar dia tidak menolak kemauan ibu tirinya tersebut.

Sebelum memperbaiki atap bocor, Sun memberitahukan hal ini kepada isterinya dan isterinya berpikir bahwa ini pasti siasat jahat untuk mencelakakan Sun, maka sang istri memberikan sepasang caping yang besar dan lebar sebagai persiapan, saat Sun sedang berada di atas atap memperbaiki atap, adik tirinya dengan diam-diam menyulut api disekeliling gudang dan sebelumnya sudah mengangkat pergi tangga yang dipakai Sun, kebakaran besar pun terjadi, saat lidah api mulai menjilat ke atap tempat Sun sedang bekerja, Sun kebingungan. Dalam keadaan kritis dia teringat 2 caping besar yang dibekali istrinya, dan segeralah melompat turun dengan dua caping besar yang diikatkan pada sepasang tangannya, sehingga kedua caping menahan laju jatuhnya, akhirnya ia hanya luka-luka ringan saja.

Adik dan ibu tirinya yang jahat begitu mengetahui Sun selamat, merasa tambah benci dan segera merencanakan kejahatan lain untuk mencelakakan Sun lagi, Sun pun dipanggil kembali, ”sumur di rumah tertimbun banyak batu- batuan, Ayo diangkat dan digali lebih dalam lagi”, ujar sang ibu tiri. Maka Sun kembali dengan patuh mau mengerjakan pesan ibunya, tetapi sebelum pergi sang istri yang bijaksana kembali menyadari rencana jahat ini dan membekali Sun dengan satu kapak besar dan berpesan,begitu masuk kedalam sumur, cepat-cepat menggali sebuah lubang disamping sumur kering itu dan ketika adik tiri tidak melihatnya dan mengira Sun sedang giat –giatnya menggali sumur, beberapa saat kemudian adik tirinya melemparkan batu-batuan kedalam sumur, dengan harapan mengubur hidup-hidup kakak tirinya yang baik hati lalu ia segera melaporkan kemenangan ini kepada ibunya.

Sun benar-benar seorang yang berkebajikan sehingga Dewa dan Malaikat pun selalu melindungi, karena saat adik tirinya menumpahkan batuan kedalam sumur, pada saat itu lubang disamping sumur selesai digali dan ia buru-buru masuk kedalalm lubang itu untuk berlindung. Bebatuan itu tidak mengenai dirinya dan dia selamat dari kecelakaan yang direncanakan itu, meski demikian Sun tetap tidak membenci atau membalas dendam pada ibu dan adik tirinya.

Beberapa kali saat Raja Yao memberikan tugas kenegaraan kepadanya, Sun yang arif dan berhati mulia selalu dapat mengemban tugas demi tugas dengan baik dan akhirnya Raja Yao mewariskan kedudukan Raja kepada Sun, Sun yang sudah menjadi Raja tetap menghormati dan bakti pada ayah dan ibu tirinya begitu juga dengan adik tirinya , karena kebajikan Sun ini sehingga akhirnya membuat ibu dan adik tiri yang tadinya berhati licik dan jahat menjadi menyesal dan bertobat, Sun memerintah negara dan rakyat dengan amat baiknya, sehingga negara makmur rakyat bahagia. Raja Sun sendiri akhirnya terkenal sebagai salah satu dari Raja- Raja bijaksana yang tersohor didalam sejarah Tiongkok dan juga mendapat julukan “ Raja Sun yang maha bakti”.

Demikianlah kemuliaan seorang anak manusia yang hidup penuh kasih, berbakti pada kedua orang tua, berjiwa besar dan luas bagai samudera, tidak memikirkan diri sendiri dan selalu ingin membahagiakan orang lain hingga akhirnya menjadi Raja yang sangat penuh kasih dan berkebajikan.

Tambahan

Laku Bakti/ Xiao, mempunyai makna imani “Memuliakan Hubungan”. Hal tersebut dapat dilihat dari huruf Xiao dalam bahasa Tionghoa, yang terdiri dari dua bangunan huruf, dibagian atas huruf Lao, yang berarti tua, dan dibagian bawah huruf Zi, yang berarti anak, sehingga seakan-akan menggambarkan; “Anak mendukung/ menjunjung orang tua, sedangkan orang tua melindungi anak.” Secara bebas anak diartikan “hamba”(dalam mengabdi), sehingga secara umum Laku Bakti/ Xiao dapat diartikan “Memuliakan/ Pemulihan Hubungan” antara yang lebih “rendah” kepada yang lebih “tinggi”.

Kemudian kalau kita perhatikan huruf Jiao/ Agama merupakan gabungan huruf Xiao/ Laku Bakti dan Wen/ Ajaran. Sedangkan Wen mempunyai arti teori, ajaran, sastra, budaya. Dengan demikian terlihat bahwa Jiao dapat disimpulkan/ diartikan secara bebas sebagai: ”Agama adalah Ajaran tentang Menjunjung/ Memuliakan hubungan aspek kehidupan manusia sebagai kodrat yang difirmankan Tuhan Yang Maha Esa”.

Betapa luas dan dalam pengertian imani akan Laku Bakti itu, sudah terungkapkan makna dan hakekatnya melalui ayat diatas. Bahwasannya manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang termulia adalah mahluk yang lengkap terdiri daya hidup jasmani dan daya hidup rohani, dalam pengamalan dan penerapan bakti dikehidupan sehari-hari menurut ajaran Agama Khonghucu sungguh mencakup segala dimensi kehidupannya. Oleh karenanya sebagai manusia ciptaanNya wajib menempuh hidup selaras dengan FirmanNya. Ini adalah merupakan Perintah/ Hukum Suci Tuhan dimana manusia yang telah dikaruniai Kebajikan Tuhan/ Tian De haruslah senantiasa merawat dan mengamalkannya dalam kehidupan agar memperoleh kebahagiaan. Hal tersebut akan terungkapkan dalam sabda-sabda Nabi sebagai berikut:

“Sesungguhnya Laku Bakti itu ialah pokok Kebajikan; daripadanya ajaran Agama berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut dan kulit, diterima dari ayah dan bunda; (maka), perbuatan tidak berani membiarkannya rusak dan luka, itulah pemulaan Laku Bakti”. “Menegakkan diri hidup menempuh Jalan Suci, meninggalkan nama baik di jaman kemudian sehingga memuliakan ayah-bunga, itulah akhir Laku Bakti. Sesungguhnya Laku Bakti itu dimulai dengan mengabdi kepada orang tua, selanjutnya mengabdi kepada pimpinan dan akhirnya menegakkan diri”.
Xiao Jing(kitab bakti); I : 4,5.

sumber : disini dan disana

Please write a comment after you read this article. Thx..!!

2 comments:

yap zi long said...

dah lama mo baca crita ny tp bru nemu
=)

Anonymous said...

good, very good

Post a Comment