Sunday, August 15, 2010

Makna Sembahyang Tiong Tju (Moon Cake Festival)


share on facebook
Font Re-Size
Oleh: Xs. Tjandra R. Muljadi



Pendahuluan

Pada setiap bulan Delapan (Pwe Gwee/Ba Yue), banyak orang yang menjajakan Tiong Chiu Phia, sejenis penganan khas yang berbentuk bulat dan agak pipih berdiameter sekitar 10 cm dengan berbagai rasa, seperti biji jambu, coklat, keju, durian, cempedak dan lain lain.

Kue yang satu ini -sesuai dengan namanya- hanya dibuat pada pertengahan musim Rontok, merupakan salah satu dari empat jenis sajian khas dalam persembahyangan. Ketiga jenis lainnya ialah kue keranjang (Nian Gao) yang disajikan dalam persembahyangan pada musim Semi; Kuecang atau Bacang yang disajikan dalam persembahyangan pada musim Panas; dan Onde atau Ronde yang disajikan dalam persembahyangan pada musim Dingin.

Persembahyangan Empat Musim

Umat Ji/Ru (Khonghucu) mengenal persembahyangan pada empat musim. Pada musim Semi disebut Yue, pada musim Panas disebut Di, pada musim Rontok disebut Chang dan pada musim Dingin disebut Zheng, sebagaimana tercantum dalam Kitab Lee Ki/Li Ji XXII. (24) Sempurnanya Persembahyangan.

Pada musim Rontok yang berlangsung dari bulan Tujuh (Chiet Gwee/Qi Yue) hingga bulan Sembilan (Kau Gwee/Jiu Yue), digelar 2 kali persembahyangan. Pada awal musim Rontok digelar sembahyang Tiong Gwan/Zhong Yuan yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama pada sekitar awal hingga pertengahan bulan Tujuh, digelar sembahyang bagi arwah Orangtua dan atau Leluhur secara orang per orang dirumah masing-masing. Persembahyangan ini dilakukan pula oleh Nabi Khongcu (551-479 SM) seperti yang tersurat dalam kitab Lee Ki/Li Ji XXI.Bag.1(8) Makna Sembahyang. Sedangkan tahap kedua, disekitar pertengahan hingga akhir bulan Tujuh digelar sembahyang bagi Arwah Sahabat atau sembahyang untuk Kedamaian Semua/dunia akhirat (King Hoo Peng/Jing Hao Peng atau Jing He Ping) di rumah-rumah atau ditempat ibadah/ibadat, seperti Kelenteng, Khong Bio/Kong Miao dan Bun Bio/Wen Miao.

Kemudian dipertengahan Musim Rontok (Pwe Gwee/Ba Yue) digelar persembahyangan baik secara orang per orang dirumah masing-masing atau ditempat/rumah-rumah ibadat. Pada saat Tiong Chiu/Zhong Qiu, menurut kitab Lee Ki/Li Ji IV.C.Bag.II.9, antara lain disebutkan menaikkan sembahyang kepada Shang Di (Tuhan Yang Maha Tinggi/Maha Kuasa. Dalam sembahyangan ini, biasanya tersaji Tiong Chiu Phia sebagai sajian khas. Persembahan sajian khas pada setiap musim terkandung dalam Kitab Tiong Yong/Zhong Yong XVIII:3.

Bersembahyang kepada Shang Di/Siang Tee di antara keempat musim dikaitkan pula dengan sembahyang kepada Malaikat Bumi (Hok Tek Ceng Sin/Fu De Zheng Shen) > simak Lee Ki/Li Ji.IV.D.Bag III.(16-17).

Dan hal ini terkait pula dengan prinsip Im/Yin dan Yang, sebagaimana dimaksud dalam kitab Yak King/Yi Jing, Babaran Agung A.V.24 dan 30 yang masing-masing berbunyi: satu Im, satu Yang, itulah Jalan Suci (Too). Yang menyempurnakan peta itulah yang dinamai Khian/Qian, pencipta; dan yang memberi bentuk tertentu itulah yang dinamai Khun/kun, ciptaan, penanggap.

Dalam persembahyangan pada musim Panas (Di) mengungkapkan maraknya sifat Yang dan sembahyang musim Rontok (Chang) mengungkapkan maraknya sifat Im/Yin > Lee Ki/ Li Yi XXII (24 ) Sempurnanya Persembahyangan.

Oleh karena itu, bagi umat Khonghucu melaksanakan sembahyang Twan Yang/Duan Yang pada musim Panas dibulan Go Gwee/Wu Yue, berkaitan dengan Matahari (unsur Yang); sedangkan yang terkait dengan unsur Im/Yin (Bulan) pada musim Rontok, karena diantara Bulan Purnama (Yuan Yue) sepanjang tahun, pada tanggal 15 bulan Delapan itulah yang dianggap lebih sempurna.

Dalam kitab Yak King/Yi Jing, Babaran Agung B.V. (32) tertulis; Begitu Matahari pergi, datanglah Bulan. Begitu Bulan pergi, datanglah Matahari. Matahari, Bulan, saling mendorong/ bergantian dan terbitlah terang. Dingin pergi panas datang. Panas pergi dingin datang. Dingin dan Panas saling mendorong dan sempurnalah masa satu tahun. Yang pergi itu berkurang kian berkurang. Yang datang itu tambah kian bertambah. Proses kian berkurang, kian bertambah, saling mempengaruhi dan membawakan berkah untuk pertumbuhan/kehidupan.

Namun jangan lupa, dalam menggelar persembahyangan Nabi Khongcu berpesan, bahwa dari pada mewah mencolok, lebih baik sederhana (Lun Gi /Lun Yu III:4,3). Dan tidak mengharuskan mempersembahkan jenis suatu sajian yang sukar didapat (Beng Cu/Meng Zi V.B:4,6).

Nilai Heroisme

Terkisah, Tju Goan Tjiang/Zhu Yuan Zhang, pendiri dinasti Beng/Ming (1368 M - 1644 M), menumbangkan dinasti Goan/Yuan, dengan cara memobilisasi massa melalui surat yang disembunyikan di dalam kue yang berbentuk bulat agak pipih. Mobilisasi itu berhasil, maka tumbanglah dinasti Goan/Yuan.

Kesimpulan dan Penutup

Bahwa sembahyang setiap pergantian musim, diantaranya sembahyang pada pertengahan musim Rontok (Tiong Chiu/Zhong Qiu) itu, sebagai suatu kewajiban yang patut dilaksanakan oleh umat Khonghucu untuk mensyukuri berkah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat melalui setiap pergantian musim dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan (Tiong Yong/Zhong Yong XV:3). Karena sembahyang itu adalah pokok dari agama. > Lee Ki/Li Ji XXII (12).

Bahwa sembahyang tersebut, menyiratkan keterpaduan unsur Yang (Khian/Qian) dengan unsur Im/Yin (Khun/Kun) yang perlu diharmonisasikan. > Lee Ki/Li Ji XLI (12). Maka sebagai insan yang beradab, rasa syukur pun disampaikan kepada Malaikat Bumi (Sinbeng/Shenming Hok Tek Ceng Sin / Fu De Zheng Shen)> Lee Ki/Li Ji XXV:6, karena hasil yang diperoleh dari bumi telah dapat menunjang kehidupan.

Bahwa saat Bulan (paling) Purnama dipertengahan musim Rontok yang terlambangkan pada kue Tiong Chiu Phia mengingatkan pula semangat kejuangan yang digalang dari persatuan kesatuan itu akan berhasil mewujudkan suatu tujuan. > Beng Cu / Meng Zi II.B:1.

0 comments:

Post a Comment